Bagi Harsya Murhastomo, W201 190 E adalah keistimewaan. Salah satu icon motorsport pada zamannya ini menjadi salah satu wishlist Harsya.
Mungkin anak milenial tak begitu mengetahui mobil ini, tapi boleh jadi bapaknya yang tahu Baby Benz, nama panggilannya.
Lumayan sulit mengetahui keberadaan W201 190. Di era 90’s atau 00’s saja jarang-jarang bisa lihat beredar. Padahal sedan yang diproduksi dari 1982 hingga 1993 ini punya populasi 1.879.629 unit selama umur model sebelas tahun itu.
Di brosur awal, W201 diperkenalkan sebagai sedan kompak yang memiliki suspensi belakang 5-link (yang selanjutnya digunakan di model kelas E dan C), anti-roll bar depan/belakang, geometri anti-dive dan anti-squat, serta kantung udara, rem ABS, dan pretensioner sabuk pengaman. Debutnya dimulai lewat 2 mesin bensin 4 silinder yaitu 190 dengan mesin karburator 66 kW (90 hp) dan 190 E dengan injeksi bensin menghasilkan 90 kW (122 hp).
Arti E di belakang itu adalah Einspritzung (injeksi bahan bakar, Jerman) yang menggunakan Bosch KE-Jetronic Multi-Point Fuel Injection untuk mengukur bahan bakar, bukan karburator model 190. Alhasil mampu menghasilkan tenaga lebih besar dan lebih hemat bahan bakar bila dibandingkan dengan model 190 non-fuel injected.
Namun dibalik itu, R&D Mercedes-Benz menghabiskan £600 juta untuk mengembangkan W210 dari 1974 sampai 1982. Edane, 8 tahun!
Spirit ini memang persistence. Namun menjadi sangat melankolis kisahnya.
Awalnya, Mercedes ingin 190 E ikut serta dalam balap reli, dan menggamit Cosworth mengembangkan mesin 320 hp (239 kW; 324 PS). Tapi masih kalah digdaya dengan Audi Quattro yang berpenggerak semua roda dan mesin turbocharged. Semangat masih tinggi, namun kalah bersaing, Mercedes akhirnya beralih ke Deutsche Tourenwagen Meisterschaft (DTM) yang mensyaratkan pada model jalan raya.
Lewat 3 unit 190 E 2.3-16V yang didetuned dari mesin Cosworth, langsung mencetak 3 rekor dunia di fasilitas pengujian Nardo di Italia. Kemudian mencatat kecepatan rata-rata gabungan 247.94 km/jam selama uji ketahanan 50.000 km. Sedan saloon yang inovatif secara teknologi dan estetika mendapatkan sejumlah sorotan sebagai mobil touring motorsport yang paling sukses di DTM.
Maka pertanyaannya, bagaimana masa depan mobil ini di mata pehobi mobil?
Sebagai pehobi tentu kembali lagi balik ke selera dan preferensi masing-masing. Namun, “Menurut saya W201 tetap jadi favorit buat classic Mercedes,” ucap Harsya yang juga pemilik Detail Box. Memeliharanya dari segi mesin dan perawatan cukup mudah, hanya saja persoalan memburu body part dan komponen interior merupakan tantangan sendiri.
“Saya beli mobil ini ke salah satu kolektor di Bandung yang sangat apik sama mobilnya. Saya hanya menyempurnakan saja,” ucap kelahiran Jakarta 16 April ini. Mesin direfresh dan stroke up menjadi 3.200 cc dengan menggunakan kode mesin yang sama. Dimana diteruskan via custom exhaust dari tengah ke belakang untuk mengimbangi kemampuan mesin.
Selanjutnya, aplikasi velg BBS RX 18×8.5 inci. Mesh wheel cocok dengan aura sportnya mobil. Dan tidak over dimensinya. Apalagi velg yang dibalut ban Dunlop Direzza 225/40 ini perriod correct, dan jarang yang memilih velg ini untuk 190 E-nya. Sedangkan suspensi memakai shockbreaker Bilstein dan masih mengandalkan per standar, untuk mengejar kenyamanan.
Nah…, di luar ini, perjuangan barulah dimulai.
Kesulitan pertama, menggenapi interior. Karena cukup sulit mencari mobil dengan kondisi interior original yang masih bagus. Cruise control dan outside temperature dibalik setir masih lengkap dan berfungsi. Sedangkan sunvisor juga masih seger dan rigid. Di mobil ini hanya dilakukan sedikit touch up pada beberapa bagian jok yang sudah termakan usia. “Emang dapet mobilnya utuh dan cakep,” ungkap Harsya.
Kedua, di bagian eksterior. Body kit menggunakan Cosworth dan ditambah lampu-lampu US version. Lihat side panel dekat fender di bawah spion? Itu menyatu one piece, bukan terpisah dua. Tanda kelangkaan bisa dilihat dari bentuk tersebut. Lantas perhatikan detail lampu depan. Batoknya masuk ke dalam, dan ada wiper yang hingga kini masih bekerja sempurna. Komponen beginian termasuk langka juga.
Paralel dengan hunting parts yang rare, Harsya menyerahkan refreshment ini ke Bavaria Autowerk. Di tangan Ade Jendy, 190 E ini dilabur super deep black-nya Spies Hecker. Semoga kelihatan di foto, betapa kilap dan mulusnya itu cat. Bavaria Autowerk juga yang merakit seluruh komponen interior dan eksterior langka yang dibeli Harsya.
So far, dibawa ke Sentul, aman saja. Kaca beningnya bikin dilihatin melulu sama pengendara lain yang pada mau kasih jempol!
PERAWATAN HARIAN KERESIKAN MOBIL
Harsya yang merupakan pemilik Detail Box, memberikan tips ringan untuk perawatan harian untuk mobil retro seperti ini:
Pertama, rajin mencuci mobil. Terutama setelah terkena hujan agar terhindar dari waterspot dan flek-flek bekas getah pohon/kotoran burung.
Kedua, prosedur mencuci mobil juga harus diperhatikan. Karena prosedur yang salah malah bisa juga membuat cat bodi menjadi kusam. Untuk itu siapkan peralatan seperti shampoo yang PH balance, wash mitt, microfiber towel, juga prosedur cara pencuciannya. Namun jika tak yakin dengan prosedur cuci yang benar, bisa bawa ke tempat cuci mobil premium.
Ketiga, di area mesin harus rajin memastikan mesin yang sehat tidak ada rembesan oli dan residu lain. Plastik-plastik di dalam mesin bisa dilindungi oleh dressing khusus mesin yang tidak lengket.
Keempat, perawatan kabin tak butuh langkah-langkah spesial. Hanya untuk bagian kulit rajin-rajinlahh diberikan leather conditioner sebulan sekali. Sedang pada bagian fabric harus jaga kebersihan biar enggak cepet kotor. Paling utama dalam perawatan kabin hindari makan minum dan ngerokok dalam mobil, agar kabin selalu bersih.
Workshop:
Paint, body kit & all parts installation: Bavaria Autowerk @bavaria_autowerk
Car detailing: Detail Box @detailbox.id