Bagi sebagian orang, perjalanan Jogja-Jakarta hanyalah soal jarak dan waktu.
Namun bagi pemilik W205 AMG Line ini, rute panjang itu adalah ruang uji, tempat sebuah konsep modifikasi membuktikan dirinya. Bukan di parkiran, bukan di event, tapi di jalan tol, tanjakan, sambungan beton, dan ritme perjalanan luar kota yang berulang.

Arin Nugroho bukan tanpa alasan. Sebagai pintu masuk ke dunia Mercedes-Benz sedan, C-Class menjadi titik awal yang ideal, cukup ramah untuk pemula, namun tetap menyimpan aura elegan yang mengingatkan pada kakak tertuanya, S-Class. “Ada rasa ‘semi-S-Class’ yang nyaman, sekaligus memicu ambisi untuk naik kelas di masa depan,” aku Arin. Tapi sebelum itu, W205 ini harus benar-benar dikenali, dikendarai, dipakai, dan diuji.

Konsep modifikasi yang diusung sangat jelas: Daily Driven Slammed. Artinya, rendah bukan tujuan akhir, melainkan konsekuensi dari perhitungan yang matang. Slammed di sini bukan soal ekstrem, tapi soal presisi. Tentang bagaimana velg duduk rapi di dalam fender, bagaimana jarak roda dan bodi tetap aman, dan bagaimana mobil tetap nyaman untuk perjalanan jauh.

Slammed, dalam konteks ini, adalah tentang kontrol. Slammed bukan sekadar rendah. Kontrol terhadap geometri kaki-kaki, terhadap sudut camber, terhadap kerja suspensi, dan terhadap batas aman mobil harian. Itulah mengapa modifikasi tidak dilakukan sembarangan.
Pemilihan FeelAir dengan manajemen 4 titik menjadi fondasi utama. Sistem ini memungkinkan mobil beradaptasi dengan berbagai kondisi jalan, mulai dari jalan kota Jogja yang tak selalu rata, hingga tol panjang menuju Bogor dan Jakarta. Porsinya jelas, air suspension adalah kunci.

Namun justru di bagian depan, tantangan terbesar muncul. Karakter W205 yang cukup “rewel” di area depan memaksa pemilik dan bengkel untuk ekstra selektif dalam memilih balon air suspension. Salah pilih, risiko gesek dan ketidaknyamanan akan selalu menghantui. Proses trial, penyesuaian, dan kompromi menjadi bagian dari perjalanan modifikasi itu sendiri. Di sinilah makna slammed yang sesungguhnya terasa. Rendah yang aman, bukan rendah yang memaksa.
Di balik spakbor, bersemayam Alpil. Velg yang mengkhususkan pada mobil-mobil Eropa seperti Volkswagen dan Audi, ini bernaung pada company Newing Inc, yang berlokasi di Nishinomiya, Hyogo, Jepang.
Alpil R19 dengan lebar rata 10 inci dipilih bukan hanya untuk visual agresif, tapi juga untuk menghadirkan stance yang solid. Dipadukan dengan ban Accelera 215/35/19, setup ini
menuntut perhitungan matang pada camber dan clearance. Terlebih saat erot, face dan bibir celongnya, benar-benar teatrikal.
Custom camber kit menjadi solusi agar roda bisa “masuk” ke dalam fender tanpa mengorbankan kenyamanan berkendara. Hasilnya adalah fitment yang rapi, clean, dan tetap usable. W205 bisa diajak kerja, bukan hanya dipamerkan.



Menariknya, mobil ini tidak hidup di garasi. Tapi hidup di jalan. Rute Jogja-Bogor-Jakarta yang sering dilalui menjadi bukti bahwa konsep harian ini bukan jargon kosong. Suspensi yang nyaman, konsumsi BBM yang relatif irit untuk kelasnya, dan karakter sedan Mercedes yang stabil membuat perjalanan jauh terasa lebih manusiawi.

Bahkan secara personal, mobil ini “pas”. Secara ukuran, kenyamanan, dan karakter, untuk pemilik dan istrinya. Ada hubungan emosional di sana, yang membuat setiap kilometer terasa relevan. ![]()
Workshop:
Konsep & maintenance: Gasgang Concept @gassgang_concept
Undercarriage: Laris Understeel @larisundersteel
Wheels & tyres: Garage 21 Rim Service @garage21_rimservice















