Popularitas Nissan R32 bermula dari sejarah balapnya yang mengesankan, khususnya dominasinya di Japanese Touring Car Championship, dan keterlibatannya dalam permainan video populer seperti Gran Turismo. Mesinnya yang bertenaga, sistem penggerak semua roda dan desainnya yang unik juga turut menyumbang kesan pada penggemarnya.
Secara total, Nissan memproduksi 43.937 unit Skyline R32 GT-R antara tahun 1989 dan 1994. Jumlah tersebut termasuk 5.003 unit pada tahun 1989 saja, tahun pertama produksi. Sebanyak 560 unit GT-R NISMO RA tambahan dibuat untuk homologasi, dengan 500 unit terjual dan 60 unit ditujukan untuk balapan.
Di Tanah Air mobil ini juga populer, namun lebih banyak popularitas dalam mimpi. Sebab unitnya belasan jari saja yang sempat DeepEnd temui, dan mungkin saja lebih dari itu. Sebab R32 adalah mobil yang banyak dicari, dan banyak yang diimpor dan dijual di pasar sekunder.
Jika membaca komentar media sosial, banyak yang merasa paling berhak. Termasuk kaum puritan versus mazhab modifikasi, masing-masing punya argumentasinya sendiri. Tapi sekarang…, bagaimanakah pendapat mereka ketika Nissan Motor Corporation menayangkan cerita sebuah R32 yang dikonversi bertenaga listrik? Pesan moralnya, semoga masing-masing saling memahami, bahwa modifikasi itu sangat tergantung dari perilaku individu manusia, walaupun sudah banyak kelompok-kelompok modifikasi mengatasnamakan kesamaan pandang.
Nissan Motor Corporation tergerak mengangkat cerita ini saat tim kecil teknisi yang bersemangat menggabungkan apa yang disebut KONTROVERSI, sosok mobil performa Nissan yang paling ikonik dan teknologi EV terbaru. Lantas…., Nissan Nissan Motor Corporation mengujinya secara langsung potensi elektrifikasinya untuk memberikan pengalaman berkendara yang sama menarik dan memuaskannya dengan R32 GT-R, dan ditutup oleh Nissan Nissan Motor Corporation dengan memamerkan R32 EV ini di Tokyo Auto Salon 2025.
Proyek menata ulang sebuah ikon Nissan R32 EV ini dipimpin oleh insinyur mesin mobil listrik Nissan yang sudah lama berkecimpung di bidang ini, Ryozo Hiraku. Sebagai penggemar R32 GT-R dan mantan pemilik R32 Skyline, Hiraku tahu sejak awal bahwa proyek ini akan menguntungkan sekaligus penuh pertentangan.
Tapi sebelum berkomentar, alangkah baiknya kita menyerap sudut pandang Hiraku-san.
Hiraku-san mengutarakan kegundahannya, “Saya bertanya-tanya apakah 30 tahun dari sekarang, pada tahun 2055 atau setelahnya, pemilik mesin yang luar biasa ini masih dapat membeli bensin dan menikmati mengendarainya.”
Lanjutnya, “Saya melihat manfaat dalam menggunakan teknologi listrik dan digital untuk meniru daya tarik R32 GT-R sehingga generasi mendatang dapat merasakannya.”
Jika dilihat, inti dari keputusannya untuk menggunakan R32 GT-R sebagai kendaraan donor adalah keinginan untuk mengaliri listrik pada mobil yang Hiraku-san kagumi dan memastikan mobil itu dapat dikendarai selama beberapa dekade mendatang.
Namun pertanyaan terbesarnya adalah tentang rasa dan performa.
Penasaran?
(Bersambung, Part 1 dari 3 artikel)
Sumber: nissan-global.com