Ketertarikan DeepEnd pada 4×4 semakin menebal.
Maklum sudah tua.
Setengah abad tentu butuh sebuah ruang manja yang baru.

Kebetulan…, Damar Aryateja menelpon.
“Lusa datang. Jangan sampe enggak.”
Walau singkat, itu adalah perintah, bukan sekadar himbauan.

Besoknya…, Hendy Cabin mengirim flyer.
Kopnya: South Jakarta Touring Club.
Isinya: 4×4 Talk.
Lokasinya: Summarecon Bogor, dari jam 7 pagi hingga makan siang di Pagi Sore.


Dan seperti itu saja, panggilan alam besi langsung terdengar.
Tak ada RSVP (walau yang datang orang hebat semua).
Tak ada basa-basi (walau akhirnya straight and to the point).

Hanya dorongan untuk hadir karena tahu betul, ada sesuatu yang tidak boleh dilewatkan. Siapa yang hadir? Iman Gearhead Monkey Garage, Luky Wheelsporn, navigator M. Redwan, Dimas Auto 39, Echa Cae, Apip, Arie Syafaat, Dani Aryanda, Ara, Alvi, Dede, Ari BR, Dapen, Exa, dan banyak lagi yang “tak bisa” DeepEnd sebut namanya.

Pagi itu, udara Bogor masih basah ketika satu per satu kendaraan mulai berdatangan.
Bukan SUV super modern yang penuh sensor.
Melainkan 4×4 tanpa kasta.

Oleh sebab ada embel-embel “South Jakarta”, jangan heran kalau tampilannya “Bersih Resik Rapi Kinclong”. Disingkat BERRAK, hasil karya dari tangan-tangan yang memahami makna dan jiwa otomotif.

Land Cruiser dengan snorkel dan bumper baja, Range Rover yang tetap karismatik di usia senjanya, Jimny yang mungil tapi ganas semuanya berjajar seperti pasukan veteran. Bahkan ada Jeep memakai mesin V8 6.2 liter dari keluarga GM LS-series yang dilengkapi supercharger bawaan pabrik.

Tidak ada yang dibuat untuk pamer.
“4×4 Talk” ternyata bukan sekadar obrolan.
Semuanya lahir berangkat dari obsesi dan jam terbang.

Juga bukan gathering lucu-lucuan.
Pertemuan para pria yang hidup dengan cara berbeda.
Tapi tak lepas dari canda.

Namun sebagaimana biasanya, semuanya selalu kembali pada tiga titik: rasa, selera, dan gaya.
Karena di ranah ini, visual dan performa adalah satu kesatuan.
Tidak ada yang menang sendiri.

Setiap kendaraan memancarkan pride.
Lift kit, snorkel, jok, dashboard, hingga velg Watanabe, semuanya bicara lewat kehadirannya.
Bukan menjadi paling keras, tetapi paling tepat, dan tentunya paling jujur pada identitasnya.

Akan ada pertemuan berikutnya.
Itu bukan rencana.
Itu keniscayaan.

South Jakarta Touring Club bukan sekadar rumah.
Ini terapi.
Ini identitas yang tak pernah hilang dimakan usia.