Nyaman, bertenaga dan panjang.
Faisal bicara tentang big sedannya ini. Ia ingin merasakan modif mobil yang dipakainya itu nyaman, bisa dibawa kemana-mana sama anak-istri.

Memang generasi ke-3 seri 7 ini dari luar sudah keren dan long lasting. Sedang dari dalam, tentunya nyaman, dan (yang ini) tidak hilang rasa nyaman itu dengan setingan undercarriage yang personal.

Harap dinotes, kebanyakan mobil modifikasi itu dari luarnya menarik, tapi belum tentu ajib dipakai. Tapi khusus seri 7, memang beda. Mau dipakai airsus, enak. Mau roda dimiring-miringin, tetep aja enak. Mau kandas atau ceper sopan, sama-sama dapet ejakulasinya.

Tetapi kekurangan seri 7 ada 3 yaitu boros, partsnya mahal dan hasil modifikasinya rata-rata mirip dan sebangun. Jarang sekali ada yang berani. Faisal ingin Warso, nama panggilan sedannya ini, tampil beda.

Mari kita telaah.
Konsepnya pastinya terlihat VIP. Tantangannya adalah belum ada seri 7 yang cambernya super agresif. Kebanyakan lebih ke style dewasa, pada main aman, velg besar keluaran tuner BMW. “Nah di sini gua pengen matahin itu semua, seolah-olah seri 7 kalau sudah full Alpina berasa udah naik haji,” aku kelahiran 27 Mei ini. Selanjutnya, Faisal makin gokil, “Bisa enggak nih seri 7 dibikin seperti Bippu, yang miring depan-belakang,” ucap penduduk Tangerang ini.

Fasial sejak awal benar-benar mempersiapkan karakter yang kuat.
Dan boom…, siapa yang enggak “patah lehernya” kalau Warso lewat?

Padahal sebelumnya, ditemui 3 kesulitan dalam memodifikasi mobilnya.
Pertama, sudah pasti di bagian undercarriage. Terus, tangki harus dipotong karena sebelumnya lebih rendah daripada sasis, dan bertujuan lebih safety. Terakhir, posisi mesin naik sedikit, agar karter oli enggak mudah cium aspal.

Maka itulah mengapa OZ Futura double step lips 19x(10+11.5) inci bisa gagah beraksi. Dibalut ban Accelera, “Karena cuma Accelera yang nariknya pas untuk velg-velg lebar.” Di depan, Accelera Phi yang dipakai. Sedang di belakang, diaplikasi seri 651 Sport agar lebih awet pemakaian sebab bahu ban lebih kuat ketimbang Phi.

Sedangkan suspensinya, menggunakan Feelair, merek yang baru 2 tahun ini masuk ke market Indonesia. “Pengen nyoba mulanya. Penasaran. Tapi alhasil, hasilnya enak banget,” ucap Faisal. Di beberapa kalangan pengguna, yang masih terbatas, Feelair dikenal unggul saat air out maupun ride mode. Merek yang research and developmentnya berbasis modifikasi stance anak-anak Jogja ini punya bantingan yang enak dan nyaman. “Bawa 200 km/jam tetap stabil,” kata Pricul, panggilan akrab Faisal.

“Saya cuma pengen touring jauh naik mobil ini. Karena mobil ini dibangun untuk dipakai. Bukan mejeng di garasi aja,” tegas Pricul. Oleh karenanya, Warso bersiap pergi touring ke Mandalika. Gampang sih, tinggal pesan buildernya, Surya Burladas, biar kerja pagi, selesai magrib. Jadi pas scruutineering Partai Neraka, Warso sudah benar-benar fit.


Workshop:
Undercarriage: Laris Understeel @larisundersteel
Air suspension: Pignipple @pignipple_
Fuel tank reposition: Tuatuakeladi Europe @tua2keladieurope

Data Mods:
Alpina front bumper, custom side skirt, OZ wheels Futura 19x(10+11.5) inches, Accelera tyres Phi 225/35SZR19 & Accelera 651 Sport 265/30ZR19, Feelair air suspension & management, AP Racing brake 6 pot