Cunonk menatap brosur VinFast VF3.Tidak lama. Tidak pakai debat panjang.
Satu kalimat cukup untuk mengunci keputusan: “Bentuknya lucu dan klasik.”
Kalimat itu menjadi titik nol.
Sisanya? Hanyalah sejarah indah.

Mocil!
Nama resminya VinFast VF3, tahun 2025.
Cunonk menyingkatnya dari mobil cilik.
Misinya jelas sejak awal, mobil listrik yang benar-benar turun ke jalan.

VF3 dipilih bukan demi ikut arus EV, bukan pula demi citra futuristik. Daya tariknya justru terletak pada karakter mentah. Bodi kecil, posisi tegak, proporsi jujur. Sebuah kanvas kosong yang menunggu diganggu.

Di tangan mayoritas orang, VF3 berperan sebagai city EV yang ekonomis. Di tangan Cunonk, VF3 berubah menjadi pemantik interaksi yang membuat orang menoleh dua kali, lalu melontarkan satu pertanyaan klasik, “Ini mobil apa, sih?”


Sebagai EV Lab, Mocil memberi dua hal yang sulit disangkal.
Pertama, respons instan dari torsi listrik, pas untuk ritme stop-and-go perkotaan.
Kedua, efisiensi tinggi, dimana sekali isi daya, bukan hanya jarak yang didapat, tapi juga cerita.

Namun bagi Cunonk, spesifikasi bukan tujuan akhir. Itu hanya fondasi. Yang dikejar adalah tentang rasa! Rasa mainan, rasa nyeleneh, rasa personal. Rasa yang tidak tercantum di brosur mana pun.

Konsep modifikasinya ringkas, tapi tegas. Menggeser VF3 ke arah mobil mainan yang lucu. Bukan lucu generik. Bukan imut aman. Lucu dengan sedikit kegilaan.

Tubuh kecil, sikapnya galak.
Aura menghibur, detailnya serius
Mengundang tawa, tapi menuntut perhatian lebih lama.


VF3 ini sengaja diposisikan di wilayah abu-abu.
Bukan off-roader.
Bukan stance car.
Bukan sleeper.


Bermain di platform baru berarti siap berhadapan dengan realita pahit. Aftermarket nyaris tidak tersedia. Tidak ada katalog. Tidak ada paket styling. Tidak ada referensi lokal. Hampir seluruh body part dikerjakan manual. Setiap ide diuji langsung di bodi asli, baik proporsi, fungsi, keamanan harian. Prosesnya lebih mirip eksperimen daripada instalasi.

Ukur.
Coba.
Salah.
Ulang.
Ini bukan modifikasi cepat saji.
Ini kerja craft.


DeepEnder apakah sadar ada wajah Rubicon di tubuh kecil itu?
Pusat perhatian Mocil terletak di bagian depan. Grille VF3 dirombak dengan inspirasi Rubicon. Harap maklum, bukan untuk meniru, tapi memelintir. Karakter tegak makin diperkuat. Ilusi bahu diperlebar. Sedikit DNA off-road diselipkan ke tubuh EV mungil.

Velg Volk Racing TE37 Sonic dipilih bukan demi nama besar, melainkan demi rasio yang tepat. 16 x 7 inci, ET35, format square. Ini otentik alias original, bukan velg replika. Accelera Phi-R dipercaya sebagai ban andalan. Memiliki ukuran 215/55 ZR16, dengan sidewall cukup tebal yang sesuai keinginan Cunonk, dan memang selaras secara avisual bodi. Kombinasi ini menjaga keseimbangan, kenyamanan jalan Indonesia, sekaligus memberi kesan “padded” yang kembali menguatkan aura toy car. TE37 di VF3 bukan sikap sok jago. Lebih ke kode lucu, tapi tidak polos.


Tampang boleh playful, pengereman tidak. Bagian depan mengandalkan Brembo F40 custom dengan disc 280 mm. Bagian belakang dikonversi penuh dari tromol ke cakram, menggunakan caliper BYD. Upgrade ini bukan kosmetik. Ini soal kontrol, penting untuk EV dengan torsi instan. Sekaligus menyempurnakan visual.

Yang menggelitik, di buritan terpasang emblem Feroza. Bukan salah pasang.  Ini nostalgia masa SMA. Pengingat awal jatuh cinta pada dunia otomotif. Kode kecil untuk mereka yang paham sejarah. Yang tahu akan tersenyum. Yang tidak tahu akan bertanya. Keduanya sah.

Mocil ini punya kesimpulan:
EV masa depan, visual hari ini, memori masa lalu.


Workshop:
Brakes & undercarriage: @laris.understeel.id
Body kit: @kang.huda.5477