DeepEnd pernah numpang di jok kiri dari Bandung hingga Jogja, nebeng Tsubakinya The Bakajin. Basis Porsche RWB Tsubaki agak masuk ke kategori retro car, tapi ia mampu lolos dari ancaman jalanan dan suhu Pantura yang galak panasnya. DeepEnd bahkan bisa tertidur di dalam kabin, sementara The Bakajin ‘nyupir’ dengan terpaksa.

Maka, ketika melihat Porsche putih ini, tentu sangat jauh lebih comfy dan tenang dalam menghadapi tantangan perjalanan. Porsche Boxster 2.7 2013 ini enteng berangkat dari Jogja via Solo dan Semarang untuk menuju Jepara, mengikuti Warm Up Partai Neraka 5. Bolak-balik, dan bahkan pulangnya masih segar menyempatkan diri diliput DeepEnd. Siluet cabriolet dan lekukan desainnya memang menyita perhatian. Bukan cuma saat parkir, melainkan juga akselerasi di jalanan.

Khusus Warm Up Partai Neraka 5, Ari Hermawan sang pemilik Boxster, terbang dari Palembang ke Jogja. Mobilnya sudah duluan ada di Jogja, untuk persiapan preparasi perjalanan. Road trip tersebut dianggapnya sebagai piknik sekaligus bertemu car scene Jogja dan sekitarnya. Sebuah upaya silaturahmi yang mengesankan.

Ari fanatik stance.
Baginya, “Stance memiliki arti sebagai modifikasi yang memperlihatkan jarak yang pendek antara fender dengan pelek. Kebanyakan orang mengistilahkan gaya stance ini seperti model yang berlenggak-lenggok di atas catwalk.”
Tapi sebelum sakses di jalanan, pemuda kelahiran Palembang, 28 Oktober ini, bertemu dengan banyak kesulitan.

Kesulitan pertama yang ditemui Ari adalah ketika mencari spec velg yang pas yang akan dipasang di mobil. “Susah ketemu offset gede untuk mobil Porsche,” ucap Romario dari Artcustom Works yang jadi komandan project ini. Maka saat berjumpa Work Meister L1 dengan 9.5+11 inci dan beroffset 25-26 mm, Romario berkutat untuk meminimalisir camber agar sebagian besar tapak ban masih bisa memegang aspal.

Pasangan velgnya adalah ban Accelera 651 Sport berukuran depan-belakang 235/30ZR19 dan 265/35ZR19. Faktor kekuatan dan daya tahan, ditopang ban Accelera 651 Sport yang semi slick, punya tyre shoulder yang tebal dan kuat. Boxster ini tetap dalam kondisi fungsional dan nyaman dikendarai.

Kedua, kehati-hatian pemasangan air suspension dikarenakan Porsche Boxster penuh dengan sensor. Di awal pemasangan air sus, semua sensor nyala. Kagetlah Ari dan Romario,

Solusinya ditemukan. Dengan memasang electronic damping cancellation (EDC) kit untuk jumper sensor originalnya. Tugasnya menghilangkan kode masalah terus-menerus yang muncul tanpa menghilang fungsi unit kendali. Manfaat lain, menghindari kegagalan ECU saat suspensi dimodifikasi. Modul ini juga dapat digunakan untuk pengaturan suspensi aftermarket dalam hal ini Ari memakai Prazis dan Airlift.

Sehubungan dengan suspensi, Ari punya dengan objective, “Ingin memasang shock atau suspension yang bolt on sama mobilnya.” Sebelumnya ada pengalaman saat masih megang Toyota 86. Dulu Ari memakai shock asli dan dicustom balon airsus, “Tetapi ternyata itu merusak shock aslinya.” Makanya pada Boxsternya, Ari memilih untuk bolt on karena tak mau lagi merusak shockreaker OEM-nya.

Kemudian, pilihan shockbreaker sekaligus balon jatuh pada Prazis. Sedangkan manajemennya dipercayakan pada Air Lift 3P. Ari mengaku, “Porsche Boxster dengan shock standard itu bantingannya keras, setelah pake airsus bisa disetel keras lembutnya, jadi jauh lebih nyaman dan praktis.”


Workshop:
Artcustom Works @artcustomworks