Namanya Broto.
Tampilannya rendah dengan sudut camber negatif yang ekstrem pada roda.
Warnanya benderang, siang-malam jadi PoV.
Broto suka “nyusahin”.
Banyak maunya.
Buat menuhin hasrat.
Misal, kepengen visualisasi agresif.
Posisi roda menjorok ke dalam bodi, tapi bagian bawahnya keluar.
Jadi miring, sehingga cambernya negatif.
Efeknya, roda itu bisa nyelip ke dalam ruang spakbor, sehingga saat tinggi suspensi direduksi, menyumbang jasa cukup besar untuk membuat bodi lebih drop ke muka bumi.
Broto lantas menjadi sosok yang menyampaikan karakter majikannya yang memperhatikan detail dan siap tampil beda di jalan. Akhirnya menjadi sangat personal sebagai preferensi pribadi, sekaligus menjadi karya seni yang bergerak.
Walau begitu, kenyamanan Broto sempat berkurang. “Terutama saat melewati jalan berlubang atau tidak rata. Solusinya adalah dengan memasang suspensi udara yang bisa disesuaikan ketinggiannya saat diperlukan, sehingga bisa dapatkan tampilan stance tanpa mengorbankan kenyamanan harian,” ucap Irfan Kobe, majikannya Broto.
Tersisalah 2 handicap yang menjadi resiko Broto.
Pertama, keausan ban yang tidak merata.
Ban cepat aus di bagian dalam akibat negative camber. Wajib rotasi ban secara rutin dan memilih ban yang lebih tahan terhadap keausan yang disebabkan oleh camber, serta melakukan alignment secara berkala.
Kedua, setelan spooring berubah.
Bukan berarti memakai suspensi udara akan 100% aman, sebab proses naik-turun itu membuat setelan angka spooring bisa bergeser.
Walaupun sudah minim level keterbatasan dalam melewati rintangan, tetap saja otomatisasi itu “mengganggu stabilitas” alignment.
Workshop:
Undercarriage set up: Art Custom Works @artcustomworks
Undercarriage maintenance: Cenk Garage Custom @cenkgaragecustom