Nama Shell Eco Marathon mungkin sudah familiar di telinga beberapa orang. Tentu saja, ajang ini sudah digelar sejak tahun 1985 di Prancis dan Shell Eco Marathon Asia sendiri sudah berjalan sejak tahun 2010.

Shell Indonesia tentunya ikut berpartisipasi pada ajang ini dan jumlah kontestan dari Indonesia terus bertambah. Awalnya, hanya berjumlah 9 tim dalam kategori mesin pembakaran internal. Namun, kini bertambah menjadi 16 team untuk kategori internal combustion dan 15 team dengan kategori mobil listrik dan hydrogen fuel cell.

Kuantitas yang banyak tidak berarti kualitas dilupakan. Buktinya, pada ajang Drivers’ World Championship (DWC) sebagai perwakilan regional Asia. Tim Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan tim Bumi Siliwangi 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bahkan berhasil meraih gelar juara dengan mengalahkan tim pesaing dari Kanada, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa.

Ajang ini tentunya tidak hanya sekedar gengsi mendapatkan juara semata. Ajang ini berhasil mendorong berbagai inovasi untuk bumi yang lebih baik lagi. Bahkan, ajang ini juga sejalan dengan visi perguruan tinggi.

Seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember dimana rektor ITS, Prof. Mochammad Ashari menyatakan bahwa pihak universitas senantiasa menyambut dan mendukung program Shell Eco-marathon karena misinya sejalan dengan misi perguruan tinggi.

“Tugas utama sebuah perguruan tinggi adalah menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas untuk bisa berkontribusi secara aktif bagi bangsa serta negara. Lewat Shell Eco-marathon, kita dapat menghasilkan generasi yang kreatif, inovatif, dan berkarakter sebagai calon pemimpin di masa mendatang,” jelasnya.

Sema 2018 Bumi Siliwangi

Selain itu, ajang ini juga sejalan dengan semangat tiga program utama Kementerian ESDM untuk mendorong peningkatan riset energi, yaitu pembenahan internal kementerian, peningkatan kualitas SDM melalui pelibatan para pemuda dengan semangat inovasi tinggi, dan menghasilkan riset-riset yang semakin berkualitas.

Meneruskan semangat tersebut ke ranah regional, pemerintah pun menghadirkan Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE) yang mengadopsi model dan peraturan Shell Eco Marathon pada tingkat nasional, memberikan kesempatan kepada lebih banyak lagi tim dan institusi pendidikan untuk menguji hasil inovasi mereka sebagai persiapan untuk berkompetisi di ajang regional dan global lainnya, seperti SEM Asia dan Drivers’ World Championship (DWC).

Saat ini, terdapat sekitar 80 tim dari 45 institusi pendidikan yang sudah memiliki inovasi dibidang mobil hemat energi yang patut diacungi jempol.

GARUDA UNY ECO TEAM

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana, mengatakan, “Generasi muda adalah aktor utama dalam mencapai target penurunan efisiensi energi sebesar 1% per tahun, bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025, dan penurunan emisi CO2 sebesar 198 juta ton CO2 pada sektor energi ditahun 2025. Mereka lah yang akan menikmati dan menjalankan terwujudnya energi bersih masa depan. Partisipasi dan prestasi mahasiswa Indonesia di ajang Shell Eco-marathon perlu diapresiasi dan didukung untuk mempersiapkan para generasi muda yang tanggap terhadap tantangan energi di masa mendatang.”

Sehingga dengan kata lain, Shell Eco Marathon bukanlah ajang perlombaan biasa. Bahkan, Shell Eco Marathon bisa dibilang sebagai ajang yang sangat mendorong inovasi untuk teknologi mobil yang hemat energi.

“Saya percaya pada kekuatan kolaborasi untuk mendorong tercapainya solusi energi mobilitas yang bersih dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, termasuk Shell Indonesia, untuk turut mempersiapkan SDM mumpuni di bidang energi sebagai bibit unggul pemimpin masa depan yang mampu menjadi agen perubahan sekaligus enabler dalam mengimplementasikan berbagai solusi energi bersih dalam konteks transisi energi,” tutup Dian.