Kamu lelaki kan?
Kalau iya, pasti suka sama TLC.
Kalau enggak, entar juga suka.
Kalau masih juga belum suka, bisa jadi anakmu yang suka nanti.
Well, itu joke lah.

Bodi bongsor begitu bisa dimuati 8 orang. Walaupun kursi baris ketiga begitu sempitnya, dan memakan ruang kargo saat dilipat. Tapi memang isinya itu luas dan jembar, plus dikelilingi kemewahan material kabin.

Nyetir atau disetiri sama saja machonya. Seringnya office to office. Jarang jalan jauh, sebab borosnya minta ampun. Entah dipakai oleh pengusaha, perwira tinggi atau pejabat pemerintahan. Jadi kebanyakan memang kinyis-kinyis. Smooth ride, sendiri atau dengan pengawalan.

Padahal mobil ini kapabel dipakai off-road. Bisa jadi karena harga barunya selangit, maka mainnya cukup di aspal aja. Entah nanti 2 dekade lagi, mungkin harganya sudah sebumi, jadi bisa diajak gelut di lumpur.

Robert pun demikian. Tujuannya sebagai ‘pengawal’ ke kantor.
Mana ada yang berani sentuh mobil ini.
Tapi Robert gatal membiarkannya standar.

Suspensinya sudah asli air suspension. Bukan aftermarket. Namun ditambahkan modul agar bisa dibuat lebih ceper lagi.
Oleh Robert, TLC kemudian disentuh DUB style. Sebuah gaya yang 10-15 tahun lalu sempat meledak di Tanah Air akibat munculnya diecast yang dirilis DUB, majalah yang meliput urban custom car culture di Amerika. Terminologi “DUB” adalah slang untuk custom/bespoke wheels berdiameter 20 inci atau lebih yang dipopulerkan melalui musik hip hop.

Gaya itu sudah redup di sini, namun tetap eksis di Amerika. Mengapa redup? DeepEnd menduga banyak yang tak sanggup lagi menjejalkan diameter besar pada mobilnya, apalagi soal harga velg dan bannya yang tinggiiii…, tinggi sekali. Main aman saja istilahnya.

Robert cuek. Ia memang gandrung, “Saya suka velg diameter besar.” Fortunernya saja dipasangi velg 24 inci dari Centerline. Kalau kilas balik, Robert bukan anak kemaren sore. Sudah hampir 2 dekade dia main modif.

TLC-nya sekarang super edan.
Ditempel velg 26 inci. Lebar 10 inci dengan offset 30 mm.
Forgiato mereknya.
Fondare-ECL tipe modelnya.
Brushed/polish finishingnya.
Harganya? 185 juta perak nyampe ke Semarang.

Forgiato punya market sendiri hingga saat ini. Sudah jejak. Padahal awalnya dimulai dari importir velg cor/casting, hingga sekarang bermaint di velg mewah. Dirancang, dipotong dan diselesaikan di Los Angeles, California. Forgiato mengklaim, suku cadang asli buatan Amerika, dan hanya menggunakan produk Amerika.

Khusus untuk Fondare-ECL ini, “Modelnya keren menurut saya,” kata Robert. Mirip tornadi dengan 8 bilah. Aura elegan muncul dari kelirnya. Karakter kokoh dari palangnya.
Tapi yang sulit itu sebenarnya mencari ban ukuran 26 inci. Specnya 295/30R26 107W XL.

Aje gile. Udah susah, mahal pula. Sebijinya 10 jutaan. Jangan lupa kali 4.
Scorpion Zero Asimmetrico dirancang untuk performa yang luar biasa dalam kondisi jalan raya. Pantas buat segmen SUV dan CUV. Mampu menggabungkan 3 hal yaitu usia pakai yang panjang lewat continuous central ribsnya, bisa diajak ngebut berkat fitur continuous longitudinal block profiles dan compact shoulder blocks, dan meningkatkan traksi dan keamanan ngerem didukung desain asymmetric dengan Z-profile.

Dengan velg besar dan ban setipis itu, apa yang dibutuhkan selain pengalaman ?
Robert pasti sudah terbiasa membawa roda seperti itu. Sudah hapal selahnya. Paham angle-angle berbahaya yang mungkin akan membuat velg grepes.
Diajak ke lokasi pemotretan yang banyak kerikil saja ia berkenan.
Apalagi mobilnya tetap nyaman, tidak limbung. Bahkan tenaganya lebih up dan suara knalpotnya ngebas.
Ciamik!


Workshop:
HKS Sky @hkssky

Data Mods:
Forgiato wheels Fondare-ECL 26×10 inches, Pirelli tyres Scorpion Zero Asimmetrico 295/30R26, Modelista body kit, Wald side muffler, aftermarket head lamp, aftermarket cover spion, aftermarket grill, K&N air filter, Ultra Racing front strut bar, Ultra Racing lower bar