2019 dibuka dengan ‘Menjemput Rezeki’, 2018 ditutup dengan ‘Stance Wagon Kiki’. Pemilik akun @kikianugraha dengan follower hampir 80K ini sebenarnya juga tak menduga jika wagonnya menjadi bintang di beragam panggung platform. Padahal fokus di quarter 4 tahun lalu, dominan ngurusin FT86.
“Untuk wagonnya, publik menunggu-nunggu, seperti apa tangan dingin Kiki menyulapnya.”
Jadi nampaknya, garis batas sudah ditetapkan. Versi ‘ugal-ugalan’ ada pada FT86, nah Mercy wagon versi ‘kalem bertanggungjawab’. Ini sudah hasil renungan setiap selesai sembahyang. Semua orang sudah tahu, betapa masyhurnya FT86. Sejak mula hingga terakhir dengan cat birunya yang luar biasa detail garapan Auto Spot itu, selalu menjadi patokan para car enthusiast.
Tapi untuk wagonnya, publik menunggu-nunggu, seperti apa tangan dingin Kiki menyulapnya. Apa urusan Anda menanyakan itu? Ah…, let’s find out!
Mari kita awali dengan membedah mobilnya dulu. S212 facelift. Hitungannya hanya segelintir populasi di Tanah Air. Orang dalam Mercy pusat bilang jenis ini keluar hanya 30 unit. Ada titel facelift, bukan perubahan minor, melainkan perkembangan yang lebih luas. Di muka, desain lampu depan kembar (twin headlamp) diganti dengan lampu depan tunggal (singular front light) yang menandai pemakaian dual headlamp Mercy. Ini sepenuhnya merupakan jawaban dari model BMW Seri 5 dan Audi A6 yang duluan tampil.
Tapi yang gokil, elemen cahaya di dalam lampu depan itu tetap membantu mempertahankan penampilan ‘bermata empat’. Lampu low beam dan daytime running keduanya dilengkapi dengan LED parsial sebagai standar, sementara teknologi LED penuh tersedia sebagai opsi untuk pertama kalinya untuk E-Class.
“Gua tuh pengen bikin wagon stance. Wagon keren yang bisa antar-jemput anak sekolah.”
Padahal ini bukan cinta pertama Kiki pada wagon. Flirting mulanya pada F11 yang F10 versi wagon. Dari produk sebelah, BMW. Setelah bosan pada Alphard, biasa lah, mulai cari-cari celah bakalan putus. Mid 2018 memang hypenya lagi di BMW. “Gua tuh pengen bikin wagon stance. Wagon keren yang bisa antar-jemput anak sekolah. Emang Alphard doang yang bisa?!” cetus Kiki.
Siapa yang tak kenal Kiki Anugraha? Barang apa aja, jadi sama dia. Temannya banyak jadi bisa diskusi sana-sini. Kayak dikasih blessing all the time sama God Penguasa Semesta. Keywordnya adalah ‘belum ada station wagon banget’, khususnya di Jakarta. For sure, Thule ini tak dipungkiri, memberi karakter buat wagon, tepatnya estate jika di Mercy.
Tipenya Motion dan berwarna black glossy. Kotaknya kokoh, tapi shapenya landai dan memiliki sedikit kesan lentur. Kekuatan pasang dan sistem penutup kait, sangat bagus secara sistem dan teknis. Mudah dipasang berkat sistem quick-mount PowerClick ekstra lebar. Indikator torsi terintegrasi ‘berbunyi klik’ ketika dipasang dengan benar, memastikan pemasangan yang cepat dan aman. Memberikan rasa aman yang HQQ, bahkan jika sunroof dibuka, kita tak akan menyadari bahwa ada kotak hitam di atas atap.
“Wagon tanpa roof top cargo carrier, seperti offroad nggak pake snorkel.”
