Bagi DeepEnd, Mazda 3 generasi ke-4 adalah salah satu mobil paling ganteng di dunia. Dibawah supervisi Yasutake Tsuchida, bahasa desain ‘Kodo’ terimplementasikan dengan harmonis di mobil ini.

Bagaimana caranya supaya lebih ganteng?
Pertama DeepEnd rasa sulit, sampai akhirnya Brandon berkreasi.

DeepEnd sendiri bertemu Brandon pertama kali pada tahun 2019 di AEON BSD, Tangerang Selatan. Kala itu, sedang mempersiapkan masa orientasi masuk universitas. Pas ngobrol, ternyata hobinya sama, sampai sekarang pun masih dekat.

Mahasiswa yang sambilan berjualan pernak-pernik otomotif ini dari dulu tidak pernah mau mengikuti standar orang, always setting up a new standard. Dimulai dengan Honda Brio-nya yang diandalkan menjadi model bagi tokonya. 

Karena itu ketika mendapatkan Mazda 3 ini di pertengahan tahun 2020, tangannya langsung gatel mau ngoprek mobil ini. Belum sebulan dipegang, eh sudah beli velg.

Perjalanan panjang pun dimulai, dari berbagai velg dari replika sampai ori, sampai akhirnya dia jatuh cinta pada velg yang terkini, yaitu Lenso D1-SE R18x8.5-9.5 dengan ET 40-38. Velg ini bahkan dibeli 2 jam setelah dilisting oleh seorang pedagang di Depok. Tak pikir panjang, langsung gas ke Depok. 

Secara tidak langsung, Brandon telah menerapkan standar baru pada dunia Mazda 3. Karena sebelumnya, belum ada yang memasang velg lebar 9.5 pada bodi standar Mazda 3 tanpa gesrot dan minim camber. Sebelum DeepEnd lupa, bannya GT Radial Champiro SX2 berukuran 235/40 R18 rata.

Tapi habis pasang velg, malah muncul masalah baru.

“Setelah pasang tapi kok gatel liat belakangnya agak gantung. Akhirnya sempetin waktu atur lagi pernya supaya lebih kandas,” ujarnya. Makin kandaslah hatchback berkelir Soul Red Metallic ini, sampai Brandon harus membuat rute masuk miring agar tidak gesrot di gerbang komplek.

Sempat ia berhenti memodifikasi mobil ini. Tapi begitu dapat tawaran lips depan dari kawannya dengan harga miring, bah, tanpa pikir panjang langsung disikat. Tapi hal ini menjadi polemik baru, bagian samping dan belakang jadi kurang harmonis dengan depan.

Akhirnya ia memutuskan untuk all out.

“Pokoknya gw mau bikin gebrakan, gak mau biasa aja” tegas penghuni Solo Baru ini.

Ia langsung menghubungi carbonized_id, bengkel yang biasanya berkutat seputar carbon fiber. Tapi begitu Brandon tanya terkait custom body kit, Sean dari Carbonized menyanggupi.

Brandon bisa saja membuat custom body kit tersebut dari carbon fiber. Namun menurutnya, warna hitam membuat tampilan mobil jadi lebih clean. DeepEnd pun setuju akan hal tersebut. Pada konteks ini, less is more.

Brandon pun langsung bergerak di workshop dan memandu apa yang dinginkan. Ingat, ini bukan custom body kit biasa, melainkan dicurahkan dari kreativitas mahasiswa jurusan Branding ini. 

Diffuser belakang custom agar senada dengan sideskirt, dan wing andalan yang Ia juluki “Wing Batman”. Julukan tersebut karena bagian kuping dari wing naik dan langsung turun dengan sudut yang tajam, memberikan tampilan seperti kuping Batman atau kelelawar.

Tak berhenti sampai disitu. Setelah mobil keluar dari bengkel bodykit, sontak langsung mendatangi workshop Sokudo Exhaust Gading Serpong. Darian Valdo sebagai pentolan Sokudo Exhaust langsung melakukan adjustment knalpot full system yang sebelumnya sudah dipasang agar memiliki sudut yang selaras dengan diffuser belakang.

Asli, ketika mobil ini mejeng di lobi kampus, pasti dilirik. Eh, enggak usah di kampus, parkir dimanapun pasti dilirik. Karena, ia bukan Mazda 3 biasa, ialah Stelya the Mazda 3.