Toyota GT86, sebuah sports car yang menjadi suksesor dari sang legenda. Siapa lagi kalau bukan AE86. Seonggok sedan keluaran Toyota berpenggerak roda belakang yang tiba-tiba tenar. Semua pasti sudah tahu ceritanya. Tua, muda, pasti kenal. Apalagi kalau menyebut film Initial D. Pikiran langsung berlabuh ke sebuah sedan dua pintu bewarna putih dengan bawahan hitam, meliuk-liuk mengalahkan rivalnya di jalanan gunung.

28 tahun berselang, lebih tepatnya pada tahun 2012. Toyota meluncurkan sang suksesor, yang digadang-gadang terinspirasi dari kakaknya terdahulu. Sharing platform dengan Subaru BRZ, berhasil merebut hati para anak muda di seluruh dunia, tak luput Indonesia.

Adhika Ashari, sama seperti pemuda lainnya. Demen dua pintu. Cari sana-sini, kepada GT86 ia jatuh hati. Awalnya hanya dimodifkasi ringan, karena #StandarSajaTakCukup. Pasang air suspension dan ganti velg merupakan kiblatnya saat itu.

“Vino menawarkan sebongkah eksperimen yang dapat dikatakan cukup kontroversial.”

Ceritanya bermulai saat Dhika, mengunjungi Platinum di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. “Awalnya mau ganti cat sama rapiin panel-panel,” aku Dhika. Saat sedang konsultasi, Vino sang juragan menawarkan sebongkah eksperimen yang dapat dikatakan cukup kontroversial. Karena dianggap melawan arus dengan melakukan engine swap. Dimana semua orang saat itu sedang tergila-gila untuk mencangkokkan 2JZ-GTE ke dalam ruang mesin GT86.

Namun tidak dengan Dhika dan Vino, yang justru memilih mesin dari keluarga Chevrolet alias LS. Kompor sudah nyala, bahan-bahan sudah ada. Tinggal bagaimana sang koki mengolah masakan agar dapat dinikmati oleh semua orang.

3 tahun lamanya, GT86 ini bertransformasi. Semua sektor digarap serius, tak ada satupun yang terlupakan. Ubahan paling viral pun ada di ruang mesin, dimana sudah dua kali ganti jantung. Pertama, Dhika memakaikan LS5 sebagai pembuka. Berhasil membuat netizen geleng-geleng, bahkan membawa pulang piala dari berbagai kontes. Kurang nendang, Dhika balik lagi. Menggandeng XS Automotive, proyek paripurna pun dimulai. Konsep utamanya tetap memakai mesin Amerika, hanya saja kali ini lebih nendang. Akhirnya mesin berkode LSX dari Chevrolet melesak ke dalam jantung.

Lagi-lagi, ide eksperimental muncul. Semua bagian bodi dipreteli, lalu dilapis ulang dengan material karbon dan lantas dicat. Bukan hanya cat biasa, melainkan candy.

Tentu bukan pekerjaan mudah, banyak perubahan di sana-sini. Dhika mempercayakan sepenuhnya pada bengkel yang terletak di daerah Pluit, Jakarta Utara tersebut. Mesin sudah gila, eksterior tak mungkin biasa. Lagi-lagi, ide eksperimental muncul. Semua bagian bodi dipreteli, lalu dilapis ulang dengan material karbon dan lantas dicat. Bukan hanya cat biasa, melainkan candy. Dhika menjelaskan bahwa bagian pengecatan tidak bisa sembarangan. Harus sangat terampil dan presisi agar warna merahnya dapat keluar dengan sempurna. Sebagai pelengkap, satu set body kit Rocket Bunny V1 dipesan. Menjadi jubah baru sang GT86. Aksesori pemanis pun tidak dilupakan, seperti GT-Wing dari Vertex, serta sepaket facelift untuk lampu depan dan belakang.

Adhika menjelaskan, pada awalnya ia mengejar konsep street racing. Namun dengan ubahan modifikasi yang dilakukan, dirasa kurang rasional. Untuk itu ia menambahkan beberapa perangkat yang sejatinya tidak ada dalam mobil dengan konsep tersebut. Seperti instalasi audio dan perangkat air suspension. Sah-sah saja, karena sejatinya memang mobil ini tidak dipakai untuk ngebut. Melainkan hanya sebagai wujud representatif dari ide gila yang dieksekusi dengan sangat baik.

Aksi perdananya di 2019 pada Intersport Auto Show seri pertama kemarin, berhasil menggetarkan para pengunjung yang datang dengan raungan khas negeri Paman Sam.

Dan memang, tidak semua orang suka dengan gaya mobil seperti ini. Bahkan dapat dikatakan cukup kontroversial, dimana orang-orang berdebat memperbincangkan maksud dan tujuan dari si konseptor modifikasi. Bagi Dhika, hal tersebut bukan masalah. Karena sejatinya memang menjadi berbeda itu terkadang sulit. Walaupun sekarang, semua orang menaruh respek terhadap ide gila dibarengi dengan finishing yang tak kalah ciamik.

Aksi perdananya di 2019 pada Intersport Auto Show seri pertama kemarin, berhasil menggetarkan para pengunjung yang datang dengan raungan khas negeri paman Sam. Gurih dan kasar, mungkin itulah kata yang dapat mendeskripsikan GT86 ini. Lalu bagaimana dengan debutnya di Grand Final? Kita lihat saja nanti.

