Asia non Jepang tak lagi bisa diremehkan. Walau tersandung-sandung, tapi kini telah mampu menghasilkan kendaraan yang menarik. Korea Selatan, lantas India dan kemudian Cina. Nama terakhir ini bagaikan petir, melesat cepat menghasilkan merek-merek yang kini bahkan sudah beredar di Indonesia.
Dimulai sejak 2005, Cina mengharuskan produsen asing menggandeng produsen lokal. Sejak itu, DeepEnd saat ke Cina melihat mobil mirip Volkswagen, sedan serupa Audi dan produk Amerika pun banyak yang seolah hanya berganti logo dan emblemnya saja.
“Seperti itulah pemikiran produsen mobil dunia, terjebak dalam simalakama.”
Pemerintah China sukses meyakinkan investor asing untuk menepis ketakutan kehilangan pangsa domestik. Banyak perusahaan otomotif multinasional tetap mempertimbangkan empuknya pasar domestik China. Berinvestasi di Cina memang berisiko, tetapi lebih berisiko lagi jika tidak berinvestasi di sana, seperti itulah pemikiran produsen mobil dunia, terjebak dalam simalakama.
Singkat, kebijakan yang diciptakan itu membuat produsen multinasional tak bisa mengelak untuk produksi bersama dengan produsen lokal. Leap frogging seperti itu, sudah sejak jauh hari didesain. Bahkan Wan Gang, Menteri Sains dan Teknologi Cina, menetapkan Cina sebagai poros dunia baru dalam industri otomotif global, termasuk teknologi mobil listrik yang belum terbukti (unproven).
Kini kita lihat semua, Geely dan Chery dari segmen mobil penumpang. Glory 580 dan 560, duet SUV DFSK masa kini. Manis dilihat, layak dicoba. Bagaimana dengan Wuling?
Wuling tak bisa remehkan begitu saja. Wuling Motors memproduksi kendaraan seperti mobil, bus dan truk, bahkan mesin dan suku cadang kendaraan. Setelah Confero dan Cortez yang sempat bikin heboh, sekarang Wuling sodorkan Almaz. Hanya 318 juta rupiah, sudah bisa merasakan kemiripan Chevrolet Captiva. Spesifikasinya mirip SUV setengah miliar.
Wuling membekali almaz dengan berbagai fitur fitur canggih nan elegan. Apa saja kah itu? DeepEnd bantu untuk menjelajahinya. Di eksterior, garis yang terbentuk membuat kesan futuristik dan tegas ditunjukkan. Muka depan dengan grill yang besar serta headlamp LED sipit membuat kesan galak makin muncul dari mobil ini. Pokoknya DeepEnd tak akan bercerita banyak. Singkatnya, tatapannya tajam, bodinya yahud, sedap dipandang, seksi seperti Zhang Yuqi.
Setelah DeepEnd ketok-ketok bodinya, besinya tidaklah tipis. Ditutup pun suara karet pintunya hangat ngebas. Masuk ke kabin, kesannya tidak murahan. Joknya juga jadi perhatian utama. Cukup elegan. Siasat interior sebaiknya para APM lain meniru Almaz. Mesti dari material yang tak boleh di bawah standar. Head unitnya memakai layar sentuh 10.4 inci. Semua diatur dari layar ini. Mulai dari A/C, audio hingga pengoperasian surround camera 360 derajat.
Ini sih kelewat canggih untuk harga segini. Apalagi sudah pakai panoramic sunroof. DeepEnd jadi teringat zaman 15-an tahun lalu, dimana sunroof kecil saja sudah jadi impian seantero metropolitan. Nah ini, panjang banget bukaan sunroofnya. Macam high-SUV saja.
Meletakkan positioning seperti high-SUV turut ditunjukkan lewat default roda 17 inci. Teori 2 inches up, mudah dilakukan. Melalui desk riset, DeepEnd menemukan Wuling Almaz ini sudah didressed-up velg dan bannya.
Workshop Autostyle @autostyleindo nampaknya menjadi yang pertama kali memasang velg aftermarket pada Almaz. Autostyle mengaplikasi Enkei Tuning SC38 19 inci pada Almaz berkelir Aurora Silver. Velg tersebut dibalut ban Yokohama dengan profil 55. Dimensi seperti ini bisa diajak main harian.
Sedangkan Ottoban Demang di Palembang memasang velg 19x(8.5+9.5) inci yang dibungkus ban Accelera IOTA 225/55R19. Mobil baru keluar showroom berwarna Pristine White itu, langsung diupgrade rodanya. Ukuran 19 seolah enteng saja dipakai. Sebabnya tak lain dan tak bukan, jantung pacu 1.5 4 silinder DOHC turbo mampu mengeluarkan 140 hp dan 250 Nm. Mudah sekali dibawa lari kencang.