Salah satu statement abad ini adalah, “Semua orang sudah paham dengan standarnya saya Surya Burladas.” Bikin kzl sih, tapi ya emang bener. Tapi mungkin kalau pernyataan ini dibuat 5 tahun lalu, mungkin belum cocok ya (giliran doi sekarang yang kzl sama DeepEnd).
Surya Burladas memang fenomenal.
Gayanya unik, khas Sumsel.
Dia merantau ke Jogja. Tumbuh dan paham mobil di Kota Pelajar. Banyak trial error. Hingga bertemulah dengan Chandra Kenzo. Dimana semua mobil Chandra, diurus Surya. Menghandle semua modifikasi yang melekat pada mobil-mobil Chandra.
Dan semua itu berhasil.
Juga pada Dona.
Sebuah A207 dengan BBS Super RS.
Convertible, bukan 2-door coupe (C207).
E-class ini berbagi platformnya dengan sedan C-class W204. Jarak sumbu rodanya identik, panjang lintasan poros juga serupa. Yang menarik, versi convertible diluncurkan di North American International Auto Show 2010. Pasarnya jelas, Amerincan style demennya topless.
Di sini, banyak yang suka topless juga loh. Cuma pada jaim, saling ledek. Padahal open cab itu mengasyikkan. Keterpa angin sore atau pagi.
Cabriolet ini sering dibawa oleh Chandra dengan kap terbuka kemana-mana. Bahkan hingga ke acara The Elite, dan tentunya Partai Neraka, roadtrip signature flagnya Jogja.
Tapi diantara itu semua yang paling mengena adalah setingan kaki-kakinya. Approval jelas ada di tangan Chandra, tapi prosesi ada di Surya. Konsep boleh digodok bareng, eksekusi Suryalah yang berkonsentrasi.
BBS Super RS itu berdimensi R19 dengan lebar 10.5 dan 11.5 inci. Offsetnya belang, -5 di depan dan 0 di velg belakang. Memakai ban Accelera Phi dengan profil 225/35ZR19 dan 275/30ZR19. “Kita pakai Accelera Phi karena ingin ban yang super narik,” ucap Surya.
Ada satu hal yang menjadi kerikil rintangan yaitu, “Mobil ini cukup susah merombak fendernya secara total.” Oleh karenanya, optimalisasi dalam keterbatasan. Dengan itu radius terjadi 13 cm di area belakang dan 7 cm di area depan.
“Kita ingin fitment yang bukan sembarangan fitment,” tegas Surya.
Bukan sombong.
Tapi itu adalah Jogja style.