Pasti ngehnya karena sloped rear window.
Baru makin memperhatikan ketika ngeh pintunya hanya dua.
Gayanya dapat, iritnya kena. Honda CR-Z pada perdananya di 2015 bertujuan membawa gaya coupe ke segmen hybrid yang kalem dan handling yang ramah lingkungan.

Dibuat sebagai sport compact hybrid electric automobile dan dirilis sebagai “sport hybrid coupe”. CR-Z menggabungkan bensin-listrik dengan elemen mobil sport tradisional. Pengaturan tempat duduknya 2+2. Kalau DeepEnder ingat Honda CR-X, maka CR-Z adalah penerus generasi keduanya.

Tapi mobil ini sebenarnya hanya untuk berdua. Bukan dengan tambahan penumpang di belakang. Saking sempitnya. Maka jangan heran, di Amerika kita tidak akan menemukan jok belakang. Sebab sudah dilepas di showroomnya.

Jadi sekarang Naufal Azis Kautsar tak ragu lagi menempatkan suspension kit di bagasi. Tabung udara, kompresor bahkan subwoofer. Toh cuma sendiri, kadang berdua.

Yesss, ia kandaskan tunggangannya.

Pilihannya ada pada 17x(9+9.5) inci.

Diameter tidak raksasa, tapi sangat match dengan besaran bodi. Naufal colong di spec. Dari segi lebar, butuh putar otak atas kerumitan pemasangan. “Work Meister S1 facenya simpel. Dari dulu aku pake velg yang facenya simpel-simpel seperti CCW LM5T dan SSR SP1,” ucap kelahiran 5 Maret ini.

Percaya tidak percaya, CR-Z ini persis seperti Cappuccino. Salah satu minuman yang paling sulit dibuat secara benar. Sebab rasio susu dan kopi harus sangat seimbang untuk mendapatkan rasa yang sempurna.

Namun yang putar otak bukan DeepEnd, melainkan Agung Suryanugraha. Punggawa ASN Garage ini memotong arm belakang untuk camber. Yang menarik, CR-Z dan Jazz GE8 memiliki basis kaki-kakinya yang mirip. Sehingga, ketika CR-Z ini selesai, Agung sudah paham bagaimana memodifikasi kaki-kaki Jazz.

Perbedaan terjadi melihat offset depan 0 dan -5 di belakang. Ini membuatnya semakin keluar, dan camber diperhitungkan dengan cermat. Kurangnya, diakali dengan radius pada semua fender. Dan satu lagi…, memakai ban yang nariknya pas dan enak dilihat. Agung menyematkan Accelera 195/40 dan 205/40. “Model ban narik karena biar fit dengan velgnya,” ucap Naufal.

Hal lain yang menarik diperhatikan pada CR-Z ini adalah gabungan antara Airmext dan Air Lift.

Apa itu?
Selain dari sisi budget, juga dari sisi trial.
Naufal memulainya dengan Airmext, meliputi kaki-kaki dan balonnya. Kelebihannya, “Kaki-kaki bisa dicustom sesuai keinginan,” ucap Agung.

Perlu diketahui oleh DeepEnder, membeli air sus itu itu membeli skill.
Harga bisa murah di tempat lain, tapi skill bengkel yang menentukan.

Mau merek apapun, sebetulnya sama saja. Itu hanya rebranding bengkel masing-masing. Barang mirip-mirip, beda logo saja. Tapi sekarang, kondisi dan teknologinya mumpuni. Semakin membaik. Bahkan menarik jika dilihat after sales service. Hal ini dibenarkan oleh Agung, “Ada masalah, warrantynya langsung ganti baru.” Tentu syarat dan ketentuan berlaku ya.

Sebagaimana halnya kebanyakan pemain modifikasi, air sus merupakan hal yang baru. Teknologi yang digerakkan oleh sistem mekanis dan elektronik. Ada keinginan dan ada pula keraguan.

Airmext bisa menjawab segmen ini. Tapi percayalah, setelah mencoba, seperti halnya Naufal, ingin melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Buktinya, ia memakai manajemen Air Lift.

Mahasiswa yang sedang mengejar kelulusan ini mengejar kemudahan dan kenyamanan.
Selain lulus, tantangan lain adalah menghindari jalan berlubang! 


Workshop:
ASN Garage @asngarage

Data Mods:
Work wheels Meister S1 17x(9+9.5) inches, Accelera tyres Phi 195/40ZR17 & 205/40ZR17, Airmext suspension, Air Lift air management 3P, ViAir compressor, custom radius fender, custom duck tail, MA Audio subwoofer 12 inches, MA Audio power amplifier