Orang Jepang bacanya Kuraun.
Toyota Crown usianya sudah 66 tahun. Sudah tua, namun makin berwibawa. Hingga kini sudah merilis generasi ke-15 dalam kode S220 di 45th Tokyo Motor Show pada October 2017.

Sedangkan yang DeepEnder lihat adalah Toyota Crown Athlete, sebagai bagian dari generasi ke-14. Fasia depan sangat kental dengan kesan seri Royal, ditujukan sebagai penghormatan kepada seri MS105 generasi kelima.

Dibangun di atas platform S210 adalah yang terbesar dalam sejarah model Crown. Jarak sumbu roda kini menjadi 2,85 meter, lebih panjang 7 cm dari Crown generasi sebelumnya. Royal Athlete dengan mesin turbo 2.5 liter 1JZ-GTE memiliki interiornya yang dibuat berdasarkan prinsip “selaras dengan kontras”. Panel warna yang berbeda, dan panel depan tiga lapis menciptakan perasaan lapang. Secara visual membebaskan ruang ekstra, walaupun condong ke warna yang lebih gelap dan kurang kontras.

Di Crown Athlete, Toyota menggunakan adaptive stepless suspension stiffness. Ini memberikan kemampuan manuver yang tinggi dan stabilitas arah dalam berbagai situasi sambil mempertahankan tingkat kenyamanan berkendara yang tinggi dalam mode dinamis. Suspensi double wishbone di bagian depan dan multi-link di bagian belakang. Sedan ini juga mempunyai pusat gravitasi yang lebih rendah, yang meningkatkan stabilitas.

Bagaimana dengan yang diliput DeepEnd ini?
Athlete dengan kelir white pearl crystal shine ini bernama Jimmu. Besutan Surya Burladas, cah Jogja asli Baturaja.

Wibawa big sedan ini muncul di semua lini. Posisinya selalu di depan konvoi, meet up atau parkiran. VVIP, sesuai tujuan Crown dibuat. Just design a life you love.

Modifikasinya simpel, lebih quality over quantity.
Amunisinya adalah SSR Professor MS3 dengan kelir flat black.
Ring 19 dengan lebar 10-11 inci.
Offsetnya 10 dan 0.

Velg ini punya konstruksi 3 bagian yang kuat, meliputi outer rim, inner rim dan the face. Perlakuan panas saat pembuatannya bergun meningkatkan kekuatan dan ringannya roda. Yang menarik, tim quality control SSR selalu mencari cacat sekecil goresan mikroskopis dan kotoran di dalam logam sebelum melakukan CNC ke ukuran dan bentuk yang diinginkan.

Surya kemudian memasangkan ban Accelera 651 Sport.
Bukan seri Phi sebagaimana biasanya. Surya mengintip kekuatan bahu ban dari 651 Sport yang secara performa memang diandalkan diajak menikung saat drifting. Ukuran yang dipakai 235/35ZR19 di depan dan 265/30ZR19 di belakang.

Surya mengakui, “Perubahan bodi menjadi lebih enak, karena nariknya ban Accelera itu untuk mobil stance sangat oke.” Maka pola penyesuaian bagian fender menjadi sangat memungkinkan sempurna bentuk dan tekukannya. “Dan kita bongkar pasang 4-5 kali tidak menemui masalah. Beda dengan ban merek lain yang 2 kali copot, 85% dindingnya robek,” ucap Surya lagi.

Setelah bisa diproyeksi antara velg dan ban, Surya membuatnya makin presisi dengan pemasangan suspensi udara. Apalagi kalau bukan Feelair!?!