Mobil 90’s itu asyik.
Banget. Khususnya bagi yang pernah berkelana pada mobil di era tersebut.
Feby Andryanto sudah berusia 10 tahun saat si putih ini muncul.

Kelahiran 20 Februari 1989 ini terinspirasi Stickydiljoe aka Joey Lee, yang sempat memakai Honda Accord Maestro bergaya semi-racing JDM. Feby bareng Cendi Lemu berburu mobil sampai ke pelosok bahkan hutan segala. Hingga akhirnya buruan ditemukan di Solo, di sebuah bekas perusahaan kayu lapis.

Niatnya mulia, dipertahankan orisinal dan diiklankan untuk cari untung.

Tapi malaikat memerintahkan ke jalan lain.

Akhirnya ditempel lah itu Work Seeker.

Dan publik pun memberikan pujian.

Asyiknya punya Maestro SM4 adalah enggak banyak yang memainkannya saat ini. Bodinya yang panjang dan besar menjadi keuntungan tersendiri. Dipendekkan, ditempelkan velg besar, sudah lebih dari cukup membuatnya berbeda. “Enak bikin mobil yang enggak banyak kembarannya. Beban sosialnya enggak terlalu tinggi,” ucap Feby.

Accord Maestro 1999 manual ini memang lekas melesat perkembangannya. Bergaul bersama cah Sowotigo, Cendi Lemu, jarak edarnya kemana-mana. Sehingga malaikat tadi pun memilih menutup mata, dipersilakan masuk Partai Neraka. Di sini, mentalitas dan logika dipermainkan. Per Cielo yang sempat mengantarnya 2 kali berkunjung ke neraka, akhirnya dipensiunkan. Static bertahan sebentar, cukup setahun saja, kemudian digantikan suspensi udara.

Dan publik pun kembali memberikan pujian.

Lantai Maestro yang cembung, membuat patokan ketinggian menjadi berbeda. Misalnya, jarak side skirt dari aspal itu sekitar 3 jari, tapi lantainya malah berjarak 1 jari. Dengan suspensi udara Feelair, terutama saat ride mode, hal ini bisa dihindari. Resiko lainnya yang bisa dihindari oleh Feelair adalah cat fender patah sana-sini. Hal ini dikarenakan faktor lebar dan offset (depan +2, belakang +19 ) yang bersinggungan dengan bahu dalam fender, ketika setir melakukan perputaran maksimal. Padahal kata Feby, velg 17 ini speknya cupu. Tapi modelnya dia begitu suka, dan memang model piringnya itu kuat unsur retronya.

Yang tak berganti adalah bannya. Forceum Hena all around. Ukurannya 205/40R17. Ban ini dikenal enak dan tak bising. “Lumayan awet dan juga jatuhnya ke velg bagus banget. Dari sidewall sampai patternnya juga bagus, enggak licin kalau hujan,” ucap wiraswastawan asal Semarang ini.

Saat difoto memang masih menggunakan “teknologi lama” yaitu potkit alias dipotong sedikit ulur pernya. Dua minggu sebelum artikel tayang, sudah memakai Feelair dibantu Cendi Lemu. Potkit itu akibat terpaksa, belum ada keputusan produk mana yang diambil, tapi sudah harus “masuk neraka”. Sedangkan air sus lebih kepada bisa dibawa pikinik kemana. “Enggak nyusahin, enggak ngrepotin,” aku Feby.


Workshop:
Air suspension: Cendi Audi HVS ( A4 )
Spring: Imam Per
Engine: BMS @inungcarboen & CAS Performance @ronybron

Data Mods:
Work wheels Seeker DX 17x(8+9) inches, Forceum tyres Hena 205/40R17, Feelair air suspension, Honda Cielo spring, OEM Genio lips spoiler