Dari luar nampak seperti lazimnya Maestro, si penerus Prestige. Kita agak sulit membedakan mana karbuator atau injeksi, jika kita tak membuka kap mesin. Tapi bagi yang paham, cirinya ada pada lampu sein yang di fender samping kanan-kiri, tepatnya di bawah spion. Termasuk bumper dan lampu belakang. Tapi ini kadang juga terkecoh, sebab banyak yang facelift atau mengubah spek aslinya.

Publik cenderung menikmatinya bodinya yang panjang, bentuknya yang elegan, bodinya yang rendah dengan kaca berukuran besar, membuatnya bisa diterima segala zaman. Apalagi Maestro merupakan pelopor pemakaian diamond cut pada lampu depan.

Keberadaannya diteruskan pada versi facelift. Warna lebih banyak, model velg berubah.
Tapi itu belum cukup. Muncul kemudian Maestro dengan teknologi 4WS (4 wheel steering). Roda belakang turut berbelok dengan sudut berlawanan dengan roda depan. Angkanya kemiringan berbeloknya sebesar 5 derajat. Tujuannya untuk memudahkan manuver membelok, serta meminimalisir oversteer. Namun hal ini hanya berlaku pada kecepatan rendah.

Wibi, tukang kayu yang tinggal di Jogja, mendapatkan Honda Accord Maestro 4WS kelahiran 1991 dan diberi nama Otonglenong. “Ini mobil pertama yang dibeli sendiri dan cinta pertama sejak SMP,” ucap kelahiran 21 Oktober 1977 ini.

Salah satu hal terasyik dengan ketika di tahun 2016, Wibi mengendarai Otong Lenong 3 hari non stop, dan tanpa pernah mematikan mesin. On terus dari Banyuwangi, Jogja, Jakarta hingga ke Jogja lagi. Diisi 6 orang full dengan kondisi ceper static tanpa kendala. “Padahal sampai Jakarta, kena banjir,” kata warga Jakal, Jogja.

Selain 4WS-nya masih aktif, sekarang kondisinya sudah direpaint dengan super white Spies Hecker. Mulus total. Wibi memasang air sus diduetkan dengan coilover GAB. Setelannya banyak custom di Laris Understeel, supaya dapat efek slammed. Susah dilakukan karena posisi fender sudah telanjur radius dari sebelum fitment yang sekarang ini. Sebab dulu pernah setingan fender to lips, depan radius 7 cm dan belakang 5 cm, memakai SSR MS3 lebar belang 9.5 dan 10.5. Lanjut Wibi mulai ngeslammed pakai Enkei Selbach. Belang juga, di 8.5/10.

Sekarang main lebih soft, posisi tegak tapi celup.
Juga lebih waras, enggak mau lagi ber-6 naikin Otong Lenong.


Workshop:
Undercarriage: Laris Understeel @larisundersteel
Interior & exterior: Gems Wheels Garage @gemswheelsgarage

Data Mods:
Spies Hecker super white repaint, GAB coilover, aftermarket 2 channel air suspension, JDM fog lamp, Stanley lamp, Stanley side marker, Stanleu intersection, Stanley RFL lamp, USDM Maestro coupe trunk lamp, Brabus Monoblock IV 18×8.5 inches, Accelera 215/35R18, Honda ES moonroof, Cusco strut bar, Allcantara blue interior, Momo Isotta wheel steering, custom speedometer