C-class itu versi junior dari all line up Benz. Selalu dirilis setelah S dan E-class. Ketika muncul, anak muda Jakarta lantas gegap gempita. Apalagi setelah AMG mulai ikut campur dengan C-Class pada 1995, satu tahun setelah debut C-class.

Saat itu, hadir C36 AMG dan 268-tenaga kuda V-6. Model 1998 bahkan menghasilkan C43 AMG, bermesin V-8 dan bertenaga 302 kuda. Naik lagi, ke C32 AMG 349 daya kuda, kemudian dilaunch 362 tenaga kuda C55 AMG di 2005. Lantas akhirnya, pada tahun 2008, C63 AMG meluncurkan sedan 450-tenaga kuda dalam sebuah 6.2 liter V-8.

Kehadiran AMG sebenarnya membuat matrix line up berubah. C63 yang ini, harganya milyaran. Bandingkan dengan E-class biasa, bisa jauh banget harganya. Stempel AMG emang ngaruh banget. Beli emblem ori AMG itu don’t play-play lah.

            “Mobilnya C-class, bang?

            “Ah mudah itu.”

            “Nampaknya AMG?”

            “Mati kita, dik.”

Makin ‘seram’ saat menilik nama Benz yang hilang. Menjadi Mercedes-AMG C63. Sebuah tanda memulai generasi baru. Pada C63, ini adalah terapi manajemen kemarahan.

Kode 63 adalah ‘output yang sama dengan 6.3 liter’. Padahal aslinya, 4.0 liter, dengan nuansa dan suara sepeti halnya 6.3. Berkat twin turbo, mesin V-8 yang sedikit dirampingkan, jadi lebih galak. Mesin C63 merupakan jiwa yang tersiksa. Melalui penyetelan pintar peningkatan turbocharger, pengapian dan pemetaan bahan bakar, V-8 menjadi cakap.

“Pake daily masih enak,” ucap ownernya, Mr. X, yang juga menjelaskan bahwa mesin yang digunakan sama persis dengan yang digunakan kelas GTS/R. Terapi manajemen kemarahanpun terjadi hingga detail. Peluit turbo, tak begitu muncul nyaringnya. Lebih kalem, lebih lembut. V-8 menghasilkan 469 tenaga kuda dan torsi 479 lb-ft. Tetapi V-8 turbocharged membuat lebih banyak torsi daripada mereka semua. DeepEnd mencoba hal itu. Untuk 4 pintu, semua lebih dari cukup. Walaupun DeepEnd tahu persis, Mr. X akan segera stop semua terapi tadi. Mesin akan dipeta ulang, lebih cepat, lebih ‘kasar’ dan pasti lebih brutal.

DeepEnd pernah naik C standar. Suspensi C63 jauh lebih megang. Khususnya, suspensi belakang yang mempertahankan arsitektur kelas C, disetel khusus untuk 63. Di belakang dilengkapi differential slip terbatas. Terdapat 3 mode elektronik suspensi, sebagai variasi redaman. Tapi pada bagian kaki-kaki ini, Mr. X menunjukkan atensinya pada modifikasi.

Velgnya dipasangi Vorsteiner berukuran 19x(9+10) inci. Material kelas aerospace digunakan di varian Sport Forged berkode V-SF 001. Velg berkelir satin bronze finish ini kemudian dibalut ban Advan Neova 245/35ZR19 dan 275/35ZR19. Mobil ini hanya ada 2 di Indonesia, satu lagi kelir silver, jadi perlu rasanya dibikin semakin beda. Welldone! 

 

Detail 8

HANDLE WITH CARE

Mobil langka dan mewah seperti ini masak tampil kotor. Harus kilap. Walau tak begitu kelihatan di tampilan web, oleh sebab gaya desain DeepEnd.id yang lebih dark dan a bit gothic. Tapi silakan lihat saat papasan di sebuah tempat, kondisi catnya level rapi. Pada dasarnya, sama seperti para detailing lainnya. “Hanya sedikit ekstra pengerjaannya, karena diberi kepercayaan. Satu dari dua C63 W205 di Indonesia. Handle with care. Buat hasil yang maksimal,” ucap Tony dari Detail 8.

Saat mobil lama di showroom, pastikan sampai rumah catnya dikoreksi. Hilangkan jamur bodi dan kaca, noda aspal kalau ada, baret halus, swirlmark dan hologram pada bodi. Mesin, kabin, kolong dan velg juga disentuh. Setelah ‘clay and waterspot remover’ dan ‘multistep paint correction’ dilakukan, diakhiri single-double-triple layer nano ceramic coating. Kilau cat asli jadi tahan lama, kuat terhadap baret halus dan jamur, dan sejumlah benefit lainnya. Harganya? Di kisaran 4 juta perak.

 


Workshop:

Wheels & tyres: Revolution Wheels & Tires @revolution_wheels
Detailing: Detail 8 @detail.8


Data Mods:

Wheels Vorsteiner Sport Forged V-SF 001 19x(9+10) inches, tyres Advan Neova 245/35ZR19 & 275/35ZR19