Chrysler Three Hundred. Menyebut namanya, seolah menyiratkan kemampuan mesin dicukup-cukupi 3.000 cc. Itu sinisme belaka. Padahal kapasitasnya di atas itu. Big sedan ini, 3.6 V6 yang enteng menghasilkan tenaga 292 hp dan torsi 260 lbf.ft. DeepEnd juga tak menduga, kalau sedan ini teramat sopan dikendarai namun reponsif pada transisi 8 percepatannya.

Sudah sejak lama mobil ini muncul ke muka bumi. Satu dekade lalu di Jakarta, DeepEnd pernah meliput 300C  yang sukses dimodifikasi. Awal 2010, DeepEnd menaiki 300C di Singapura. DeepEnd jatuh hati pada 300C. Tapi itu semua versi generasi pertama.

“Berkesempatan mengendarainya, membuat jantung dag dig dug.”

Generasi keduanya muncul di 2011. Tetap mempertahankan siluet ikoniknya dan merupakan salah satu dari sedan berpenggerak roda belakang Amerika yang masih tersisa, walaupun gen 2 ini menyediakan penggerak all-wheel drive. Sekarang di Indonesia, Garansindo International Motor yang memiliki izin edarnya.

Berkesempatan mengendarainya, membuat jantung dag dig dug. Suspensi Touring (V-6) sudah tersimpan di gudang Mr. AR. Digantikan dengan suspensi udara. Membawa mobil standar pinjaman saja, butuh 5-10 menit untuk adaptasi mata-tangan-kaki. Untuk mobil ini, lebih lama lagi, DeepEnd mempelajari dulu setingan air susnya. Bukan apa-apa, velgnya juga sayang banget kalau tergores.

“Perhatikanlah lebih seksama, nampak benar bahwa nuansa klasik dan modern dijadikan satu.”

AG Wheel F562 dengan konstruksi 3-piece step lip concave. Mobil yang kaku, sungguh pantas dengan model velg ini. Selain itu, mobil ini memang terkesan kekar, bongsor dan berat. Tapi inilah yang membuat penampilannya sangat khas. Maka…, Mr. AR butuh ‘sedikit warna’ untuk bikin detail bodi samping lebih dinamis.

Kelebihan velg ini, detailnya sebenarnya semi dish. Piringnya tak penuh, siripnya tak panjang. Dish dulunya sempat pamor, di awal tahun hingga pertengahan 2000. Perhatikanlah lebih seksama, nampak benar bahwa nuansa klasik dan modern dijadikan satu.

Velg yang tertanam dibalik fender berdimensi 22 inci. Lebarnya ekstrem. 10 inci di depan, dan 12 inci pada velg belakang. Karet bannya dipilih Nitto NT555 dengan ukuran 255/30ZR22 dan 295/25ZR22. Ketipisan ban memang dibutuhkan. Bayangkan jika ban meaty dipakai pada sedan segede ini, setinggi ini, seboxy ini, bisa jadi mirip traktor.

“Ingat jargon DeepEnd, #StandarSajaTakCukup.”

Ban ini punya sidewall yang bulat. Jadi pada saat posisi ditarik velg lebar, gaya bad assnya keluar. Bukan kayak stance shit yang sampe ninggalin sisa bibir velg. Jadi sewaktu posisi ‘air out’ di suspensi, ban nicely melesak ke dalam fender dengan tanpa banyak jeda.

Ingat jargon DeepEnd, #StandarSajaTakCukup. Kalkulasi tekniknya rumit. Otak mesti encer. Selera kudu tinggi. Musababnya, Ryan Melano dari Antelope Ban nyetingnya juga pakai hati. Pokoknya, “Maybe, hanya 2 mm jarak fender dan ban velg.”

“Kata-kata ajaib sih bakal keluar.”

Melihat hasilnya, kata-kata ajaib sih bakal keluar. Bedebah, keterlaluan, killer, et cetera. Cakep banget. “Gua pasang air sus Air Lift V2 di sini, dengan 8 presets memory yang bisa menginput untuk many different situasi,” ungkap Ryan. Memang sih ini generasi pertama dari Air Lift yang keluarin sistem memori. Untuk independen 4 titik suspensi yang hasilnya bener paten dan hampir sempurna dibanding konvensional sistem 2 titik. Jadi…, sewaktu dibikin ini, ada 4 memori yang dipakai, Top Hi, Ride Hi, Ride dan Air Out.

Apakah ini bekerja sempurna? Mr. AR memakai Chrysler 300C ini untuk hariannya ke kantor. Model 300 dirancang ulang dengan tampilan yang lebih orisinal dan telah melakukan keajaiban untuk meningkatkan daya tarik sedan secara keseluruhan. Generasi kedua ini telah berubah menjadi salah satu model paling penting Chrysler. Mobil bongsor sekelas Mercedes S-Class and Seven series, dengan gaya aristokrasi ala Uncle Sam.

 


Workshop:
Antelope Ban @antelopeban

Data Mods:
Aimgain body kit, AG Wheel F562 wheels 22x(10+12) inches, Nitto NT555 tyres 255/30ZR22 & 295/25ZR22, Air Lift V2 air suspension