DeepEnd dengan Mr. RC hampir 2 windu saling kenal.
Salah satu pemain lama. Bisa dikatakan, juragannya pemain elegan Jakarta.
Bahkan sebelum kenal, Mr. RC sudah duluan main modifikasi mobil.
Dan tengah 2020 ini, dia datang ke Bogor. Di mobilnya sudah ada 1 set Forgiato. Diameternya gigantic yaitu 22 inci. Lebarnya belang, 8.5 dan 10 inci.

Tapi sesungguhnya ia nampak kebingungan.
Awalnya mau refinishing. Restore ke original memakai brushed clear. Lantas sudah tanya-tanya plus minus coilover dipakai di Alphardnya.
Inilah kalau lama enggak main modif, kelamaan jeda sebab membangun imperium bisnis. Ia masih memakai conventional mode untuk kandas-isasi.

Padahal beda dulu dengan sekarang. Teknologi pegang peranan, lewat suspensi udara.
Mr. RC terperangah.
Tak percaya suspensi itu sudah memorized, sangat digital serta terintegrasi depan-belakang. Bahkan sudah bisa menyamakan sumbu roda. Sehingga tidak akan terlalu jauh beda ketinggian bagian depan-belakang dan sisi kiri-kanan.

Dasar anak modif, sekali ngeh, cepat sekali menyambar.
Segera ia memilih Prazis. Paket lengkap struts-bag dengan manajemen 2 titik. Sebagai informasi, baru ada 3 orang yang memakai full set, termasuk BMW E28 dan Mazda RX-7.

Singkatnya, keuntungan memakai full set Prazis strut and bags dan Prazis air management P2W adalah:

  • Fungsi “Acc on” untuk keamanan.
  • Fungsi drainase otomatis.
  • Memiliki 3 preset fungsi memori.

Mr. RC ini jadi kaget. Ternyata supensi udara sekarang sudah enak banget, kayak standar bisa dipakai harian. Dulu dengan air sus konvensional, pas amblas harus ukur manual dulu dari luar, sama apa enggak cepernya di semua roda/fender.
Sistem P2W atau 2 titik ini dilengkapi dengan 3 memori yaitu air out, ride dan height. Opsinya sudah sangat mumpuni untuk dipakai. Pada suspensi Prazis ini, dampernya bisa diatur kekerasannya sebanyak 30 titik. Sudah mirip kayak coilover.

Sistem memorinya juga cukup bisa diandalkan. Presisi di setiap tingkat ketinggian. Dan
ternyata yang bikin Mr. RC kaget adalah saat dinaikkan, ketingggiannya hampir sama, tak melenceng.
Sistemnya sederhana, tapi bisa memberikan animo positif di bidang pressure heigh level. Peranan teknologinya menyumbang signifikan. Penciptaan kekuatan dan konstruksi balon, suspensi dan strutnya, kini telah menghitung bobot, geometri dan karakter mobil. Jadi mobil terasa tidak keras. Tanpa bunyi.

Padahal sebelum memakai air sus, Mr. RC dihadapkan oleh situasi pelik.
Itulah yang membuat dia kebingungan.
Kembali ke cerita awal. Velg yang ia bawa, lebarnya belang. Bahkan ia sudah membawa ban Accelera berukuran 255/30ZR22. Nenteng sendiri, setelah ambil dari kawan kita juga, Autostyle Indonesia di Sunter.

Akhirnya karena deal memakai air sus, dampaknya terjadi dengan keputusan memakai lebar rata di 9.5 inci.
Sebelum dijelaskan, coba bayangkan ban 255/30R22 saat terpasang di lebar tersebut?
Nangkep?
Oke, DeepEnd coba jelaskan ya. Jika dipasang di 8.5 inci, ban dengan ukuran tersebut bakal kotak banget.

Kebayang dong kalo 255/30 dipasang di 10 inci makan akan jadi narik?
Nah, ini yang dihindari oleh Ryan Antelope. Not his style at all. Dan Mr. RC sepakat dengan perbedaan gaya lengkung bahu ban tersebut. Jadi pasti terjadi beda karakter depan dan belakang. Dimana dilihat dari samping jadi aneh: depan kelihatan tebal, belakang jadi tipis.

Lantas bagaimana?
Ban sudah beli. Dipertahankan.
Konsepnya adalah dengan mengkombinasikan dengan velg agar terlihat padat, sesak dan tidak maksa.

Segeralah barrel diganti.
Maka dapat lebar 9.5 inci all around. Celongnya sama. Posisi dan bentuk dinding ban serupa. 


Workshop:
Air sus, wheels & undercarriage: Antelope Ban @antelopeban
Tyres: Autostyle Indonesia @autostyleindo

Data Mods:
Forgiato wheels Alneato B 22×9.5 inci, Accelera tyres Phi 255/30R22, Prazis strut and bags, Prazis air management P2W