Ada yang bilang, mobil keren itu harus mahal.
Ada juga yang bilang, makin langka makin bergengsi.
Tapi buat Raditya Aji Wardana alias Radit, atau kalau di lingkaran teman-temannya dikenal juga sebagai Sronggot, dua hal itu kayaknya cuma mitos kota besar.
Sebab baginya, kesenangan modifikasi dimulai membuka marketplace.

Saat itu tahun 2020.
Jari-jari Radit lagi nggak bisa diam.
Scroll sana-sini.
Sampai akhirnya muncul postingan yang bikin alisnya naik: Toyota Probox 2004.
Setelah itu, Sronggot mati kutu.
Mobil itu dibayarin sang kakak.
Diakhiri dengan satu ekspresi klasik, “Nih, udah. Terserah kamu deh.”

Unit lantas dibawa pulang.
Lalu… didiemin.
Tiga tahun, dongkrok.



Tanpa progress.
Tanpa update.
Tanpa drama.

Hanya parkir manis.
Menunggu giliran digarap.
Hingga Desember 2024, proyek ini mulai “hidup” dan berubah jadi sesuatu yang nggak lagi bisa disebut iseng.

Obox, begitu nama panggilannya sekarang, lahir dari Toyota Probox 1.3 M/T 2004, kode bodi NCP50V. Kecil, irit, dan CBU Jepang, alias rakitan impor utuh. Mesin 2NZ-FE di bawah kapnya terkenal tangguh dan hemat. Suku cadangnya pun tersebar di mana-mana, jadi Radit nggak perlu pusing kalau ada part yang minta diganti.“Yang penting gampang dirawat,” katanya santai.


Dan benar, mobil ini bukan cuma hidup dari gaya, tapi juga masih dipakai harian buat antar anak sekolah. Praktis tapi keren, kombinasi langka buat scene stance lokal. Konsepnya jelas: stance dengan sentuhan custom. Semua kaki-kaki dibangun ulang, dikasih sistem air suspension biar bisa jongkok di parkiran tapi tetap naik sopan di jalanan.
Velgnya nggak kalah gila. Hasil custom dari face BMW E30 R14, di-step up ke R17 dengan lebar 8,5–10 inci. Ban yang membungkusnya pun tipis-tipis: Accelera Phi 195/40R17 depan dan 225/35R17 belakang.
Kalau ada mobil yang bisa disebut “lucu tapi ganteng,” Probox ini salah satunya. Bentuknya yang boxy justru jadi nilai jual utama. “Lucu, tapi wagon banget,” kata Radit sambil tertawa.
Masuk ke dalam, atmosfernya nggak neko-neko. Interior masih standar pabrikan, tapi tetap terasa lapang dan nyaman. Dashboardnya sederhana, tapi punya banyak ruang penyimpanan. Fitur kecil yang justru bikin betah. Di sini, less is more bukan cuma teori desain, tapi prinsip hidup.

Siapa sangka, mobil yang dulu dibeli “karena iseng” justru jadi salah satu wagon paling unik di jalanan Jogja. Dari tongkrongan parkiran sampai depan sekolah anak, Obox selalu punya daya tarik yang bikin orang tersenyum.

Sronggot sendiri cuma nyengir kalau ditanya kenapa Probox. “Ya karena anomali aja,” jawabnya singkat. Dan mungkin, justru karena anomali itulah, Obox terasa istimewa. Mobil kecil dengan jiwa besar, lahir dari niat sederhana tapi dieksekusi penuh rasa. ![]()
Workshop:
Overkids Works @overkids_works











