Perkenalan DeepEnd dengan Hotrodiningrat belum lama terjalin. Persis di awal semester genap 2022, DeepEnd dibukakan izin untuk meliput 4 American Car kepunyaan salah satu member Hotrodiningrat.
Gembiranya alang kepalang!
Sungguh senang direcognize. Singkatnya, kami lanjut berkawan.
Beberapa klip interview liputan lantas meledak. Walau masih banyak juga yang tak tahu ekosistem ini, sehingga nampak seperti di luar jangkauan. Wajar jika banyak yang belum mengerti kulturnya.
Hotrodiningrat di mata DeepEnd, seperti halnya Garda Swiss. Sekumpulan pria berpakaian mencolok dengan seragam ikonik kuning, merah dan biru. Namun jangan biarkan pakaian eksentrik mereka menipu DeepEnder, sebab Garda Swiss merupakan salah satu tentara terampil di dunia.
Sama halnya Garda Swiss. Hotrodiningrat hadir di tengah-tengah Yogyakarta yang kaya akan aliran modifikasi mobil, dengan gaya nyentriknya memakai mobil-mobil Amerika yang kadang lebih banyak terlihat renta, korotif dan berpatina yang bercampur dengan warna-warna reflektif, krom serta sentuhan seni yang handmade.
Bodi besar-panjang dengan ornamen-ornamen yang sangat artsy. Sudut-sudut pinggul. Desain lampu depan. Bentuk dasbor. Pokoknya banyak yang sifatnya seni manufaktur America era 50-60 hingga 70-an. Belum lagi material besinya yang tahan korosi saking tebalnya. Termasuk sasis yang penuh baja, bagaikan kapal laut saja.
Padahal komponen suku cadangnya sulit ditemukan. Kudu berselancar di e-Bay atau beberapa forum di Amerika. Tapi hal ini tak bikin pusing para anggota Hotrodiningrat itu.
Banyak akal-akalan yang terjadi.
Banyak penyesuaian modifikasi dan restorasi.
Banyak kustom yang dilakukan.
Semua demi menggelindingnya sang koleksi.
DeepEnd mencoba duduk di dalam ruang kokpit. Hampir semua mobil Hotrodiningrat pernah DeepEnd duduki. Memang beda auranya. Mendadak DeepEnd mengalami apa yang disebut absorption addiction, dimana layaknya penggemar yang mudah memberikan perhatian penuh kepada idolanya.
Asyik, gokil, dan menjadi penawar rasa kritis sebelumnya. Bahwa akhirnya DeepEnd memahami ini adalah kultur. Atau kalau boleh, ini adalah subkulturnya yaitu Kustom Car.
Menurut Fromm (Feist, Feist, & Roberts, 2013), tanpa adanya identitas, manusia tidak dapat mempertahankan kewarasan mereka, dan ancaman ini memotivasi manusia untuk melakukan apa pun untuk memperoleh rasa memiliki identitas.
Bleh dibilang identitas itu memang nyata ada. Kuat mencuat. Tapi apa yang membuat identitas itu nyata? Ya itu tadi, soal kewarasan!
Kewarasan tentu berbicara disiplin idealisme. Begitu terjangkit, idealisme itu tak pernah pupus. Seperti halnya Abah Topan, ia masih Hotrodiningrat, walaupun mobil koleksinya sedang tak ada di garasi. Tapi jiwanya, masih ngesoul di subkultur ini.
Yeah, Hotrodiningrat beranggotakan Arief Jamil, Vari, Walik, Gani, Andri, Topan, Arief Uda dan Moko. DeepEnd awalnya pesimis bisa bertemu dengan mereka. Sebab tim sekecil ini sepertinya sulit ditembus. Pengusaha semua pula, waktunya susah diatur.
Dan tiba-tiba Hotrodiningrat mengundang DeepEnd!!!
Untuk acara yang mereka sendiri memprakarsa, menghelat dan mendanainya. Tiga keganjilan yang menyatu dalam kawah kemandirian.
Bagaimana tidak, kok sampai mengundang kami ke Hotrod Weekend Party? Kan baru sekali saja bertemu. Satu yang kami dengar adalah karena Hotrodiningrat percaya akan kinerja DeepEnd yang konsisten membesarkan industri, car scene dan ekosistem modifikasi mobil. Idealisme kami berdua ternyata satu frekuensi. Puji Tuhan.
Tapi bagaimana dengan memprakarsa, menghelat dan mendanai sendiri?
Oh Tuhannn, bagaimana bisa?
DeepEnd dengan tanpa tedeng aling-aling beranikan bertanya retoris soal Hotrod Weekend Party. Apakah ini semacam bentuk cleansing of sins?
Vari mengakui itu. “Kami sudah lintang pukang mencari penghidupan di dunia ini, perlu kiranya menarik nafas pelan demi membahagiakan subkultur ini, sehingga banyak dari penggemarnya datang ke Jogja, bersilaturahmi, bersenang-senang dan berbahagia selama 2 hari ini,” kira-kira begitu yang diucapkan oleh Vari. Sebagian rezeki mereka sisihkan demi berlangsungnya (setiap) Hotrod Weekend Party.
Andri membocorkan bahwa semua biaya dikoleksi dari seluruh anggota Hotrodiningrat. Peminjaman lokasi, pembuatan gapura kegiatan, sewa tenda roder dan sebagainya, semua tanpa dukungan sponsor. Pemasukan hanya dari merchandise dan sewa booth penjual makanan. Tipis banget secara matematis. Selebihnya ya tekor.
Tapi Hotrodiningrat rela. Ikhlas. Demi ekosistem subkultur ini. Kalau menyerah, pasti tidak ada serial Hotrod Weekend Party. Sudah ke-6 kalinya sejak 2015. Hanya kepotong pandemi 2020-2021.
Jadi, ketulusan mereka ini dirasakan oleh lebih dari 70 pemilik mobil yang datang ke Jogja. Dari Lampung jauh-jauh datang. Yudianto Mulyono bahkan menyetir dari Jakarta via Pantura. Sedangkan Beben memboyong keluarga besar Sragen untuk hadir ke sini. Sementara Ochund, punggawa Gurame Edan Bandung, menyusur lintas Selatan bersama rombongan mobil dan motornya.
Mereka berbondong-bondong datang ke Hotrod Weekend Party. Sekilas macam naik haji atau ke Vatikan. Padahal menurut DeepEnd, Hotrod Weekend Party ini bagaikan Burning Man, festival musik sobat gurun di Amerika. Di sana, pengunjung bisa terlibat langsung dalam setiap kegiatannya. Yes, Hotrod Weekend Party pun demikian. Mobil-mobil boleh keliling di lokasi event. Jualan dan transaksi tak dilarang. Foto-foto sama Pin Up Girl juga diperkenankan.
Tak hanya pecinta seni dan selebriti, sejumlah tokoh penting juga selalu datang dalam Burning Man, seperti Elon Musk, Jeff Bezos, Larry Page sampai Mark Zuckerberg.
Sama halnya Hotrod Weekend Party, pelaku subkultur American Kustom Car ini banyak dihiasi figur-figur penting dan sangat dihormati.
Puas?
Amat teramat sangat!
Tahun depan, DeepEnd pasti datang lagi.