E63 ini keluaran 2010.
Mesinnya V8 6.3L NA dengan kode sasis W212.
Beautiful sound, super performance, simplicity body countur.
Berangkat pakai tuxedo, pulangnya tinggal kemeja putih. Lepas kancing satu.
Sekiranya, kan seperti itu DeepEnd jika punya sedan ini.
Siapapun yang mengerti, tentu paham mobil ini daily driven car tapi powerful.

Warnanya yang lebih jarang dibanding yang lain, palladium silver, menjadikannya sedikit berbeda.

Model E63 ini kurang lebih mirip dengan keluaran varian E-Class lainnya, khususnya di eksterior, sehingga terlihat sleeper. Kabin yang lebih besar di banding C-Class, muat sekeluarga dengan 2 anak.

Cukup? George Gani juga manusia.
Kerja keras mengejar target. Setelah terengkuh, malah ingin sesuatu yang lain.

Awalnya, George datang mau ngobrol-ngobrol soal konsep velg.
Sulit dipenuhi. Sebab keinginannya adalah ia mau yang hampir orang enggak/belum pernah bikin. Sebagai mobil idaman, perlakuannya wajib khusus. Berbeda dengan Mustang Eleanornya yang sudah fully built sesuai dengan desainernya, sehingga ia tak bisa bespoke sesuai keinginan.

Begitu dapet mobilnya, jangan kepalang tanggung, “Mending skalian dimodif max out,” ucap lelaki berkacamata ini.

Mesti mepet fender. Dan celup. Tapi enggak mau mentok.
Karena doyan speed, ban dipercayakan pada European branded.
Sampai di kalimat terakhir ini, ternyata tricky. Enggak gampang juga. Karena karakter ban Eropa itu lebih lebar, dibanding ban Asia. Sidewallnya pun kotak.

Sampailah konsultasi mencapai 1 kesimpulan yaitu diameter 21 inci, lebar 9.5 dan 11 inci. Sepanjang pengetahuan, one and only di dunia dengan setup begini.
Memenuhi hal itu dipilih AL13 RM010R yang bernuansa motorsport. Mempunyai extra cutting di spokenya, agar velg terasa lebih enteng.

Pertama kali yang dilakukan adalah menyematkan H&R di depan. Di area belakang belakang dikontrol dengan adjustable link untuk menurunkan ketinggian mobil.

Sebagian DeepEnder mungkin saja bertanya mengapa hanya memakai sepasang per untuk depan? Karena spec AMG untuk E63/CLS63 sama, strut spring dengan dengan airbags standar bawaan untuk kaki belakang.

Setelah spring naik, 255/30/21 Michelin PSS ditancep di velg depan, dan 295/25/21 Michelin PSS di velg belakang.

Dengan dimensi bespoke fitment max, gaya fatballer celup depan-belakang dengan gradasi space antara fender dan sidewall ban yang cuma 3 mm, mobil ini sudah langsung bisa dikebut.

Setelah semua selesai. George terkesan dengan velgnya, “Custom made, and specially fitted ke mobil, lalu material yang mudah perawatannya. Detail dari velg sangat baik sekali. Finishing yang bagus. Selain itu model velg ini belum ada yang pakai di Indonesia.”

Saat DeepEnd ikut fine tuning, impressionnya muncul pada experience kenyamanan berkendara.

Macam menggunakan velg lebih kecil.
Empuk dan tidak mentok.
Tetap nyaman dibawa ngebut ataupun pelan.

Sedangkan waktu parkir, mobil terlihat sangat elegan dan pas dengan setingan per yang tanpa dipotong. Yang pasti menambah kegantengan mobil ini saat dikendarai maupun parkir.

George menambahkan, “Karakter ban yang masih bisa ditoleransi tingkat kenyamanan nya. Bahkan saat kecepatan tinggi di tol tidak berisik dari ban. Begitu pun jika duduk di bangku belakang, kenyamanan yang didapat sama seperti duduk di bangku setir.”