DeepEnd tak akan membandingkan mana yang lebih cihuy, apakah Vespa atau Lambretta. Boleh jadi, DeepEnd akan membiarkan penggemar mereka berargumentasi untuk isu tersebut. Mirip dengan perang abadi Pepsi dan Coca Cola. Untung saja ‘pertempuran’ yang dimulai di Inggris itu, tidak terbawa sengit di Tanah Air. Oleh sebab populasi Lammy, panggilan dari Lambretta, jauh lebih sedikit dari Vespa. So…, sudahlah ya. Fokus pada Vespa Mods putih ini.

Jika melihat penggunaan Vespa oleh Ace Face di Quadrophenia, di situ jelas terpampang cermin, lencana, lampu dan stiker, sehingga mengesankan Vespa sebagai Mods-friendly. Mods merupakan sebuah fenomena sosial yang kompleks di Inggris pada tahun 60-an. Walau saat itu kondisi ekonomi Inggris berantakan, banyak anak muda London, khususnya, tetap ingin bergaya mapan dan trendy. Mereka terobsesi dengan American rhythm and blues serta Italian motor scooters. Fenomena ini dimulai sejak tahun 1962 hingga akhir 1970-an, dan menular ke banyak negara di dunia.

Stevanus Irawan pun terpengaruh subkultur ini. Dalam kategori radikal, Movement mods ini bisa berujung ‘way of life’. Dia bilang, “Untuk menjadi proper mods yang sebenarnya, sampai sekarang pun saya masih belajar memahaminya dari segala aspek termasuk fashion dan musik mods yaitu modern jazz dan northern soul.” Racun sih ini. Efek baik dari paparan racun ini, hanyalah sabar. Singkatnya, bunga adalah cara Tuhan memberi hadiah kepada semua tumbuhan yang sabar.

Memang tidak main-main. Stev yang juga seorang DJ ini, butuh 3 tahun menelusuri segala sudut treasure hunt. Mostly, “Hunting di e-Bay dan di pedagang lokal.” Membeli di e-Bay harus merogoh kocek yang lumayan besar. Bila ada uang belum tentu ada barang, bila ada barang kadang harus melewati proses bid yang belum tentu menang. Kalaupun winning, ada satu lagi yang bikin jantungan yaitu proses impor. Ditakuti barang bisa hilang, pecah/patah atau tertahan.

Setelah dirasa cukup, barulah Vespa VNB2 keluaran 1961, mesinnya diremajakan tanpa membuang kesan orisinalitas, bodi dicat putih dan dirakit ulang untuk kemudian segala tetek bengek aksesorinya diaplikasi secara rapi dan presisi.
“Sekitar 80 persen akseori menggunakan brand yang sama yaitu Ulma, dan untuk mendapatkannya sangat sulit, terlebih dengan kondisinya yang mint, mengingat akseorinya sudah berumur 50-60 tahun,” ucap Stev. Sisanya memakai lampu-lampu dari Inggris seperti Lucas, Raydyot dan Carello. “Seluruh aksesori adalah 95 persen original. Hanya bracket yang tidak original,” ungkap Stev.

Stevanus dulunya anak mobil modif. Sempat Lancernya masuk MOTOR magz. Tapi seperti halnya lelaki baik di muka bumi, semenjak nikah, doi lebih kalem. Malah kepincut main skuter. Motor kecilnya, smallframe Vespa, juga sudah DeepEnd liput, tinggal tunggu saja tanggal tayangnya. Latar belakang modifikasi mobil, membuatnya benar-benar goal setting. Enggak ada ceritanya, asal modif. Kudu ada objective-nya, wajib ada meaning-nya.

Coba lihat, tahun produksi motornya: 1961. Disamakan dengan era Vespa Mods. Desainnya klasik pastinya karena memang motor tua. Mempunyai garis-garis melengkung, rounded dan seksi. Karakter desain motor 60-an memang cocok untuk modifikasi ala mods. Jangan lupa amati kesesuaian konsepnya. Dibuat harmonis dengan penerapannya. Memang tak terhindarkan, bannya baru, suspensinya modern, mesinnya diremajakan. Tapi tidak keluar dari style utama. Sokbreker depan BGM itu mahal, 2 jutaan satunya. Empuk, dan bukan racing style. Velg juga modelnya tidak keluar jalur. Sssst…, velgnya mahal, hampir 3 juta perak sepasang.

Main skuter beginian, jangan tanggung. Berbanding terbalik dengan harganya di tahun 1996 yang cuma 350 ribu perak, dibelikan bokap. Hasilnya, Stev jadi bintang jalanan. Puluhan yang penasaran. Banyak tanya-tanya. Apalagi yang ambil swafoto. Mungkin karena keindahan visual, aksesorinya yang terlihat mewah dan kental kesan klasiknya. “Banyak juga yang kemudian jadi teman,” ucap Stev.

Padahal motor ini hanya 3-speed. Tidak kencang, tidak agresif. Berat. Cocok untuk jalanan dalam kota saja. Walaupun motor terasa berat tapi pride sebagaimana konsep mods, sangat dirasakan pada waktu mengendarai motor ini.

 

 


Workshop:

@janwarveloce


Data Mods:

Velg SIP 8 inci, ban Kenko 8 inci, sokbreker belakang SIP, sokbreker depan BGM, mesin standar, knalpot SIP Abarth, list tepong sisik, body trim spet boks Ulma, crash bar Ulma, kepet Biemme, jok Gandolfi, jag light Biemme, back rack Ulma, karpet Metalplast, front bar Cuppini, ring front lamp Biemme, pet lampu Biemme, hand grip Biemme double end wide, karet handle sparkling, legshield badge St. Christopher, double legshield trim Ulma, horn cover Ulma, banana bowtie Ulma, cable candy, 2 lampu Raydyot DL78, lamp Stadium, half moon Carello, ornamen Flying Lady Desmo, front badge St. Christopher, badge depan Soulbrother.id