Saat E-Class dari seri 210 memulai debutnya pada bulan Juni 1995, saloon melihat dunia dari sudut pandang yang sangat berbeda. Untuk pertama kalinya sebuah Mercedes-Benz E-Class memiliki ujung depan yang mencolok dengan 4 lampu depan elips. Desain bagian belakang yang mirip coupe juga membuat heboh. Kedua elemen desain ini, sangat kontras dengan garis yang relatif ketat dari seri 124, diterima dengan sangat baik oleh para ahli dan publik.

W210 langsung dianugerahi “Red Dot Design Award” yang terkenal. Bukan hanya bentuknya yang khas yang membedakan E-Class baru, tapi sanggup menggabungkan lebih dari 30 inovasi teknis. Fitur luar biasa lainnya adalah koefisien hambatan rendah yang sensasional sebesar 0,27. Namun yang terkenal dan otentik adalah desain lampu depannya. W210 adalah mobil produksi Mercedes-Benz pertama yang menampilkan lampu depan Xenon, termasuk dinamika kontrol jarak head lamp, hanya low beam.

Pengembangan W210 dimulai pada tahun 1988, tiga tahun setelah pengenalan W124. Dirancang Steve Mattin antara 1988 dan 1991 setelah dipreview lewat Coupe Concept 1993 di Geneva Auto Show pada Maret 1993. W210 adalah sebutan internal untuk berbagai mobil eksekutif yang diproduksi oleh Mercedes-Benz dan dipasarkan dengan nama model E-Class dalam konfigurasi sedan/saloon (1995-2002) dan station wagon/estate (1995-2003).

Setelah kesuksesan W210 ini, pada 2003 hingga 2005, Steve Mattin ikut mengawasi desain interior dan eksterior/desain ulang dari S-Class, M-Class MKII (W164), SL, SLK MKII (R171), SLR McLaren, Maybach Mercedes, dan konsep Grand Sports Tourer.

Kali ini, DeepEnd meliput S210 milik Azka.
DeepEnd memang selalu ingin meliput modifikasi station wagon. S210 merupakan wagon yang langka. Station wagon saja sudah sulit dijumpai, S210 apalagi. Plus ketambahan titel AMG package station wagon.

Azka berterus-terang, “I always love W210 body line setelah punya sedannya dulu, lalu versi kupenya.” Azka kemudian bermimpi, “I gotta have the wagon version pas sudah berkeluarga, dan kayak nazar setelah jual salah satu mobil hobi (W201) gantinya harus S210. Alhamdulillah kesampean.”

Mengapa bukan static, namun malah mengaplikasi air sus? Practicality karena mau dipakai bareng keluarga, agak egois kalau dikandasin tapi static. “Buat yang nanya kenapa enggak standar sopan aja, hmmm… menolak disebut tua,” ucap kelahiran Juni 2006 ini.

Begini ini, “Nyaman, praktis dan udah biasa juga. Soalnya yang coupe pake airsus juga dan baru ini nyobain airsus di mobil berbadan besar makes my coupe feels like static.”

Namun sebelum semuanya mantab, Azka membawa ke YM Autowheels. Di bengkel YM Autowheels, dudukan balon dibuat presisi dan fine tuning agar posisi spooring lebih tepat di semua roda. Sekaligus upgrade manajemen air sus ke Air Lift Performance.

Air sus juga diseting berkat adanya SSR MS3 19x(9.5+11) inci dengan offset 24 dan 10 mm, dan dibungkus ban Accelera Phi 225/35ZR19 dan 255/30ZR19. Sebetulnya yang Azka incar model palang, “Tapi karena udah biasa liat model palang, coba-coba iseng pake mesh, dan ternyata pakai mesh ruang kaki-kaki enggak terlalu keliatan kosong jadi enggak perlu upgrade big brake kit.”


Workshop:
YM Autowheels @ymautowheels