Single Bolt Conversion

SANG PENUNJANG KONSEP

Sepatu merupakan salah satu hal krusial dalam berpakaian. Salah-salah, rusak seluruh gaya dari atas sampai bawah. Tak terlebih dalam dunia modifikasi. Velg diibaratkan sebagai sepatu. Tidak boleh salah pilih. Harus sesuai dengan konsep modifikasinya. Ibarat kata pepatah, karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Begitu juga dengan aksesoris penunjangnya. Kalau di sepatu, warna sepatu atau bahkan warna tali sekalipun pasti memberikan efek yang besar, walaupun skalanya kecil. Untuk urusan velg, printilan-printilan seperti baut roda, baut velg, juga punya peranan yang besar dalam menunjang sepatu yang indah tadi. Hal tersebut juga menjadi fokus Dhika.

Dimana lagi-lagi ia memutuskan untuk tampil beda dengan mengubah baut roda. Tadinya memiliki lima lubang, sekarang hanya satu. Ala-ala mobil DTM atau Super GT diluar sana. Single bolt conversion ini dilakukan secara custom. Karena sejatinya tidak ada brand aftermarket yang menyediakan konversi tersebut. Usut punya usut, bukan tanpa alasan. Dhika memesan satu set BBS E88 dengan ukuran 19×10.5 di depan, dan 11.5 dibelakang. Dari lahirnya, memang velg tersebut sudah disediakan opsi untuk berjodoh dengan single bolt. Hasilnya? Tentu lagi-lagi luar biasa. Estetikanya dapet, tanpa mengesampingkan fungsi, tetap proper pokoknya.

Long Distance Relationship

SETELAH 3 TAHUN, AKHIRNYA PULANG

Dhika bercerita, bahwa selama 3 tahun ia harus menahan rindu dengan mobil kesayangannya tersebut. Penyebabnya tidak lain tidak bukan adalah seluruh pengerjaan yang dilakukan di ibukota. Terlebih lagi kesibukan Dhika sebagai mahasiswa di salah satu universitas di kota Semarang. Sehingga ia tidak memiliki banyak waktu untuk terus memantau sang pujaan hati.

Bermodal kepercayaan dan koneksi internet, ia menyerahkan mobilnya berpindah dari satu bengkel dan bengkel lainnya. Penantian pun terbayar sudah, tepat sebelum Intersport Auto Show 2019 diadakan di Semarang; sang pujaan hati kembali ke pelukan Dhika setelah sekian lamanya terpisah. Sekarang ia bisa sepenuhnya menikmati si GT86 yang kini telah bertransformasi menjadi salah satu mobil paling disegani di dunia modifikasi Tanah Air.


Workshop:

Bodywork: Platinum Motorsport @vinoplatz
Mesin: XS Automotive @xs_automotive


Data Mods:

Fully built V8 LSX engine (6.8L displacement), 575 HP @6800 RPM and 525 ft-lbs of torque with compression ratio 11.1, CNC ported L92 heads along with a forged lower end (full balanced), BOSCH stand alone computer, CBM engine harness, custom baffled oil pan, GM coil packs, ignition CBM wires, CBM coil cover, CBM billet fuel rail, AN fittings & injectors, CBM billet intake manifold, CBM billet throttle body 90 mm mechanical, custom grind GM camshaft, Manley chromoly pushrods, Manley chromoly valve  keepers, Manley double spring titanium retainers, REV stainless steel valve, GM CNC ported GM L92 cylinder head, Callies Compstar forged camshaft, Callies Compstar forged connecting rods, JE forged pistons, ACT heavy duty clutch set, reinforced transmission w/ close ratio gears T56, alloy radiator, stainless steel exhaust system, GReddy tail pipe, wrapped full carbon kevlar w/ red candy, custom engine hood, custom front bumper, Rocket Bunny V1 rear bumper, Rocket Bunny V1 fenders (wided & radiused), Rocket Bunny V1 side skirt, Rocket Bunny V1 splitters, Vertex wing, custom duck tail, custom rear spoiler, facelift head & tail lights, cutting sticker livery, Airrex coilover bags, Airrex pillow ball, Airlift 3H sensor, Megan Racing front lower arm, Megan Racing camber adjustment, Megan Racing toe adjustment, Megan Racing caster adjustment, stance rear camber adjustment, Brembo front brake kit 6 pot + 365 mm rotor, Brembo rear brake kit 4 pot + 365 mm rotor, convertion kit to single lock, BBS wheels E88 19x(10.5 +11.5) inches, Yokohama tyre  Advan Neova AD08 265/35 & 305/35, carbon dashboard panel, carbon door panel, carbon center console panel, carbon steering wheel combine w/ Amara suede, suede door trim, billet shift knob, seat Recaro Sportster with carbon panel, deleted rear seat, 2 stainless air tank, 2 Viair 440 compressor, Air Lift management suspension, custom hardline, Alpine head unit, Alpine 2-way front speaker, Alpine 2-way center speaker, Alpine 2-way rear speaker, Alpone subwoofer, Alpine processor, Alpine 4 chanel power, Alpine monoblock, custom audio box