Di hari yang mendung namun menyenangkan, Heru berkisah mengenai awal mula ia jatuh hati pada GT86. “Kepikiran lucu juga kalau punya mobil Jepang 2 pintu. Cuma enggak terlalu tua,” aku pemilik Cling Car Cleaning Service di bilangan Pangeran Antasari, Jaksel.
“Kepikiran lucu juga kalau punya mobil Jepang 2 pintu. Cuma enggak terlalu tua.”
Alhasil GT86 dimodifikasi dengan kesan regenerasi AE86 Initial D. Dari spesialis kinclong, Heru coba-coba jadi ‘tukang tahu’. Mirip-miriplah, keduanya butuh high level fineness.
Toyota AE86 (Hachiroku) merupakan salah satu inspirasi dari Toyota GT86. Reinkarnasinya itu, muncul debut di 2011 di Tokyo Motor Show, kemudian dirilis setahun sesudahnya dan hingga kini masih terus diproduksi.
Untuk dibawa keliling Jabodetabek, sudah lebih dari cukup. Nyaman tapi ada galaknya. Intinya; leluasa dikendarai harian.
GT86 sendiri merupakan joint development dengan BRZ (Subaru) yang mengusung 4-cylinder boxer, front mounted engine, rear wheel drive, dan 2+2 sportscar. Dibangun di Gunma Main Plant Subaru. Mobil-mobil pertama dirakit pada 2 Februari sebelum penjualan dimulai di Maret dan pengiriman pada April. Partnership ini menghasilkan 7.000 pesanan GT 86 pada bulan pertama produksi dan 3.500 pesanan BRZ.
Sebenarnya, kuncian mobil ini ada di velg. Reputasi velg ini memang sebagai people’s choice.
Kembali ke Heru. Untuk mewujudkan impiannya, memulainya lewat Varis. Cukup lengkap. Dari total body kit hingga diffuser bercarbon. Biar nambah sporty tampilannya. Ngimbangi mesin yang sudah stage 1 ECU remap. Untuk dibawa keliling Jabodetabek, sudah lebih dari cukup. Nyaman tapi ada galaknya. Intinya; leluasa dikendarai harian.
Sebenarnya, kuncian mobil ini ada di velg. Reputasi velg ini memang sebagai people’s choice. Work Wheels, didirikan oleh Takeshi Tanaka (1977). Salah satu line upnya, Meister, terlahir dari sebuah konsep velg yang memiliki jiwa balap serta dapat dipergunakan baik di jalan raya maupun sirkuit. Dan…, Meister merupakan salah satu favorit Tanaka san. Yang amat cerdik, nama Meister terinspirasi dari Deutsche Tourenwagen Meisterschaft (DTM) yang membuat velg ini makin populer di Jerman.
Heru memasang 18x(8+9) inci. 3-piece construction dengan kelir putih. Pasangannya adalah Accelera 651 Sport berukuran 235/40ZR18. Kompon ban ini merupakan street legal race dengan semi-slick tread.
Accelera 651 Sport
TREADWEAR: 200 DAN 100
Ban Accelera 651 Sport dikembangkan khusus PT EPTI (Elangperdana Tyre Industry) selama 1,5 tahun. “Nama 651 diambil dari Accelera pattern 651 yang dulu jadi produk andalan EPTI di tahun 2000-an,” ucap Dicky Mursalie, Direktur Marketing dan Sales PT. EPTI.Dengan dua tulang rusuk utama, pemecah lapisan air, dan tiga alur searah, 651 Sport dirancang untuk penanganan yang tepat dan respons kemudi yang cepat, baik di dalam maupun di luar lintasan. Accelera membedakan tipenya untuk dipakai harian dan di performance goal.
Untuk itu, 651 Sport hadir dalam 200 treadwear dan 100 treadwear. Treadwear 200 walaupun cocok untuk drifting, namun cocok di jalan raya. DeepEnd mencobanya di Jagorawi, lengket banget sama aspalnya. Saat hujan, juga tidak licin. Walaupun disarankan untuk tidak ugal-ugalan. Sementara Accelera 651 Sport dengan treadwear 100 memang ditujukan khusus untuk balap. Pola tapak bannya racing namun tetap mementingkan durabillity. Juga dengan grip yang stabil dari awal sampai akhir.
Work Shop:
Body kit: Luxury Autoparts Corp @luxuryautopartsco
Sound System: Cartens Autosound @cartensaudio.jakarta
Data Mods:
Body kit Varis, diffuser Varis, tail lights Tom’s, duck tail GT86 aero kit, lowering kit Eibach, wheels Work Meister S1 18x(8+9) inches, tyres Accelera 651 sport 235/40ZR18, stage 1 ECU remappingm open air filter K&N, front speaker Dominations RS, rear speaker Dominations, subwoofer JBL 12 inches, power monoblock Perfoma, power 4 channel Perfoma, head unit Pioneer AVH5850bt