Kultur mobil Amerika nyatanya masih lekat dengan mobil ceper, apalagi pada kultur lowrider. Kultur serba ceper ini gerakannya dimulai di Los Angeles pada tahun 1940-an akhir, masa-masa kemakmuran Amerika Serikat setelah perang dunia II berakhir.
Gerakan ini sendiri awalnya diprakarsai pemuda Meksiko dengan memotong per, menurunkan blok, dan komponen lainnya. Tujuannya agar mobil bisa tetap berjalan dengan kondisi seceper dan selambat mungkin. Dari kultur inilah jargon “Low and Slow” muncul.
Dulunya sistem hidrolik adalah pilihan yang digunakan untuk menceperkan mobil dan mengatur ketinggian. Hal ini untuk mengakali larangan mobil ceper pada 1 Januari 1958 yang berbunyi “Melarang mobil yang dimodifikasi untuk menurunkan badan kendaraan lebih rendah dari bagian bawah velg.”
Chevrolet Impala pun memberikan dampak besar ke kultur ini. Karena pada masa itu, Chevrolet memperkenalkan Impala dengan sasis X-Frame yang kuat dan cocok untuk pengaplikasian lowrider.
Kultur ini pun sampai juga ke Indonesia, berkat banyaknya mobil Amerika dari sebelum era reformasi, faktor internet, hingga sparepart yang kini lebih mudah diakses.
Menariknya kultur ini juga mengalami modernisasi dan perubahan di Indonesia. Alih-alih menggunakan hidrolik, suspensi udara alias air suspension menjadi pilihan yang dominan.
Hal ini menjadi menarik, terdapat 2 pertemuan kultur yang berbeda antara lowrider dan erotism. Bahkan air suspension sendiri sudah menjadi dambaan bagi beberapa pemilik mobil di Hotrod Weekend Party yang belum menggunakan air suspension.
Air suspension pun memiliki sistem manajemen yang unik, dimana semua roda bisa diatur ketinggiannya. Mendapatkan stance bagai lowrider pun sangat mudah didapatkan. Namun memang tidak bisa melompat ria seperti lowrider.
Kultur mana lagi yang harus ditabrakkan dengan erotism??