Di semua lini kehidupan, kesuksesan itu berbasis pembelajaran dari orang lain. Namun tidak  cukup mencoba/meniru yang terbaik di kelasnya, kita benar-benar wajib mencari tahu apa yang membuat mereka hebat dan menyesuaikan dalam karya kita sendiri.

Jadi keinget apa yang dibilang Pablo Picasso, “Good artists copy, great artists steal.”

Singkatnya apa? Benchmarking!

Manfaatnya bisa punya konsep yang jelas, meningkatkan efisiensi alias tidak menghamburkan biaya, lebih memahami persaingan, meningkatkan kualitas produk dan mudah menentukan area perbaikan. 

Kurang lebih, W211 ini menggunakan konsep benchmarking yang looking forward. 

Sebab Balikpapan belum memiliki infrastruktur, SDM dan fasilitas modifikasi mobil stance yang serupa dengan kota lainnya di Jawa. Maka Fritz Prihasel kemudian berinisiatif menggunakan teknik benchmarking, dalam hal ini bengkel-bengkel di Jakarta. 

Terlebih, “Ini mobil kesayangan.” 

Sampai di sini, enggak ada yang bisa sleding. Statement itu tegas. Enggak main-main. 

Fritz memilih berkomunikasi dengan Utha dari Dimension Garage. Anak Bogor ini tegas menyarankan agar kaki-kaki dan bodi untuk dibikin pol sekalian. Sebab secara bodi, W211 yang didesain oleh Hartmut Sinkwitz (1999) ini punya bahan yang panjang, dan pantas untuk dibikin drop down. Tenggelam dan kandas di dasar jalanan. 

Fritz sudah mengantungi Air Lift Performance dari Street Automarket. Lagi-lagi ini di Jawa, tepatnya Bekasi. Dealer racing coilover merek MaXpeedingRods dan juga Air Lift Performance yang merupakan bagian dari grup MaXx Air Suspension. 

Jen Rusandy kasih bocoran, “Mobil Fritz memakai kaki-kaki MaXx Air Suspension dan Air Lift lengkap manajemen.” Jen menggenapkannya dengan custom camber plate all around. 

Melihat E 260 strolling around saja keren banget. Apalagi kalau sudah dibuat zero tekanan angin kompresor suspensinya. Ini menjadi daya tarik para pecinta modifikasi mobil di Balikpapan untuk mengkuti tren hitech ini. 

Namun DeepEnd merasa bukan saja suspensi yang menjadi wow factor. Tapi juga velgnya. Fritz mencolok velg special order dengan lebar 11 dan 12 inci dan posisi semua offset ada di 0 mm. 

Kesan agak kosong dibalik wheel face diisi dengan AMG floating disc. 

Dari sinilah bertemunya kendala.
“Saya harus mengubah banyak kaki-kaki, karena velg saya step lips 18 to 19 dan saya ingin terlihat padat jadi saya bubut rotor 380 ke 370,” ungkap Fritz.

Alhasil, benchmarking ini bermanfaat dan berdampak pada ekosistem modifikasi mobil di Balikpapan raya. Hasil boyongan level up ini jangan dianggap hedon. Mutu modifikasi dan segala triknya bisa menjadi cerita bagi Fritz.


Workshop:
Under carriage: Dimension Garage @dimensiongaragee
Air suspension: Street Automarket @street_automarket
Body work: Platinum Motorsport @platinum_motorsport_indonesia

Data Mods:
SV2 Forged 19x(11+12) inches, Accelera Phi 235/35ZR19 & 245/35ZR19, AMG 370 mm/6 pot & 365 mm/4 pot, Air Lift Performance suspension, E55 AMG body kit, custom camber kit, custom head light, custom front lips, custom diffuser, custom side skirt, custom duck tail, W211 Avantgarde steering wheel, carbonized wood panel interior trim, custom trunk set up, Techpro valvetronix exhaust, AMG tail pipe