Main mobil tuh kompleks.
Masing-masing gaya punya ceritanya sendiri.

DeepEnd mencoba selalu berdiri pada semua segmen, namun tetap berpatokan pada 3F yaitu Fashion Follow Fuction. Mantra ini sudah DeepEnd pegang semenjak berkecimpung di dunia modifikasi mobil. Dimana boleh saja pake ini dan itu, asalkan laik jalan.

Oh iya, money can buy any. Tapi money belum tentu bisa beli taste.

Ferrari ini punya sejarah modifikasinya. Semuanya yahud. Tak perlu lagi diceritakan kisah sebelumnya, karena DeepEnder pasti mengikuti sepak terjangnya.

Tapi yang terkini, mungkin inilah yang paling fenomenal.

Heboh sudah jagad maya per Kamis 21 Nov 2019. Komen dan thumbs up berseliweran.

Tapi apakah mereka tahu 3F tadi?
Mari kita bahas.
Dan kita fokuskan hanya pada beberapa titik sentral.

Pertama, tentang velgnya.

Velgnya merupakan hasil seleksi, setelah ‘menyingkirkan’ BBS LM dan BBS LMR. Pemenangnya adalah BBS RS-GT dengan material forged berukuran 19 inci untuk center disk dan 20 inci pada step lip. Singkatnya, palang akar di tengah berdiameter 19 inci, dan diameter luarnya itu 1 inci lebih besar.

Untuk velg depan, cukup di 2.5 inci outer dan 8 inci inner. Dan pada velg belakang, dikombinasi 4.5 inci pada outer dan 8,5 inci pada innernya.

Sementara pada bagian lebar velg, di depan 10.5 inci dan di belakang 13 inci.

Banyak pertanyaan dari DeepEnd yang bisa dengan lugas Ryan Melano jelaskan untuk DeepEnder, tentu atas izin Mr. BMH, pemilik F458 ini.

Arahannya adalah, ingin 20 inci namun step lip. Bagaimana caranya?

Semua bibir RS-GT itu flat lip. Jika mau bikin step lip 20 inci, berarti berarti centernya lebih rendah ukurannya. Walaupun sebenarnya, RS-GT itu juga ada yang 20 centernya.

Lantas kenapa tidak 21 step lip, kan mungkin saja? Tadi sudah dijelaskan tentang aim atau goalnya. Namun bisa disempurnakan dengan alasan kedua. Jika mengaplikasi 21 inci, kombinasinya jadi rada ribet. “Pasti depannya enggak akan dapet clearance sempurna,” ucap Ryan, punggawa Antelope Ban. Dengan 21/21 (fr/rr) maka akan sulit mendapatkan height level yang ideal.

Dampaknya, “Waktu jalan, either depannya ngongkong, belakangnya celup. Atau waktu amblesnya, depannya engak bisa slammed dengan sempurna.” Well, karena tipe sporstcar rata-rata semuanya rada dongak.

Mari kita lanjut soal mengapa 20/20 bisa sempurna untuk ground clearance.
Sebab ukuran ban depan-belakang, lebih banyak pilihan. Depan bisa 30, belakangnya 30. Kalau 21, dengan lebar segambot gitu, maka bannya kudu 30 depan dan 25 belakang. Walhasil, bokongnya kedodoran.

Apalagi…, fitment enggak selalu pengaruh. Karena maunya main stance dan mempertimbangkan juga adanya sensor-sensor, maka konfigurasi ban menentukan sekali. Tips DeepEnd: serahkan ke ahlinya. Salah dikit, mampus.

Kedua, tentang bannya.

Ban depan memakai Pirelli P Zero 265/30ZR20 dan ban belakang dipercayakan pada Michelin PS4S 305/30ZR20.

Mengapa berbeda merek? Kunciannya ingin seluruh 4 ban a bit membulat. Istilahnya; Side Wall Roundness! Di depan perlu format membulat P Zero untuk profil side wall, sedangkan di belakangnya posisi membulatnya dibantu dengan profilnya PS4S udah mumpuni.

Untuk depan, sebenarnya ada ban PS4S kok dengan size 265/30ZR20. Sayangnya, terlihat tipis. Untuk awam pasti enggak akan ngeh. Tapi yang setiap hari ‘tidur sama ban dan velg’, kelihatan jelas kalau enggak dapet buletnya.

Sementara P Zero 305/30ZR20 ada. Eh…, sidewallnya kurang nendang juga.
Di sini sangat penting soal side wall roundness untuk permainan di stance fitment. Terlalu tipis ambyar, ketebalan juga enggak proper.

Ketiga tentang suspensinya.

Berbekal kombinasi fitment velg dan ban, dibutuhkan supensi buat mengejar the lowest ground clearance. Di sini, pilihannya Prazis struts and bags, kompresor Viair dan manajemen Airlift 3P/3H.

Pada waktu F458 didevelop, tujuannya main di 4 titik (poin) alias kiri-kanan depan-belakang sendiri-sendiri. Ditambah dengan program height level control 3P/3H yang bikin mobil berdiri lurus-tegas dalam keadaan jalan apapun.

Height level ini diperlukan karena ini sportscar. Jadi heigh level berfungsi kurang lebih mirip-mirip sebagai active body control (ABC). Mengendalikan posisi mobil supaya stabil.

Saat project dimulai, Prazis baru bikin 2 titik yaitu depan dan belakang saja, dengan sistem konvensional. Prazis 4 titik baru malah baru rilis di SEMA 2019, sementara Air Lift sudah hampir 2 tahun berjalan denga skema 4 titik.

Di sisi suspensi, ada manfaat juga memakai struts and bags. Asyiknya, Prazis full memakai adjustable coilover bags. Coilover mudah diatur ketinggiannya. Dampernya pun ikutan bisa diatur. Travel tinggi-pendeknya bisa easy to find. Sekadar informasi, untuk damper pada posisi tertentu, kadang batang shocknya suka mentok. Damper pada Prazis ini merespons dengan redaman. Terbukti, saat DeepEnd ikutan naik mobil ini, suspensinya nyaman, rigid dan hampir tidak ada noise.

Jadi kesimpulannya, secara visual ini bikin patah leher dan sakit jakun, dan secara teknis modifikasinya beyond.

Sah sudah jadi legend!

BBS RS-GT

RS-GT ini produk BBS Jepang, setelah LM dan LMR. Hanya saja LM dan LMR lebih populer. Tiba-tiba Mr. BMH datang untuk sesuatu yang lain. Tak mau gunakan lebar 12 inci. Maunya stretch depan-belakang, tapi enggak maksa. Kelihatan masih kayak normal. Dan yang pasti, saat dipakai dalam keadaan ride, posisi bannya mau agak celup. Faktanya dalam posisi ride, DeepEnd mengukur ground clearance hanya berjarak 8 cm dari side skirt.

Secara desain velg ini jatuhnya klasik. Walaupun klasik banget juga enggak, dibilang modern pun sama sekali jauh. Satu hal lagi, velg ini enggak banyak juga dipake di BMW atau Mercy, sehingga kelihatannya anti mainstream.


Workshop:
Wheels, tyres & suspension: Antelope Ban @antelopeban
Exhaust & carbon ornament: BMH Garage @bmhgarage

Data Mods:
BBS RS-GT wheels 20x(10.5+13) inches, Pireli P Zero tyres 265/30ZR20 & Michelin PS4S tyres 305/30ZR20, Prazis airsus struts and bags, Air Lift management 3P/3H, Viair compressor, Novitex Rosso exhaust, Vorsteiner carbon ornament