Ketika DeepEnd mampir ke IAM Bangkok, salah satu mobil yang mencuri perhatian adalah Subaru mungil ini. DeepEnd harus berulang kali mengintip, dari segala sudut, bahkan ngolong buat sekadar memastikan identitasnya.

Mobil ini bukan Subaru, melainkan Mazda 121 atau Autozam Revue. Mobil yang sama tapi nama berbeda tergantung pasar penjualannya. Mazda 121 adalah nama versi ekspor, dijual di luar Jepang (misalnya di Australia, Eropa, dan Asia Tenggara). Sedangkan Autozam Revue adalah nama versi domestik Jepang (JDM), di bawah sub-brand Autozam milik Mazda.

Hingga akhirnya bertemu dengan Varunrin, seorang influencer wanita yang ramah dan paham tentang modifikasi mobilnya. Di tangan Fon, panggilan dari Varunrin, mobil ini menjelma menjadi sesuatu yang lebih: Mazda 121 Holyshit Edition, sebuah pernyataan kecil dengan suara yang keras.

“Because it’s cute,” katanya sederhana. Tapi di balik tawa itu, ada keyakinan. Fon tidak mencari mobil yang tercepat, apalagi termahal. Ia mencari sesuatu yang bisa mencerminkan dirinya, ringan, jujur, dan penuh karakter.

Mazda 121 menawarkan bentuk yang aneh tapi menawan. Setengah kotak, setengah membulat, seperti ingin serius tapi tetap lucu. Fon melihatnya, dan tahu, ini bukan sekadar mobil, namun inilah ruang bermain baginya.

Inspirasi datang dari Subaru Impreza GC8, mobil dengan garis desain tegas dan jiwa reli yang kuat. Fon menemukan kesamaan kecil antara keduanya, posisi antena, bentuk bawah lampu belakang, dan dari situ lahirlah ide gila. Menggabungkan dua dunia yang tak seharusnya bersatu. Mazda dan Subaru, dalam satu tubuh mungil yang penuh percaya diri.

Tapi bentuk tanpa jiwa hanyalah kulit. Maka jantungnya pun diganti. Mesin 1.300 cc karburator digantikan oleh Toyota 4E-FTE turbo engine, mesin kecil dengan napas panjang dan suara spool yang menenangkan sekaligus menggoda. “Ada kepuasan tersendiri ketika mendengar turbo mulai bersiul,” ucap Fon. Tak perlu angka besar atau dyno chart. Baginya, suara itu cukup menjadi pengingat bahwa mobil ini hidup karena cinta, bukan ambisi.

Semua proses dikerjakan oleh tangan-tangan yang tidak berseragam bengkel. Tak ada papan nama, tak ada tarif resmi. Hanya proyek kecil bernama Holyshitchannel, dijalankan oleh seseorang yang berarti bagi Fon. Di situ, setiap baut dikencangkan dengan perasaan, bukan sekadar kekuatan. Setiap kabel dirapikan seperti menyusun kenangan.

Dari luar, si kecil biru ini tampak percaya diri. Bumper depan GC8, hood scoop, spoiler GDB, spion rally style, semua berpadu tanpa terlihat berlebihan. Warna biru Subaru membuatnya bersinar di bawah matahari, sementara badge kecil bertuliskan Holyshit Edition menjadi tanda tangan yang tak disengaja. “Teman-teman saya cuma bilang ‘Holy sh*t!’ waktu lihat hasilnya,” katanya sambil tersenyum. Kadang, nama terbaik memang lahir dari reaksi jujur.

Di bagian kaki-kaki, Fon menanamkan rasa percaya diri baru. Velg 15 inci bergaya Prodrive menggantikan velg standar, membuat proporsi tubuhnya lebih gagah tanpa kehilangan sisi imut. Suspensi disetel secukupnya, tidak untuk show-off, tapi agar tetap bisa diajak berjalan jauh tanpa kehilangan kenyamanan. Kaliper dicat ulang, rotor dipotong CNC, detail kecil yang menegaskan bahwa mobil ini mungkin kecil, tapi tidak main-main.

Masuk ke dalam, suasananya hangat sekaligus serius. Recaro biru menyatu dengan empat gauge Defi di dashboard. Di lantai, karpet Subaru seperti bisikan kecil dari dunia lain. Fon menyukai sisi praktisnya, kursi belakang bisa dilipat dua sisi, memberi ruang bagi perjalanan spontan. Ia tak ingin ruang steril, ia ingin ruang hidup.

