Siapa yang tak kenal James Bond. Karakter fiktif yang berperan sebagai agen MI-6 untuk Britania Raya tersebut sudah pasti dikenal oleh banyak orang. Tidak hanya dari segi pemeran yang terus berganti pada setiap filmnya, mobil-mobilnya pun selalu menjadi perbincangan yang menarik. Sebut saja Lotus Esprit si ampibi, atau Aston Martin DB5 dengan kursi pelontarnya, dan tentu saja BMW 750iL E38 dalam seri Tomorrow Never Dies. Kemunculannya saat itu bak menyihir seluruh penggemar mobil di dunia. Harganya melambung, unitnya dicari. Semua jadi ikut mengidam-idamkan si seri tertinggi dari keluarga BMW tersebut.

Tak terkecuali, Andreyanto. Saat peliputan di GOR Jatidiri, Semarang; Andre menceritakan bahwa sama seperti penggemar BMW lainnya, film Tomorrow Never Dies benar-benar membuat ia jatuh cinta dengan sosok seri 7. “Suatu saat harus punya,” katanya.

“740i mantep dibawa ngebut. Karena wheelbasenya tidak terlalu panjang, tidak seperti versi iL (Long Wheel Base).”

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pada tahun 2016, Andre berhasil mendapatkan sosok seri 7 yang menjadi mimpinya sejak kecil. Bukan 750iL, melainkan 740i. Selain alasan kelangkaan unit 750iL di Tanah Air, hal lain yang membuat Andre memilih saudaranya yang memiliki wheelbase lebih pendek ini tidak lain adalah kegemarannya untuk memacu mobil di kecepatan tinggi. “740i mantep dibawa ngebut. Karena wheelbasenya tidak terlalu panjang, tidak seperti versi iL (Long Wheel Base),” tuturnya. Semakin spesial karena unit eks KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) yang diadakan tahun 2003. Diimpor hanya 42 unit untuk Indonesia.

Perjalanan tak selalu mulus. Andre membeli mobil tersebut dengan kondisi mengenaskan. Setengah bangkai lah kira-kira, kalau ketemu pengepul besi, bisa jadi sudah dikampak. Tapi itulah cinta, semua akan dilakukan. 3 tahun menjadi pekerjaan rumah bagi Andre untuk menyelesaikan mobilnya. Semuanya dipreteli. Dikerok total, ditelanjangi habis. Mesin, kaki-kaki, interior, karet-karet, dipesan langsung dari negeri asalnya.

Kebetulan ia mempunyai channel untuk mendatangkan barang-barang tersebut ke Tanah Air. Saat proses restorasi berjalan, ternyata Andre juga memiliki kecintaan pada tuner Alpina. Jadilah ia memesan semua aksesoris Alpina yang bersifat ‘bolt-on’ untuk seri 7. Tidak hanya menyematkan jubah single tuner, ia turut melakukan improvisasi di semua sektor. Pada bagian muka, ia melakukan facelift ke tahun 2001.

Wujud modifikasi proper. Gaya ada, fungsi jangan dilupakan. Begitulah kira-kira konsep besarnya.

Sementara untuk mesin, stroker kit 4.400 cc disuntik ke dalam jantung. Mesin sudah kencang, kaki kaki harus menunjang. Ibarat pakai jas, tentu harus pakai pantofel. Biar seirama, nggak kebanting. Ia menyematkan big-brake kit AP Racing Radical dengan rotor 390 mm 6 piston dan 360 mm 4 piston di keempat kaki, beradu manja dengan ban Toyo C1S 255/30ZR21 dan 295/30ZR21. Ban ini didaulat melindungi velg Alpina Classic berukuran 21×9 inci dengan offser 25 pada bagian depan dan dimensi 21×10.5 inci dengan offset 29 untuk belakangnya.  Roda kemudian dikombinasikan dengan coilover DGR. Bukan kaleng-kaleng. Wujud modifikasi yang proper pastinya. Gaya ada, fungsi jangan dilupakan. Begitulah kira-kira konsep besarnya.

Sama seperti teman-teman di kota Semarang, saat perhelatan Intersport Auto Show 2019 kemarin, Andre memutuskan untuk unjuk gigi, mewakili BMWCCI Semarang Chapter. Ndilalah, ternyata hanya beliau yang berhasil lolos untuk bertanding di kelas VIP. Tanpa perlawanan satupun. Andre hanya tinggal duduk santai sembari menunggu pengumuman pemenang di malam harinya. Satu tiket telah diamankan, akan bertemu di Grand Final. Ia berjanji pada DeepEnd akan melakukan improvisasi lagi agar tetap kompetitif untuk bersaing dengan para pendekar VIP dari kota lainnya di Jakarta nanti.


Workshop:
Kiat Motor @kiatmotor_

Data Mods:
Stroker kit to 4.400 cc, cranksaft M62 B44, BMW performance chips Miller Performance, full stainless header manifold, cat back resonator racing Raser, stainless exhaust X Pipe, muffler Borla, replacement filter K&N, original instrument cluster Alpina, floor mat set Alpina, genuine Bosch telephone E38 750 IL, wood steering wheel, add on front lips Alpina, original striping Alpina, genuined new headlamp Bosch E38 Facelift, full HID  Ds 81, HID high speed beam Philips original Japan, ballast Coito Japan, genuined set tail light white turn signal (facelift to 2001), genuined front set wing turn indicator white lamp (facelift to 2001), genuined front Set light white amp (facelift to 2001), coilover DGR, front big brake AP Racing Radical with J-Hook rotor 390 mm 6 piston, rear big brake AP Racing Radical with J-Hook rotor 360 mm 4 Piston, wheels Alpina 21x(9+10.5) inches, tyres Toyo C1S 255/30ZR21 &  295/25ZR21