Adiksi adalah suatu kondisi ketergantungan fisik dan mental terhadap hal-hal tertentu sehingga menimbulkan perubahan perilaku orang yang mengalaminya. 

Dan…, Wesi Ilham juga memiliki adiksi pada E34.

Bukan tanpa fakta. E34 ini adalah E34 ke-9 yang ia bangun dan rawat. “Sejak 2010 makan asam garam merawat E34, so far ini adalah E34 terbaik yang pernah saya miliki,” ucap juragan Garasi Hobby Sukabumi. Maka baginya, E34 bukan hanya sekadar mobil. Lebih dari itu. 

Bahkan saking lekatnya, Wesi dan keluarga memanggil sedan marun ini dengan nama Marion. 

“Ikatan emosional yang saya miliki dengan bodi gambot yang dimiliki E34 mengalahkan semua seri BMW yang pernah saya coba. Ia bisa mengakomodir gaya retro, dipadukan sporty dan carwalk car banget,” kata Wesi. 

Mesin E34 berkapasitas 3.000 cc dengan konstruksi V8. Sangat terasa powerfull dengan 218 tenaga kuda dengan torsi 290 Nm pada RPM 5.800. Jangan heran, konsumsi BBM rata-rata di 1:6 untuk dalkot dan 1:8 luar kota. Masih lebih mending ketimbang versi transmisi matic. Terlebih, transmisi manual sangat membantu membangkitkan monster tidur ini menjadi lebih galak. 

Momen yang Wesi sangat suka adalah saat spinning di awal hingga menyentuh 100 kmh dan dilanjutkan dengan cruising pada kecepatan 120-140 kmh. 

Tapi momen yang paling menyita perhatian adalah recycle modifikasi besar sebanyak 5 kali. Diantaranya 2 kali modifikasi bodi salah satunya memasang sunroof. Lantas 1 kali overhaul engine dan dilanjutkan dengan pemasangan air suspension dan beberapa kali menggunakan set up velg berbeda. 

Diantara prosesi tersebut terdapat 2 hal yang membutuhkan konsentrasi. 

Pertama, menentukan camber dan offset velg yang dibutuhkan agar terlihat celong dan menawan, kemudian memodifikasi fender belakang menjadi lebih lebar tanpa meradiusnya.

Kedua, penentuan model tak bisa sembarangan. Jika ingin period correct, maka jenis velg pun harus sesuai dengan tahun keluarnya mobil ini. “Bisa dibilang, velg-velg heritage sangat bisa mendongkrak tampilan mobil ini agar menjaga aura klasiknya tetap terlihat,” tegas Wesi.

Ketiga, membuat ground clearance. Camber mobil ini tak bisa diatur manual, akan turun sesuai tinggi mobil saat posisi standar dan ceper. Bahasa kerennya auto camber. 

Keempat, mencari jok yang sesuai dengan kondisi mobil ini, ”Akhirnya saya mendapatkan jok dengan kategori super dari seorang sahabat yang memiliki unit BMW E34 540i.”

Kelima, sulitnya menemukan komponen dan printilan aftermarket original. Populasi mobil ini tak sebanyak mobil lain, maka menjadi tantangan tersendiri untuk mengumpulkan komponen tersebut yang masih dalam keadaan sangat baik. 

Kini, relatif Wesi sudah puas. 

Modifikasi stance sepertinya paling cocok untuk mendeskripsikan Marion. “Saya lebih suka menjawabnya Stance OEM ++,” ungkap Wesi, kelahiran Sukabumi 28 Juni. Selain menggunakan velg lebar, Marion tetap menggunakan parts yang tuner OEM bawaan mobilnya. Tanpa kastemisasi yang berlebihan.


Workshop:
All modification works: GHS motorsport @garasihobby_sukabumi
Sunroof installation: Wawan Sunroof @wawansunroof

Data Mods:
M Technic original body kit, BMW E34 original moonroof, Hella smoked headlamp, Racing Dynamic aluminium strut bar, Brembo F32 front & rear brake, AC Schnitzer Type 2 18x(10+11) inches, Accelera Phi 215/40ZR18 & 225/40ZR18, Momo Grand Prix wood steering wheel, MPH instrument cluster, OBC IV & stalks, Kenwood Hifi head unit, Pioneer under seat subwoofer, BMW 540i electric seat, SCC air suspension 4-point w/ management, custom galvanis exhaust, Eisenmann muffler