Pagi itu, DeepEnd pergi dari 0251 ke 031 .
Lewat darat, menggunakan mobil operasional.
Bisa mampir-mampir liputan sana-sini.
Sebab bukan ke Surabaya saja, tapi Mojokerto, Jombang, Jogja, dan banyak kota lainnya.



Tapi, Surabaya adalah tujuan utama.
Sudah sejak tengah tahun ini, kami tahu Akira Nakai akan melawat ke Kota Pahlawan.
Kembali untuk kedua kalinya.


Bagaimana catnya, seperti apa interior, siapa support team.
Jadwal Nakai-san take off, transit, kedatangan.
Bahkan jadwal departure menuju Narita pun terinfo di DeepEnd.

Surabaya Auto Gallery yang punya hajatan, bikin Nakai-san super sibuk.
Bukan 1 unit.
Melainkan sepasang, sehingga genap menjadi nomor #14 dan #15 di Indonesia.
Atau nomor dua dan tiga di Surabaya, setelah Naniwa milik Unyil Pooh.



Di Indonesia, Rauh Welt Begriff (RWB) bukan sekadar body kit.
Ia adalah keputusan hidup.
Sebuah pernyataan yang ditandatangani Nakai-san dengan rokok yang terus menyala, fender yang dipotong tanpa ragu, dan stance yang selalu tampak mustahil di hadapan logika manufaktur.





Dan ketika jejak itu muncul di Surabaya Auto Gallery, kota ini seakan mendapat bab baru dalam peta car culture nasional.

Surabaya bukan Tokyo, apalagi Los Angeles.
Tapi justru di situlah daya tariknya.
Sebuah kota yang tidak sibuk tampil di permukaan, namun diam-diam menyimpan amunisi.


Pada saat sesi jamuan makan di hari Sabtu malam, Nakai-san berkata, “Saya akan bikin mobil (pribadi), dan akan diberi nama Surabaya.” Sakin senangnya, saking respeknya, saking terkesannya.

Sesi pertama, 20-21 November 2025, adalah tentang Carrera S 997 Cabriolet.
Sesi kedua, 22-23 November, adalah sesi 993 Carrera Targa.

Surabaya Auto Gallery menjadi pelabuhan tempat dua Porsche menanggalkan citra “standar pabrikan” dan lahir ulang sebagai RWB.


Walau ada template.
Namun RWB kental juga akan improvisasi.
Setiap unit adalah entitas tunggal yang butuh penyesuaian kala RWB Build.




Nakai-san datang, melihat mobilnya, udara kota, ruang kerja, bahkan kebiasaan si pemilik.
Lalu desain itu terbangun perlahan, seperti ritual.
Surabaya Auto Gallery menyediakan ruang itu.


Tempat di mana panel-panel OEM Porsche berubah fungsi menjadi kanvas.
Tak ada proses cepat.
Tak ada sihir digital.

Hanya:
Fender yang digergaji manual.
Overfender yang dicocokkan dengan sentuhan tangan.
Wheel fitment yang diputuskan langsung di lantai bengkel.
Dan silhouette wide-body Rauh-Welt Begriff.

Pada akhirnya, dua Porsche di Surabaya itu berdiri dengan aura baru.
Lebih rendah.
Lebih lebar.
Lebih berani.

Mereka bukan lagi mobil.
Mereka adalah cerita yang akan diceritakan di setiap meet-up.
Mereka adalah dua legenda yang hadir di satu waktu oleh living legend.

Mengapa kehadiran RWB di Surabaya menjadi penting?
Karena RWB bukan tren, melainkan milestone.
Ia menandai bahwa car culture Surabaya telah naik kelas.
Dari kota dengan komunitas besar, menjadi kota yang sanggup menghadirkan legenda kustomisasi dunia.

Surabaya Auto Gallery tidak sekadar “memiliki proyek RWB.”
Mereka menjadi simpul koneksi antara Indonesia dan kultur tuning global yang sangat terkurasi.
Sejenis portal kecil tempat passion melampaui geografi.


RWB selalu membuat mobil tampak “lebih besar dari kehidupannya sendiri.”
Tetapi di Surabaya Auto Gallery, yang membesar bukan hanya fender.
Yang membesar adalah reputasi kota ini dalam peta modifikasi nasional.
Dan seperti biasa, Nakai-san meninggalkan kota seperti ia datang.
Diam, sederhana, tanpa selebrasi.

Hanya menyisakan dua Porsche yang kini berjalan dengan bahasa baru, dan sebuah pesan yang tak pernah ia ucapkan namun selalu terasa, “Car culture belongs to those who dare.”

Tapi tahukah, DeepEnder?
Akan ada 5 RWB lagi di Surabaya.
Goks!