Tidak ada tempat lain di mana bisa begitu dekat dengan mobil dan motor bersejarah yang masih bisa diusap, dibelai dan bahkan dicium asap knalpotnya. Kalau di arena Super GT, bisa juga dekat dengan mobil 3.000/5.000 cc, dan bersalaman serta berfoto dengan pebalapnya, sedangkan Goodwood Festival Of Speed (GFOS) kita bisa lebih dari itu. Dimana menikmati GFOS dengan akses tanpa batas ke mesin dan driver yang membuat mereka terkenal.

“Gua sampai enggak bisa tidur sih menjelang keberangkatan,”ujar Harris Harahap. Ia mempersiapkan diecast Porsche untuk dibawa ke GFOS. Konyolnya…, kedua travel buddynya juga mempersiapkan hal yang sama. Adhi Hardiansah dan Sandy Putra pun membawa diecast kesukaan mereka masing-masing. Tentunya untuk ditanda tangani kalau beruntung, atau minimal berfoto berdua dengan mobil aslinya.

Bukan awkward, bukan kikuk, tapi dag-dig-dug. Sudah lamat banget pula perjalanan udaranya. Eh pas transit, malah beli kopi £15. Itu harga secangkir. Dibayar pake poundsterling, dikembalikan pakai dollar. Tegang, setegang mereka sampai imigrasi di Inggris.

Bisa begitu, karena diliputi satu pertanyaan besar yang jawabannya sudah dinanti sejak beberapa bulan sebelumnya. How big this event?

“Kita kayak anak kecil masuk ke toys shop.”

Dari peta acaranya saja, menunjukkan area yang sangat amat luas. Ada booth pameran mobil, merchandise, paddock supercar, paddock race car, Formula 1 dan ada track Hillclimb di tengah-tengahnya.

“Kita kayak anak kecil masuk ke toys shop,” aku Harris ketika memasuki area event sebesar ini untuk pertamakali. Pada GFOS mobil yang ada, tidak hanya menjadi static display pada pameran umumnya, namun mereka melaju dengan kencang pada lintasan Hillclimb yang tersedia di tengah acara bahkan yang era pre-war pun juga dijalankan.

“Gua masih inget pas pertama datang, terus ada suara mobil lewat di lintasan, kita lari-lari dan ternyata lagi batchnya Porsche,” kata Sandy.

“Gua masih inget pas pertama datang, terus ada suara mobil lewat di lintasan, kita lari-lari dan ternyata lagi batchnya Porsche,” kata Sandy. Adhi kesenangan alang kepalang, mirip perempuan dikasih bakso. Mobil berharga miliaran rupiah dipajang, didemonstrasikan dan dapat kita ‘rasakan 7 dimensi’ dengan bebasnya.

Mereka bertiga akhirnya bertemu dengan selebritis dan pembesar otomotif disana. Sebut saja Horacio Pagani, pendiri Pagani.

Mereka bertiga akhirnya bertemu dengan selebritis dan pembesar otomotif di sana. Sebut saja Horacio Pagani, pendiri Pagani. Tidak luput Harris dan Adhi berfoto bersama dan meminta signature dari Horacio. Walter Rohl, 2 kali WRC Champions, living legend pun tak luput dari swafoto, masih banyak lagi yang mereka temui.

Kalau Adhi, gayanya memang ngejer banget. Magnus Walker jadi sasaran. Stalker dan DM menjadi senjatanya untuk mengetahui keberadaan sang Porsche Boy. Nongkrong di booth Porsche Club GB, mendadak beli buku dan ikutan meet and greet agar bisa berfoto lebih intim, bahkan bisa mendapat tangan di halaman awal bukunya “Urban Outlaw”.

Sasaran selanjutnya, Rob Dickinson, man behind tuner Singer. Youtuber MR. JWW, Neel Jani yang juara Le Mans 2016 sekaligus Spa-Francorchamps record holder, Sebastien Ogier 6 times WRC Champions dan Jochen Mass. Lantas Gijs van Lennep pria Belanda legenda Porsche. Memenangkan Le Mans 1971 dengan Porsche 917K Martini. Uniknya, hanya berkat namanya dia di belt racing suit yang ia kenakan. Tanpa mengenal wajah, lah wong udah tua banget,

Sedangkan Sandy, melakukan hal ‘mesra’ demi bertemu Nicki Thiim. “Gua sempat DM ke Nicki Thiim,” kata pria berkaca mata ini. Pebalap profesional Denmark yang membesut Aston Martin Racing di FIA World Endurance Championship itu akhirnya menandatangani replika mobil yang nganterin dia juara dunia 2016.

DeepEnd terus terang tak begitu jeli pada mereka bertemu orang-orang tadi. Tapi…, DeepEnd iri saat mereka bisa mencium aroma wangi dan bersentuhan dengan Alexandra Hirschi, cewek kelahiran 21 September 1985, yang merupakan selebriti, presenter, dan vlogger media sosial Australia. Tak lain dan tak bukan dia adalah “Supercar Blondie”.

Goodwood Festival Of Speed mengajarkan banyak hal terkait sebuah budaya otomotif, dan event yang berbeda dari event yang ada di negara kita.

Selain mobil dan seleb, coba berkunjunglah pada booth merchandise. Di sini kalian dapat menemukan berbagai macam pernak-pernik, mulai dari official merchandise Goodwood Festival Of Speed, seperti t-shirt serta foto bertandatangan pebalap favorit, local brand yang menyediakan kebutuhan otomotif, hingga buku dan mainan. Bahkan mobil second kondisi prima pun dijual.

Goodwood Festival Of Speed mengajarkan banyak hal terkait sebuah budaya otomotif, dan event yang berbeda dari event yang ada di negara kita. Harris mejelaskan, “Respect and trust itu lah budaya yang terdapat di acara ini. Kita semua tahu berapa harga mobil ini, dan kita semua sama-sama menghargai dan menjadikannya ke dalam unity of one passion for car culture.”

Saat kita berbuat suatu kesalahan, seperti merokok di area terlarang, panitia pun menegur via speaker dengan cara yang amat halus yang membuat kita tersenyum dan menyadarinya. Ada hal menarik dari pengalaman ini, mereka bercerita bahwa dalam 1 tempat penginapan mereka bertemu sesama petrolhead dari Barcelona dan kocaknya mereka trio juga. Inilah dunia otomotif, tidak mengenal latar belakang, usia, pekerjaan, hobi, jenis kelamin, tapi sama kesukaannya yaitu otomotif.

Mimpi apa sih, mereka bisa melihat Ferrari 250 GTO dengan mata kepala sendiri. Belum lagi para pahlawan Porsche, atau pejuang Group B dan legenda motorsport lainnya. Every petrolhead and cars lovers must be going to this event. Remember, not only 1 day, but 4 days!