Walaupun DeepEnd yakin cargo box Thule Motion ini tak pernah dipakai menyimpan barang/benda, tapi DeepEnd yakin soal sistem buka-tutupnya yang cukup mudah, karena begitu mudah menggenggam gagang luarnya dan pengangkat tutupnya. Juga tak menghalangi pintu bagasi terbuka. Secara desain tidak tinggi. Tapi ada efisiensi ruang, aerodinamika dan nilai harmonisasi yang moderat bagi S212 ini.
“Wagon tanpa roof top cargo carrier, seperti offroad nggak pake snorkel,” begitu Kiki mengilustrasikan mobilnya. Kiki ngitung banget. Miliknya ini lebih kelihatan ngisi dan luks. “Sob, gua ngitung sendiri pake meteran,” akunya dengan bangga. Harganya sama crossbar ada di 27 juta rupiah.
Secara overall, ada satu yang asyik nyelip di sini. Lumayan bikin goose bumps. “Gua bela-belain deh, support #LocalPride,” tegasnya tentang Accelera tipe Phi, ban yang membalut Rotiform PNT. Apa yang bisa Kiki support untuk lokal brand, ia akan pakai brand Indonesia tersebut. Ban Accelera, berbasis di Citeureup, Bogor, ini adalah produk GloCal (Global Local). Sudah diekspor untuk 90 negara dengan komposisi volumenya 80% ekspor dan 20% untuk memenuhi pasar Tanah Air. Mobil Kiki ini pun layak disebut Super GloCal, mobil modifikasi Indonesia yang menyita perhatian planet earth.
“Gua bela-belain deh, support #LocalPride.”
Accelera Phi yang dipasang berukuran 225/35ZR20 di depan dan 255/30ZR20 yang membalut velg belakang. “Pas dibawa jalan, side wallnya lebih ngisi,” ungkap Kiki. Passenger tyre ini menyumbang benefit pada saat dibawa rolling, yaitu empuk.
Welldone, Kiki!
Rotiform PNT
FIVE SPOKE ROAD WHEELS
Local tuning scene dominan setuju velg ini cocok sekali pada mobilnya Kiki. Tapi mungkin berhenti hanya pada informasi bahwa Rotiform PNT ini terinspirasi pada AMG Penta. Apa itu AMG Penta, tak semua bisa mengerti sejarahnya. Mungkin juga ada yang belum lahir saat AMG Five Spoke 16×8 inci ‘Version 1’ diproduksi pada tahun akhir 1970-an. Iya, namanya Five Spoke Road Wheels. Dibuat dari aluminum alloy. Dirancang oleh Hans-Werner Aufrecht pada 1979 dan velg aluminium pertama dipasarkan oleh AMG ketika masih menjadi perusahaan tuning independen. Namun sebenarnya, velg ini diproduksi oleh ATS (Auto Technisches Spezialzubehör), perusahaan yang berbasis di Bad Dürkheim, dekat Hockenheimring, Jerman.
Julukan Penta barulah muncul saat Penta, perusahaan berbasis di Inggris, menjadi vendor yang sanggup melengkapi high demand untuk velg AMG. Kalau orderan banyak, nah Penta jabanin deh pesanan berlebih itu. Namanya yang begitu mudah dicerna, lebih mudah diingat dari nama aslinya yaitu Five Spoke Road Wheels. Hingga sekarang, model ini disebut AMG Penta. Sayang, Penta sebagai perusahaan, tidak dibuat atau didukung oleh AMG.
Sejarah itu yang menginspirasi Rotiform saat membuat PNT, diproduksi 100% di AS. Kode PNT related dengan Penta bukan? PNT ini concave, dan dibuat three piece. Diameternya 20 inci, step lips, special color high polished, gold rivets dan dengan offset 0 dan 3. Sedikit saran, menikmati velg ini jangan saat radial position, tapi narrow angle. Kelihatan ganteng banget cekungnya.
