Mobil-mobil premium dan eksotik, hilir mudik DeepEnd liput. Mobil mid/low sebenarnya berkesempatan kami liput. Seperti Baleno ini.

Bani Abdullah punya cerita yang sangat menarik. Pemilik showroom mobil ini lugas membeberkan konsep dan eksekusinya. Selepas menjual Freed, “Saya mencari mobil yang belum ada yang dimodif. Baleno ini jadi solusi,” ucap kelahiran Bekasi 18 November 1995.

Modelnya lebih ke moncong depan, masuk ke hatchback. Lebih utama posisi lampu dan kap mesin agak panjang, terutama bumper depan. Desain bumper modelnya aktraktif. Itu jadi pemikat utama. Secara umum, fitur pun menarik.

Dari segi dapur pacu, tidak lebih agresif dari pesaing di kelasnya. Bawahnya berat. Atasnya kalah jauh dengan Jazz. Namun Baleno ini irit. Jika Jazz dibawa rute Rawalumbu ke Grogol, dalam seminggu pulang-pergi bisa merogoh kocek 500 ribu. Dengan Baleno, palingan mentok di 300 ribu.

Nuansa modifikasinya elegan. Mobil boleh bukan premium, tapi barangnya enggak abal-abal. Mobilnya kan panjang di depan, dan bantet. Dan saat diceperin, mobil berasa sedan dari posisi depan, jadi gepeng.

Pertama dilakukan Bani adalah memasang air sus. Bukan velg sebagai step awal. Biar cepat katanya. Sambil nyari velg, dia aplikasi Air Pride. Memakai android + remote, dengan sistem 2 channel. Balon bisa direquest sesuai bobot. Menyesuaikan ruang fender yang lumayan lapang, jadi dipilih balon gede supaya lebih nyaman.

Shock depan dicomot dari Ertiga. Dicustom, pangkon bawah dinaikin, as dipendekin, tabung dipendekin. Lengkap, berasa anak bengkelnya. Lanjut lagi tabungnya diisi oli, disuntik gas lagi, biar travelnya bisa main dengan enak.

Trik di bagian belakang, akibat penggunaaan air sus ini, Saiful dari 4L Autoworks dengan hati-hati sekali mencoak sasis bagian atas. Bracket dibuat, tapi masih ketebalan. Sekitar 5 cm. Lantas, jendolannya dicopot, eh dalah, masih tinggi juga. “Akhirnya saya papas semua bracketnya,” ucap Saiful. Faktanya, balon bagian atas nempel sasis, sementara balon bawah langsung ketemu arm. Sistemnya memakai baut, agar balon tak lari.

Kreativitas tak berhenti sampai di sana. Bani membeli Work Durandal DD5.2 17×9 inci. Offset semua minus. Depan -5 dan belakang -10. Konstruksinya 2-piece welded, full polished all, 4×100 dan semuanya step lips di kiri-kanan. Kejam nampaknya. Maka Bani langsung transfer. Soal pasang, gimana nanti. Toh ada 2 kepala buat diskusi.

Velg lebar, celong, langka. Anglenya ini sulit loh diikuti. Velg ori di PCD 4×100 di diameter 17 inci? Jarang banget yang legowo ikuti angle ini. Sebagai pengusaha show room 18 Auto Garage (Pasar Segar Narogong), Bani sudah punya background otomotif yang kental. Resiko dan kegunaannya sudah dia kalkulasi benar.

Kelengkapan lain pada sektor roda adalah ban. Accelera Phi 195/40ZR17 menjadi kunci. Sebab tak pola rotasi, sehingga dampak dari camber miring yaitu ban botak sebelah, bisa diminimalisir dengan membalik bannya. Bekat ukuran itu pula, kesan ban lebih narik bisa diwujudkan. Sedangkan remnya, memakai Brembo. Memakai diameter cakram 310 mm dengan 4 kaliper. Celah cakram dengan velg hanya 2 mm saja. Inipun sudah dengan adaptor velg 4 mm. 


Workshop:
Air sus, wheels & under carriage: 4L Autoworks @4l_autoworksAir sus & undercarriage: 4L Autoworks @4l_autoworks
Big brake kit: Kalista Wheels @aditya_diyan
Shock absorber: Yeni Per Rollfender @yeni_per_rollfender
Interior: 18 Autogarage @18autogarage

Data Mods:
Air Pride air suspension, Suzuki Ertiga front shockabsorber, Work Durandal DD5.2 17×9 inches, Accelera tyres Phi 195/40ZR17, Brembo big brake kit, roof rack Fox, roof box by Airlux