X218 ini hacep dibuat bergaya Erot1zm.
Second generation dari CLS-Class ini bentuknya shooting brake.
Walaupun menjadi “serial production station wagon” termahal di dunia sejak tahun 1992, tapi ternyata tidak dijual di Amerika Serikat.
Sudahlah, Amerika cuma belagak gila enggak mau masarin mobil ini. Kalau mereka tengok apa yang dilakukan oleh Handrian dan Saat, boleh jadi…, mereka nyesel ada barang bagus seperti si Bima ini.
Pertama, soal kombinasi rona-rona warna.
Midnight purple ketemu silver adalah jodoh.
Ketika berjumpa hujan, merupakan harmoni.
Tapi jika semuanya ngeblend di wagon? Ngangenin.
Kedua, bukan bokong, melainkan panggul.
Akibatnya imajinasi mudah melayang kemana-mana.
Bukaan pintu yang kecil, kaca yang terkesan sempit dan langit-langit yang rendah di bagian belakang, sukses membuat basis panggulnya lebih mengemuka.
Dan semua itu bertambah seksi setelah menempelkan velg WatercooledIND CC10 19x(10+10.5) inci dan ban Accelera Phi 215/35 + 225/35. Dituntut radius 7.5 cm pada fender belakang. Tapi rupanya pintunya bukan besi, melainkan aluminium. Sebagai bocoran, mesin las yang tepat untuk aluminium adalah mesin las TIG (Tungsten Inert Gas), sebagai pilihan yang lebih baik daripada mesin MIG.
Bagi DeepEnd, kondisi ride mode benar-benar suhu. Sebuah dogma dari Bima. No issue at all. No noise, no rubbing, no bouncing, no broken sound. Suspensi dipilih yang bolt on, mengurangi resiko sekaligus mumpuni yang erat kaitannya dengan power dan torsi X218 yang cukup yahud. Saat menyusuri ringroad yang melingkari Jogja, suara knalpotnya juga sayup-sayup terdengar serak, sama sekali tak pekak.
Workshop:
Conceptualized by: @gassgang_concept
Body work & undercarriage: @laris.understeel
Engine : @gtperformancejogja