Kabarnya mobil ini hanya ada 2 di Indonesia. M3 convertible berbasis E93. Yang ditenagai mesin BMW S65 V8. Kalau soal bagus-tidaknya, sejarah M3 nampaknya telah diketahui seluruh isi kepala car freak. Sepertinya tak ada yang tak mau kasih jempol sama M3.
Sekadar mengingatkan, waktu akselerasi 0 hingga 100 km/jam untuk coupe adalah 4,6 detik dengan transmisi DCT dan 4,8 detik dengan transmisi manual. Sementara 5,1 detik untuk convertible.
Wajar, dimana-mana convertible lebih lambat (sedikit). Lah secara genetis memang ditujukan untuk menambah unsur fun dan freedomnya. Buka atap, bisa dapet angin di pantai atau perbukitan.
Namun ada satu hal yang tak dimiliki coupe/sedan. Dengan atap M3 yang dilipat, DeepEnder bisa menikmati tingkat hiburan aural baru dari mesin V8, yang geramannya nampak dekat menghampiri dengan lebih jelas dari kuartet knalpot. Ini sahih, dan punya kenikmatan tersendiri. Ya asal tidak gerimis atau apes di belakang tronton.
Cukup tekan sakelar, atap terlipat dalam 22 detik, dan mampu melakukan manuver terbalik dalam waktu bersamaan. Padahal struktur dan mekanismenya membebani M3 dengan 230 kg. Tambahan bobot ini menambah setengah detik untuk mencapai 100 km/jam.
Tapi kalau mau lebih cepat sedikit, solusinya ada. Mari peringan bobot lainnya. Pertama, pesan saja transmisi 7 percepatan berkopling kembar. Ini mempercepat 0.2 detik.
Cara kedua, ganti velg yang ringan. Jangan salah, maksudnya yang amat-teramat-sangat ringan. Not a fashion wheel, melainkan performance wheel. Itulah BBS RID. “Karena kejar ringan, spec kita bikin lebar 9/10 inci,” cetus Dicky Hendarto, punggawa Drivetech Auto Garage.
Faktanya pada M3 milik Eric Christian ini, velg depan 19×9 inci beratnya 7.345 kg dan velg belakang 19×10 inci berbobot only 7.630 kg.
Pengen punya ini? Mahal, kudu nabung. Tapi semuanya worthed banget. Materialnya Duralium Forged, sudah pasti kuat dan inovatif. Light wheel ini dipesan dengan kelir Diamond Black Color.
Transmisi DCT
AGRESIF
AGRESIF
Mengoperasikan atap adalah kasus sederhana menekan sakelar, tetapi menguasai setiap segi transmisi baru ini lebih rumit. Kita hanya dibebani tenaga saat memindahkan tuas ke posisi Drive. Hanya itu. Selebihnya percayakan kepada kepintaran transmisi melakukan sisanya.
Oke oke kalau mau ‘lelah’ sedikit, tinggal jentikkan jari ke tuas di belakang setir. Ingin manual atau matic Sport, semuanya hanya tangan DeepEnder yang bebas memilih. Termasuk menekan tombol Drivelogic, yang terletak di belakang gearlever, agar dapat respons yang lebih tajam.
Menurut DeepEnd, kelebihan transmisinya ada pada gigi tengah. Setiap ada gearchange, lonjakan perubahan tenaga terasa besar. Agresif sih, tapi smooth launch.
Workshop:
Drivetech Auto Garage @drivetechautogarage
Data Mods:
BBS RID wheels 19x(9+10) inches, Pirelli tyres 255/35ZR19 & 285/30ZR19, KW Suspension V3, Akrapovic exhaust, Gruppe M carbon intake, Brembo GT brakes 6 pot/355 mm & 4 pot/345 mm, custom carbon interior