Accuair + Endo CVT
RAPI, SENYAP DAN BEBAS BOCOR
E250 ini pada saat dirilis melepas 3 konfigurasi suspensi yang berbeda. Direct Control dengan peredam selektif, Direct Control yang sporty dengan sistem peredam selektif diturunkan sebesar 15 mm dan suspensi udara Airmatic dengan kendali redaman secara elektronik. Model Estate mendapatkan suspensi udara dengan penyamarataan mandiri sebagai bawaan di gandar belakang.
Walau sudah canggih, tapi #StandarSajaTakCukup. Di mobil ini sekarang, mempunyai 2 perubahan sub sistem suspensi yaitu coilover L&T Suspension dan air sus Accuair. L&T Suspension berbasis di Saitama, utara Tokyo, sudah berpameran di SEMA, sebuah prestasi sendiri bagi produk Jepang yang ingin goes international. Pada E250 ini, coilover dicoba dua kali. Pertama, bolt on untuk 212. Namun terkendala pada as yang sedikit lebih panjang yang berakibat pada saat aired out, mobil tak bisa sependek sekarang. “Akhirnya diretur, diganti dengan coilover pake FT86 yang asnya lebih pendek,” kata Kiki yang hanya memakaikan coilver FT86 pada suspensi belakang.
Sedangkan pada sistem manajemen suspensi udaranya memakai Endo CVT, hasil kolaborasi Accuair dengan Wabco. Penjelasan tentang arti CVT adalah Compressor + Valve + Tank. Khusus pada tangki Endo, sistemnya memungkinkan tangki dibangun secara modular dengan semua komponen aluminium mesin presisi dan dengan konstruksi yang dibaut. Hasilnya, tangki-tangki ini bebas las dan tidak bocor.
Tapi sebenarnya, kekuatannya ada pada 3 hal. Pertama, kompresor mendapatkan kerjasama dengan Wabco pada bagian interalnya, dimana mampu mengisi ulang tangki dengan udara yang benar-benar kering pada laju dua kali lebih cepat dari kompresor standar pasar saat ini. Kedua, otaknya cerdas digital dengan ECU internal yang bertugas memantau tekanan tangki, suhu kepala kompresor dan tingkat kelembaban sekitar untuk mengoptimalkan operasi kompresor, memberikan siklus tugas maksimum, serta meregenerasi pengering udara pengering internal yang diperlukan. Ketiga, kesenyapan alias diam karena sistem isolasi primer dan sekunder yang ‘melenyapkan kebisingan’ kompresor di dalam tubuh tangki.
Body Kit E63
DIMUTILASI DAN DIKANIBAL
Kit E63 ini aslinya untuk sedan. Lantas diconvert agamanya ke wagon. Ukurannya sama pada bumper depan dan side skirt. Yang berbeda itu bumper belakang. Karena bumper wagon itu lebih lebar daripada sedannya, beda lebarnya setengah botol air mineral 330 ml. Nah loh apa solusinya? Dasar Kiki, bumper belakang OEM dia kanibal. Maka dia bela-belain, dimutilasi, mengejar presisi. Gunanya agar material OEM bisa satu senyawa dengan material E63. Umumnya memakai fiberglass, namun diprediksi tidak full nyatu, sehingga berpengaruh pada hasil pengecatan. Prosesnya dilas, terdapat dudukan di belakang agar pondasi lebih nempel.
Workshop:
Air sus: YM Autowheel @ymautowheels
Body kit: Inspire Tuning @inspiretuning
Tyre: Accelera Radia Tyres @accelera_radial
Wheel: Permaisuri Ban @permaisuriban
Paint & body touch: Platinum @vinoplatz
Exhaust: Lunatic Performance @lunaticperformance
Thule: Raptors @raptorsmtrsport
Data Mods:
Air sus Accuair + Endo CVT, coilover L&T Suspension, ban Accelera Phi 225/35ZR20 & 255/30ZR20, wheel Rotiform PNT 20x(9.5+10.5) inches, paint Spies Hecker super deep black, body kit E63, front splitter Renntech, exhaust Remus Valvetropnic, muffler tip E63, carpet Comfort, pedal set Brabus