Sore itu, Bandung sangatlah terik.
Matilah motret, pasti sulit sekali. Apalagi kami baru sampai dari perjalanan ke Jogja dan Solo. Kerja di buntut memang sudah ketiban lelahnya. Tapi kadung sudah janji, sebagai lelaki haruslah ditepati.

Soal Bandung, DeepEnd perlu kasih info. Sejak 2 dekade lalu, motret di Bandung itu susah-susah gampang. Banyak banget yang ‘nyamperin’. Tentang spot foto, kalau enggak punya mata elang, enggak bisa nangkap celah komposisi di Bandung.

Tapi Yayang Rusandi ternyata punya surga dunia. Beneran heaven. Membuat DeepEnd naik darah ke ubun-ubun, saking happynya melihat spot foto ini. Capek jadi hilang, tanpa harus massage.

Ditambah lagi itu SLK sae pisan dilihatnya.

Serinya R172.
Desainnya merupakan fusion. Ujung depannya terinspirasi oleh Mercedes-Benz SLS AMG Coupe dan Mercedes-Benz CLS-Class (W218). Dengan itu semua, Isa Muhammad Rizky hanya ingin mempertajam area low angle lewat mantra stance.

Stance style saat  ini masih menjadi arus utama otomotif dunia. Umumnya, mengaplikasikan komponen velg, ban dan air sus. Boleh jadi jika ada budget tambahan, akan termasuk melengkapi big brake kit dan knalpot. Lebih dari itu, sudah masuk dalam kategori quantity exposed.

Ciri utamanya memang bingkeng.
Bisa disebut juga bengkok, lengkung atau miring. Iya ini ngomongin kaki-kakinya. Di sektor ini spesialisasi YC Autoworks dioptimalkan. Yayang Rusandi, bos YC Autoworks, dikenal sebagai orang yang cepat dan cekatan dalam menyanggupi stance project. Soal selera, dia punya sentuhan artistik.

Contohnya, pada velg LHR dari Rotiform. Menurut Yayang, karakteristik velg Rotiform LHR ini cocok dengan karakteristik si mobil. Mesh rapat dengan step lip, dan kelir velg yang mengkilap, rasanya harmonis dengan keseluruhan kontur mobilnya.

Isa Muhammad Rizky selaku pemilik mobil mengizinkan velgnya mempunyai offset -5 di depan dan offset 0 di velg belakang. Dan dengan dimensi 18x(10 +11) inci, membuat Rizky kudu merelakan mobilnya diseting custom camber, toe in/out, serta penyesuaian pada fender dengan teknik radius.

Itupun setelah setelah angka camber di minus 12 derajat. Depan dan belakang pun dibuat sama anglenya. Yayang masih mengandalkan peredam kejut asli, belum coilover. Untuk next project, “Saya akan coba bolt on air untuk SLK.” Namun yang dipakai kali ini, Air Pride, mengandalkan fungsionalitasnya dan kesimpelan sistemnya.

Dengan miringnya velg, otomatis ban hanya mengandalkan sisi dalam. Butuh 3 karakter untuk hal ini yaitu kekuatan pada bahu ban, kelenturan pada dinding ban dan non assymetric tyre yang memungkinkan merotasi dan mengganti posisi arah ban. Yayang memasangkan Accelera Phi pada keempat bannya. Selain 3 hal utama tadi, “Ban ini irit di kantong, kualitas sudah tidak diragukan, dan profil ban yang dibutuhkan pada velg ada di merek Accelera.”

Walaupun modifikasinya hanya terfokus pada kaki-kaki, namun dengan mudah membuat mobil, “Secara kasat mata menjadi enak dipandang,” tutur Yayang a.k.a YC.
Setuju?


Workshop:
YC Autoworks @yc_autoworks

Data Mods:
Rotiform wheels LHR 18x(10 +11) inches, Accelera tyres Phi 225/35ZR18 & 245/35ZR18, Air Pride suspension 2-point, custom front & rear camber, custom toe in & out, radius front & rear fender, custom carbon front lips, custom carbon splitter, custom carbon diffuser, custom duck tail