W212 itu mau standar, static atau stance, ya enak-enak saja dipandang.
Memang utamanya, disebabkan desainnya yang sangat bagus. Tak terlalu menonjol, tak terlalu under. Butuh 4 tahun sejak pengembangan, desain eksterior oleh Winifredo Camacho, desain interior oleh Thomas Stopka, hingga penyempurnaan dan pertimbangan teknis spesifikasi akhir.

Elemen tertentu dari eksterior diambil dari W204 C-Class dan W221 S-Class. Lengkungan roda (wheel arch) belakang yang menonjol mengingatkan pada spakbor Mercedes “Ponton” 1950-an yang dinamakan Ponton Flare. Garis bodi yang meningkat terinspirasi S-Class, seperti pada pegangan pintu dan bumper yang diperbesar.

Sementara itu, inspirasi CLS-Class hadir dalam bentuk lampu depan yang didesain ulang, dengan desain tetesan air mata persegi yang lebih tegang dibandingkan dengan bentuk bulat telur sebelumnya. Perubahan lain yang dibuat pada model 2009 termasuk gril berbingkai lebih lebar dan intake udara baru. Secara umum, E-Class ini memiliki koefisien hambatan 0.25 untuk meningkatkan efisiensi aerodinamis.

Selebihnya, hanya bicara soal kelebihan belaka.
Mesin E 250 sudah lebih dari cukup untuk digunakan di Jogja. Sanggup menghasilkan 201 hp. Interiornya memiliki kokpit lebih luas dengan kursi depan bucket yang dapat disesuaikan ketinggiannya, kunci pintu daya jarak jauh, spion listrik, kaca spion berpemanas, 4 jendela daya sekali sentuh, dan pengoperasian jendela jarak jauh. Aspek hiburan berasal dari sistem audio Harman Kardon, layanan telekomunikasi TeleAid, dan tautan data Bluetooth.

Maka…, Dino Andaru enak banget. Tinggal fokus pada kaki-kaki saja.
Minimalis, “Pokoknya mobil harus enak dilihat. Terus bisa jalan pendek,” ucap warga Jogja kelahiran 6 Januari ini.


Kuncinya ada di velg kokoh yang mekar membesar. Orden jadi yang terpilih. Akan semakin kelihatan karakter Orden saat mobil drop dead down. Apalagi saat sebagian velg hilang tertutup fender, semakin berjaya ia sebagai velg stance.

Ban Accelera Phi bagaikan panglima jenderal lapangan. Berkeringat menghadapi medan, tapi tak boleh terlalu menonjol ketimbang velgnya. Padahal ban ini dipilih, “Karena bannya ditariknya enak dan dinding bannya lentur. Nyarinya gampang,” ucap pemilik kedai kopi Satulagi di bilangan Tirtodipuran.

Ketika Leon Hardiritt Orden dan Accelera Phi dipilih, mereka disandingkan dengan suspensi AirRev. Bisa disetel sesuai selera dan harga juga terjangkau. Coba lihat foto-foto yang ada di artikel ini. Celup, kandas, dan mencium aspal, you name it!

Terkait itu semua, mungkin DeepEnder berpikir ini habis-habisan putar otak. Ternyata tidak. Modifikasi mobil ini, “Tidak merusak bodi, bisa dipakai harian dan bisa touring,” ungkap Dino .


Workshop:
Alternative Automotive @alternative.automotive

Data Mods:
K&N air filter, cylinder head porting & polished, stage 1 ECU remapped, GFB blow off valve, LED Cree head lamp, LED Cree fog lamp, LED Cree hi-beam, E 500 double fog lamp, AMG double muffler tip, front camber plate pillow ball, rear adjustable arm camber, Leon Hardiritt wheels Orden 19x(9.5+10.5) inches, Accelera tyres Phi 215/35ZR19 & 235/35ZR19, AirRev suspension