Mitsubishi Evolution/Evo adalah sedan sport didasarkan pada Lancer yang diproduksi oleh Mitsubishi Motors dari tahun 1992 hingga 2016. Ada 10 versi resmi, dengan model yang paling umum memakai angka Romawi. Semuanya menggunakan mesin empat silinder segaris turbocharged inline dan sistem penggerak semua roda.
Awalnya, Evo hanya ditujukan untuk Japanese Domestic Market. Tetapi permintaan pada pasar impor abu-abu malah tinggi. Lewat jaringan dealer Ralliart (Inggris) dan di berbagai pasar Eropa dari sekitar tahun 1998, nampak sukses berdatangan termasuk ke Indonesia.
Termasuk Evo IX. Ini adalah penerus Lancer Evolution VIII MR Edition, dimulai pada tahun 2005. Perubahan utama IX adalah turbocharger yang dikerjakan ulang menghasilkan 25 tenaga kuda tambahan dan bodi yang sedikit dikerjakan ulang.
Unitnya sungguh rare ada di Indonesia. Tapi soal rare, Evo IX juga dijual sebagai Wagon di Jepang selama tahun 2006. Atau model berkinerja tinggi dengan merek “Evo IX FQ” yang dipasarkan oleh Mitsubishi Inggris.
Yang menarik, ada perjanjian iklan di Jepang, yang ‘memberitakan’ hanya maksimal tidak lebih dari 280 PS (206 kW ; 276 hp). Padahal pada kenyataannya, Evolution IX spec Jepang mencapai output 321 PS (236 kW ; 317 hp) dan bahkan di pasar Inggris, punya output daya resmi hingga 446 PS (328 kW ; 440 hp).
Jadi…, kita tidak membeli kucing dalam karung. Melainkan harimau!
Lantas untuk apa terlalu jauh dimodifikasi, kalau dengan Plug ‘n Play saja sudah lebih dari cukup. Just put things that are simple and clean.
Habitatnya memang dibuat lebih macho. Terasa kental dari suspensinya keras. Menggunakan KW Suspension Clubsport yang tabung ganda. Pengaturan redaman pra-konfigurasi yang disetel pabrik dengan penyesuaian damper 3-way terpisah. Jenis ini mirip dengan suspensi balap KW Competition yang digunakan dalam motorsport internasional. Memungkinkan untuk menyempurnakan redaman kompresi secara terpisah dalam rentang kecepatan rendah dan kecepatan tinggi.
Untuk KW Clubsport 3-way digunakan teknologi balap dari beberapa pemenang keseluruhan dari ADAC Zurich 24h Race Nürburgring yang mempergunakan top mount unibal aluminium. Secara total manfaatnya, “Handlingnya perfect buat race, tapi keras buat daily use,” ungkap Dicky dari Drivetech Auto Garage.
Di sektor mesin, Dicky tak terlalu banyak mengubah. Cukup memasang turbo FP Green yang diset di 1,2 Bar. Cukup untuk daily use dengan Pertamax Turbo.
Sementara saluran pembuangan dipercayakan pada Tomei. Bentuknya berbeda, Tomei memiliki diameter pipa lebih besar. Mempunyai sistem free flow yang berpengaruh pada peningkatan angka tenaga kudanya. Secara karakter, Tomei enak di RPM menengah ke atas. “Rasanya lebih ngejambak,” aku Dicky.
Dan secara kinerja mesin, semuanya ‘dipagari’ oleh otak mesin, yang dimanipulasi oleh Haltec Pro. Fully manageable engine mapping dan kontrol penuh pada MIVEC-nya.
Sometimes a pinch of sadism is the ingredient that makes victory taste that little bit sweeter. Well said!
Workshop:
Drivetech Auto Garage @drivetechautogarage
Data Mods:
Front lips spoiler Ralliart, side skirt DAMD, rear side DAMD, carbon side door Varis, wheels Volk Racing CE28 formula silver 18×8.5 inches, tyres Advan Neova AD08 245/40ZR18, suspension KW Suspension Clubsport 3-way, caliper Brembo, rotor Dixcell, turbo FP Green, ECU Haltec Pro, header Tomei, downpipe Tomei, muffler Tomei, intake HKS, front brace Cusco, BOV Tial, boost controller APEX’i, head unit Alpine, speaker Morel hybrid, sub active 8 inches