DeepEnd berempat dengan 3 media nasional lainnya, Jawa Pos, Zigwheels dan Carvaganza. Kami berempat punya minat berbeda dala pengetesan. DeepEnd kepengen sisi fun to drivenya, yang lain ingin fokus pada kemampuan mesin hybridnya, ada juga yang ngulik fitur Advanced Driver Assistance System (ADAS) bernama Suzuki Safety Support, dan satu lagu mau tahu banget kemampuan akustik kabinnya Fronx.
Tapi yang asik adalah masing-masing mencoba jujur dengan gaya pengetesan natural, terutama soal pengetesan efisiensi bahan bakar. Ini tak mudah, sebab ada bahan bakar minyaknya dan baterai lithium-ion yang mendukung sistem Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS) yang bekerja dengan Integrated Starter Generator (ISG) yang menggantikan alternator konvensional.
Pada pengukuran konsumsi bahan bakar, banyak celah bisa membuat ukurannya menjadi sangat hemat, tapi celah itu ditutup. Misalnya, setelan AC pada 20 derajat Celcius sudah disegel pihak Suzuki sehingga tak boleh dimatikan atau dinaikkan ke suhu lebih tinggi. Bayangkan, kalo dimatikan, angka hematnya kan jadi mengelabui publik. Lantas, jumlah bahan bakar sebelum dan sesudah pengetesan juga tercatat terbuka, dan tutup tangki disegel, sehingga pada resultnya ketahuan berapa pemakaian.
Namun, bagaimana sebenarnya mengetes bahan bakar pada mobil hybrid?
Punya perasaan yang sama?
Sepemikiran kah?
Untuk mengetes bahan bakar pada mobil hybrid, bisa menggunakan dua metode utama yaitu metode full-to-full dan berdasarkan informasi di instrument cluster (MID, Multi Information Display).
Metode full-to-full adalah cara menghitung konsumsi bahan bakar kendaraan dengan mengisi tangki hingga penuh, mencatat jarak tempuh, lalu mengisi penuh kembali untuk menghitung konsumsi bahan bakar berdasarkan jarak tempuh dan jumlah bahan bakar yang diisikan. Penting diingat sebagai patokan, suhu lingkungan dapat mempengaruhi volume bahan bakar, jadi usahakan melakukan pengisian pada kondisi cuaca yang stabil. Gaya berkendara juga mempengaruhi konsumsi BBM sebab gaya berkendara yang agresif cenderung membuat konsumsi BBM lebih boros.
Berikut langkah-langkahnya metode full to full:
1. Isi angka bahan bakar kendaraan hingga penuh.
2. Catat angka pada odometer (penunjuk jarak tempuh) sebelum kendaraan digunakan.
3. Gunakan kendaraan seperti biasa hingga bahan bakar hampir habis (disarankan jangan sampai benar-benar habis karena dapat mempengaruhi kinerja mesin).
4. Isi kembali angka bahan bakar hingga penuh.
5. Catat angka pada odometer setelah pengisian penuh kedua.
6. Kurangkan angka odometer akhir dengan angka odometer awal untuk mendapatkan jarak tempuh total.
7. Bagi jarak tempuh dengan jumlah bahan bakar yang diisikan pada pengisian kedua.
Lantas jangan lupa, informasi di dasbor (MID) memberikan perkiraan konsumsi bahan bakar berdasarkan data yang dikumpulkan oleh sistem mobil. Cek informasi konsumsi bahan bakar secara real-time atau rata-rata. Sebab di situ terdapat keterangan penggunaan tenaga mesin dan motor listrik, status pengisian baterai, serta perkiraan jarak tempuh berdasarkan sisa bahan bakar. DeepEnder bisa membandingkan hasil dari informasi MID dengan hasil perhitungan full-to-full untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat.
Hasilnya, mobil Suzuki Fronx SGX berwarna Ice Grayish Blue yang DeepEnd uji, menghasilkan konsumsi bahan bakar 26,70 km/liter. Kami masih kalah irit dibandingkan 5 mobil lainnya dari total 12 mobil Fronx, yang terdiri dari 8 SGX.2 GX dan 2 GL. Tapi mencengangkan juga, sebab kami menyetir dengan skenario membawa balita. Tak ngebut, juga tak ngesot. Very natural sesuai kondisi jalanan.
“Suzuki Fronx hadir menawarkan pengalaman berkendara impresif. Perpaduan mesin canggih dan teknologi hybrid SHVS, menciptakan manfaat seperti efisien dalam konsumsi bahan bakar, tapi juga sangat ramah lingkungan. Ini adalah solusi pintar sebagai mobilitas modern,” terang Harold Donnel, 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS).
Setelah artikel ini, DeepEnd akan lanjut tentang mesin hybrid Suzuki Fronx.
Harap bersabar, DeepEnder!