Mazda 121 Holyshit Edition ini tidak dibangun untuk menang kontes atau menyaingi siapa pun. Ia adalah perwujudan sederhana dari kebahagiaan, bahwa mobil tak perlu mahal untuk bermakna. “Selama kamu bahagia dengan mobilmu, itu cukup,” kata Fon. “Jangan peduli bagaimana orang melihatmu.”

Kini, setiap kali mobil biru itu melintas, ada momen hening kecil. Orang menoleh, lalu tersenyum. Mereka mungkin tak tahu apa itu Holyshit Edition. Tapi mereka bisa merasakan bahwa mobil ini diciptakan bukan untuk memuaskan ego, melainkan untuk merayakan diri.
Dan mungkin, di situlah letak keindahan sebenarnya.

Saat sebuah Mazda kecil bernyanyi pelan di jalanan, dengan turbo yang bersiul lembut, mengingatkan kita bahwa keunikan, betapapun anehnya, adalah bentuk keyakinan paling jujur yang bisa dimiliki seseorang.

Believe it or not, the car was not built by a professional shop. I”t was all done by Holyshitchannel, a page created by someone special for me,” kata Fon malu-malu. Teman-teman Fon bercanda menyebut proyek ini sebagai “Holyshit Edition.”


Sejarah Mazda 121

MOBIL KECIL DAN IMUT 

Pada awal 1990-an, Mazda menciptakan beberapa sub-brand untuk mengisi berbagai segmen:
Eunos (mobil premium sporty), Efini (mobil kelas menengah eksklusif), dan Autozam (mobil kecil dan imut).

Khusus untuk Mazda 121/Autozam Revue memang punya keunggulan yang tidak kasat mata, tapi justru di situlah pesonanya. Ini bukan mobil yang dibuat untuk cepat, tapi untuk membuat orang tersenyum. Berikut beberapa keunggulannya, baik secara teknis maupun emosional

1. Desain Unik dan Menawan
Autozam Revue (atau Mazda 121) punya desain membulat dan simpel, sangat kontras dengan bentuk mobil kotak di awal 1990-an. Bentuknya seperti karakter anime, kecil, imut, dan bersahabat. Desain ini sering disebut sebagai “retro-modern”, karena memadukan kesan klasik dengan gaya futuristik pada zamannya. Mobil ini bahkan dianggap sebagai ikon “kawaii car” pertama dari Mazda.

2. Mesin Efisien dan Andal
Varian aslinya menggunakan mesin 1.3L atau 1.5L SOHC, yang dikenal bandel dan hemat BBM. Konsumsi bahan bakarnya bisa mencapai 18–20 km/l, menjadikannya pilihan ideal untuk perkotaan Jepang yang padat. Meskipun tenaganya tidak besar, responsnya halus dan cukup bertenaga untuk bodi ringannya.

3. Pengendaraan Nyaman di Kota
Mobil ini punya wheelbase pendek dan radius putar kecil, jadi sangat lincah untuk jalan sempit, parkir mudah, manuver cepat. Suspensinya juga dirancang lembut, membuatnya nyaman di jalan bergelombang atau paving block. Tidak heran mobil ini populer di kalangan pengemudi pemula dan wanita di Jepang.

4. Filosofi Fun & Friendly
Mazda merancangnya bukan sebagai “mobil kecil murahan”, tapi sebagai teman sehari-hari yang menyenangkan. Interiornya cerah, jendela besar memberi visibilitas luas, dan posisi duduk tinggi membuat pengemudi merasa percaya diri. Revue artinya “pertunjukan” dalam bahasa Prancis, Mazda ingin setiap perjalanan terasa seperti bagian dari sebuah cerita.

Karena bentuknya lucu dan dimensinya kompak, mobil ini sering dijadikan kanvas ekspresi personal. Banyak yang mengubahnya menjadi versi rally look, retro JDM, atau bahkan seperti project milik Fon, disulap dengan DNA Subaru, tapi tetap mempertahankan aura cute car. Bodinya ringan, sasisnya kuat, dan ruang mesin cukup luas untuk swap mesin seperti Toyota 4E-FTE turbo.

Mazda 121/Autozam Revue bukan tentang kecepatan atau kemewahan, tapi tentang karakter. Ia adalah mobil yang lahir dengan kepribadian, sederhana, tulus, dan siap membuat pemiliknya jatuh cinta lewat hal-hal kecil.