“Secara pribadi saya memang menyukai mobil era 90-an. Sewaktu kecil, hanya bisa lihat posternya saja,” ujar Tantra sedikit sedih. Tapi berkat kerja keras, ikhtiar panjang dan dukungan alam semesta, mimpi seorang anak kecil yang mengidamkan Porsche pun terdeteksi Tuhan.

Namun setelah mampu pun, masih setengah langkah. Selama 4 tahun ia berkeliling tak tentu arah. Angin membisikkannya untuk bergerak ke Barat, ternyata nihil. Berita SMS mengarahkannya ke Timur, lagi-lagi tak jodoh. Harap bersabar, semua itu hanyalah ujian. Ada beberapa yang bodong, terus pake surat kawinan alias tak akur. Hingga suatu ketika, ketika ia berharap lebih khusyuk, Midnight Blue pun muncul. Ternyata oh ternyata, pemilik lamanya tinggal di belakang kantor Tantra.

Porsche 911 (993) yang sangat ikonik ini, diproduksi dalam kurun waktu yang singkat yaitu hanya dari 1993 hingga 1997.

Muter-muter seantero Tanah Air, ternyata barangnya disimpen tetangga. “Lumayan sabar banget,” cerita Tantra yang akhirnya dapat jodoh lumayan seger, 800an miles.

Porsche 911 (993) yang sangat ikonik ini, diproduksi dalam kurun waktu yang singkat yaitu hanya dari 1993 hingga 1997. Merupakan model terakhir yang masih menggunakan air cooled engine. Sungguh sangat disayangkan. Sedangkan Porsche 993 Carrera 4S, sebagai perbandingan, merupakan model terakhir yang dikeluarkan oleh Porsche sebelum Porsche memutuskan untuk menghentikan produksinya di tahun 1997.

Porsche 911 (993) Carrera 4S yang difeature oleh DeepEnd ini, merupakan keluaran produksi tahun 1996. Persuratan resmi selesai di tahun berikutnya. Walaupun masih bermesin naturally aspirated, Carrera 4S ini telah menggunakan body shell turbo, dengan suspensi yang lebih rendah dari model Carrera standard. Di era mobil ini, teknologi mobil sudah advance tapi masih retain retro classicnya.

Begitu melongok ke kabin, disambut kulit abu-abu muda serta kelengkapan lainnya yang masih orisinal. Satu hal yang menangkap perhatian adalah odometernya yang tidak menggunakan satuan KM, melainkan miles. Setir sudah diganti dengan Momo Prototipo. Setir 350 mm yang ideal untuk kendaraan klasik dari semua generasi. Lubang ikonik membuat setir lebih ringan untuk dipegang. Jahitan putih paralel menjalankan perimeter dari seluruh roda kemudi. Setir yang dibeli di e-Bay ini berukir laser Prototipo pada bagian jari-jari dan logo MOMO kuning pada tombol klakson timbul. Modern but still classic.

Selain mobilnya, velgnya mencuri hati dan pikiran. BBS E88, one of the kind.

Tantra mencari kombinasi velg yang agak race, premium dan stance, “Combo yang ultimate, kata suhu-suhu velg Jakarta.”

Velg ini kepengennya Tantra. Sebenernya mobil sudah pake Fuchs Wheels 18, “Cuma masih terlalu jadi ‘anak manis’,” ucap Ahmad Morteza, dari Rotors Wheelstore, yang dipercaya mengaplikasi rodanya. Tantra mencari kombinasi velg yang agak race, premium dan stance, “Combo yang ultimate, kata suhu-suhu velg Jakarta.”

E88 disinyalir enteng dan tangguh, walaupun kalah di finishing, dibanding fashion wheelnya BBS LM atau LMR. Velg modular 3-pieces ini terbuat dari paduan aluminium BBS yang dipatenkan untuk meningkatkan kekuatan dan bobot lebih rendah daripada magnesium, ‘sang kompetitornya’.

“Siapa yang tak tahu BBS? Kalau belum, belajarlah lebih jauh.”

Bobot dioptimalkan dengan analisis FEM (Finite Element Analysis). Metode numerik terkomputerisasi untuk memprediksi bagaimana suatu produk bereaksi terhadap kekuatan dunia nyata, getaran, panas, aliran fluida dan efek fisik lainnya. Analisis elemen hingga menunjukkan apakah suatu produk akan pecah, aus atau bekerja seperti yang dirancang.

Siapa yang tak tahu BBS? Kalau belum, belajarlah lebih jauh. BBS didirikan pada 1970 oleh dua insinyur Jerman, Heinrich Baumgartner dan Klaus Brand, di kota kecil Schiltach yang terletak di Black Forest, Jerman. BBS dinamai setelah inisial dari dua pendiri dan kota: Baumgartner Brand Schiltach.

Mereka berdua mengembangkan aero bodi mobil fiberglass di European Touring Car Championship. Setelah terlibat dengan olahraga motor, makin lama makin gatal, BBS mulai fokus pada pengembangan dan pembuatan roda untuk mobil balap, dan pada tahun 1972 dimulai produksi roda balap 3-piecenya. Jadi…, velg 3 potong itu sudah ada sejak zaman Pak Harto menjabat.

 


Workshop:

Rotors Wheelstore @rotorwheelstore


Data Mods:

Wheels BBS E88 18x(8,5+9,5) inches, tyres Pirelli Cinturato P1 235/40ZR18 & 265/35ZR18, custom free flow muffler, custom lowering kit, wheel steer Momo Prototipo