Lagi-lagi ketemu mobil langka.
Sebuah Toyota JZX100.
Chaser generasi ke-6.

Unik?
Sebenarnya JZX100 merupakan mobil sport yang pada akhirnya tak terlalu dinotice oleh banyak car enthusiast. Akan tetapi, oleh karena langka, dan punya basis performa yang kuat, akhirnya ikutan menjadi diincar oleh pecinta Power Trip.

Mesinnya bervariasi, mulai dari 4S-FE 1.838 cc, 1G-FE 1.988 cc, 1JZ-GE 2.492 cc, 1JZ-GTE turbo 2.492 cc, 2JZ-GE 2.997 cc dan 2L-TE turbo diesel 2.446 cc. Nah, yang didapat oleh Handrian Permana adalah 1JZ-GE. Outputnya 170 ps dan 173 lb.ft.

Mesin ini sering disebut sebagai mesin tanpa gangguan (a non-interference engine) dan hadir dengan transmisi otomatis 4-percepatan, dimana sama sekali tidak ada opsi gearbox manual yang ditawarkan. Dan platformnya rear-wheel drive sebagai landasan mengemudi yang agresif.

“Pada waktu ditawarin mobil ini agak ragu karena belum tau Chaser ini mobil apa?” ucap member FinalForm Surabaya terus terang.

Bodi bongsornya memang menipu.
Enggak ada aura JDM.
“Malah kayak mobil bapak-bapak.”
Seiring berjalannya waktu Handrian mulai tahu kalau mobil ini rare di Tanah Air dan banyak dipakai drifting di Jepang.

Tapi, ada tapinya nih.
Yang tercapture DeepEnd bukan lagi 1JZ-GE 2.492 cc.
Kelihatan telah berubah, lebih bikin sesak engine bay.

Sudah diswap ke 2JZ-GE VVT-i.
Ada kode VVT-i yang membuatnya berbeda.
VVT-i menampilkan direct ignition system (DIS) sebagai lawan dari pengaturan distributor tradisional yang sebelumnya terlihat pada 1JZ-GE.

Di Amerika, 2JZGE Non VVT-i memiliki big rods yaitu turbo, sedangkan 2JZGE VVT-i memiliki batang kecil yang lemah seperti pada SC300, GS300 dan IS300. Sedangkan di Jepang sendiri, relatif berbeda. Lebih besar. dipasang di beberapa level trim Toyota Crown (sasis JZS155).

Chaser ini selanjutnya memakai piston Carillo dan Brian Crower dan conrod juga dari Brian Crower, lengkap dengan fastener dan bushingnya. Dicoba-coba juga dengan valve spring TRD dan camshaft GSC Power-Division 274/274 dengan peak lift 10.5 mm.

Di bagian eksternal, barulah ditambahkan turbo Pulsar PSR3584R dual ball bearing. Turbo ini butuh pendingin air mengalir untuk daya tahan yang lebih baik. Bahkan diaplikasikan juga turbo blanket dimana di dalamnya terbuat dari flexible metal dan volcanic lava rock di bagian luarnya yang membuat sanggup menahan hingga 1.200 derajat Celcius.

Tak lupa, dipasang katup yang mengontrol aliran gas buang dari mesin ke turbocharger. Pilihannya pada Turbosmart, yang sering dapat banyak penghargaan kelas dunia. Selain itu, wastegate mengontrol tekanan dorongan yang diberikan turbocharger ke mesin.

Persis di tengah atas terdapat intake plenum dari Tonnka dengan material billet yang didesain untuk turbo boost tinggi. Pun sudah dilengkapi fuel rail Tonnka dan manifoldnya yang bisa menghasilkan maksimalisasi perpindahan udara dan performa mesin semakin optimal.

 

Selebihnya ada injector DeatschWerks 1.000 cc/min, ⁠fuel pump DeatschWerks 450LPH, fuel pressure regulator SARD, blow off valve HKS, ⁠open filter A’PEXi, electric fan Spal, custom header and piping, coil pack AEM, boost control GReddy Profec dan super damper pulley dari merek ATI.

Panjanglah ini spec modifikasinya.
Berkeringat milihnya.
Tapi itulah konsekuensi main JDM.

Mana ada main kalem, pokoknya gasss terusss!
Pokoknya enggak semudah main bodi dan kaki-kaki.
Tapi Handrian tak lupa menyentuhnya.

Velg Work Meister pakai lebar 10/11 dengan diameter 18 inci.
Ban 275/35 dan 285/35.
Remnya kebagian Brembo.
Tanpa air sus, jelas dengan coilover.
Custom body kit.
British racing green pada kelirnya.

Bagi Handrian, Chaser ini mesti bisa diajak day to day.
Jadi jangan heran, setirnya bisa dilepas.
Joknya menggenggam badan.
Gasnya enteng.
Sehingga pede bikin angka 8.
Lincahnya bukan main.

Posturnya sleeper.
Mobil bongsor tukang tidur.
Dengan kenyamanan memakai erkon.
Dan tetap bisa ditumpangi 3 orang tambahan di kabinnya yang masih orisinal.


Workshop:
Engine & undercarriage: Hubito Garage @hubitogarage
Car maintenance & detailing: MashSuryakusuma @4rvr2wheelsadi