Cara menjaga kedamaian psikis di masa-masa ramai modifikasi mobil adalah dengan tidak memantau Instagram. Tetap tenang, kuasai situasi 2019 dengan cermat. Sekadar mengingatkan, 2018 tahun pembelajaran, 2019 merupakan waktunya aksi yang sesungguhnya.
Tahun lalu telah muncul ke muka bumi 3 buah Porsche RWB. Dan yang biru, alias nomor 7 buat RWB Indonesia, atau tepatnya nomor 1 untuk RBW Jakarta, adalah yang DeepEnder lagi baca ini. Porsche Heavenly 7 a.k.a Tsubaki, begitu nama panggilannya.
Orang bilang bentuknya aneh, tapi jauh lebih banyak lagi yang bilang unik. Dunia maya itu very loud and noisy, also sooo nozzy. Kita harus hati-hati dalam membuat tulisan atau ucapan karena memperhatikan kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan. Walau begitu, William Bakajin jalan terus dengan prinsipnya.
Heavenly 7 a.k.a Tsubaki.
Siapa William Bakajin? Well…, dia ini satu-satunya dulu yang membuat DeepEnd gentar. Circa sebelum 2010. Dimana DeepEnd masih berkutat mengawal majalah Motor, tiba-tiba menemui media yang begitu asyik nan idealis yaitu Speed Architech. Anak Indonesia di dalamnya, kampiunnya ya Bakajin ini. Total sebenarnya, sudah 19 tahun ia berkecimpung dalam dunia modifikasi.
“Gua enggak bangun ini untuk satisfied other people. Kalau enggak ada yang hating, berarti I’m doing something wrong,” tutur Bakajin.
Di luar sana, saat kuliah. Subarunya kerap jawara kontes. “Ada lumayan banyak, tapi yang paling berkesan adalah Best STi in North America. Selain itu juga ada prestasi di kelas-kelas lainnya seperti JDM, Euro, VIP, Stance,” beber Bakajin. Kemudian back for good dengan Skyline R34. Dan sekarang, Porsche 993 yang sebenarnya dalam keadaan stock, dimutilasi, difillet, dicangkok. “Gua enggak bangun ini untuk satisfied other people. Kalau enggak ada yang hating, berarti I’m doing something wrong,” tutur Bakajin.
Terjadi perdebatan seru diantara forum penyuka Porsche, khususnya datang dari para purist yang sangat fanatik dan militan. Diskusinya menarik. Masing-masing mengambil posisi benar. DeepEnd juga tak memihak satupun. Namun…, terlepas dari segala argumentasi tersebut, untuk Tsubaki ini, aslik keren banget.
Dari soal apa? Pertama, ini Porsche yang logis out of the box. Bakajin tak memainkan peran the observer’s paradox, namun dengan jeli memanfaatkan teori ‘the power of not yet’. Ini bukan yang teorinya mbak Carol Dweck, tapi teori modifikasi yang belum teraplikasi.
Tsubaki punya fender paling lebar dibanding RWB yang sudah ada di Indonesia. Per sisinya, lebih lebar 1.5 inci. Total menjadi 3 inci, alias 7.62 cm. Ambil filosofinya, sekali lagi, enggak ada mobil di dunia yang satisfy everybody. Ruang luas di dalam spakbor itu kini diisi Rotiform CVT 18x(10.5+13.5) inci. Lebarnya luar biasa. Sayang, DeepEnd diminta merahasiakan angka offsetnya. Namun saat Tsubaki, saat itu Heavenly 7, dilaunching, desain velg CVT belum release. Sehingga velgnya boleh dikatakan masuk kategori bespoke.
Batik yang disembur dengan gaya street art.
Masih ‘di luar kotak’, coba pelototi wingnya. Cakep nian gagasannya. Bahwa harus ada unsur #LocalPride yang mesti disematkan. “Pengen ngeluarin sisi art Indonesia,” tegas Bakajin. Batik, iya desain batik yang disembur dengan gaya street art. Siapa lagi kalau bukan NeverTooLavish, yang bikinin jaket jeansnya pak Jokowi berlukiskan kepulauan Indonesia.
Sebagai informasi, pemilik NeverTooLavish dulunya kuliah di Aussie, dan juga sibuk modifikasi mobil, serta ikutan ngontes juga di Auto Salon cabang Perth. DeepEnder bisa lihat yah, benang merah antara background NeverTooLavish dan realitanya mereka berhasil menggarap sayap belakang RWB Indonesia #7 ini. Toh tak berdampak pada downgrade fungsi sayap.
“Kuncinya adalah tentang sistem, cara dan mutu kerja Jepang bisa diserap oleh kita di Indonesia.”
Kedua, kesulitan tingkat dewa. Dalam hal ini bukan tentang Akira Nakai. Kita sama-sama sudah mengagumi skillnya. Ibaratnya, dengan Nakai-san merem pun, hasilnya paripurna. Tapi ini tentang bagaimana Bakajin mengorkestrasi seluruh tim. Menjadi dirijen di sini, menjadi paling depan saat bernegosiasi dengan Nakai-san dan Christian Coujin.
Putar otak, so pasti. Kuncinya adalah tentang sistem, cara dan mutu kerja Jepang bisa diserap oleh kita di Indonesia. Ini bukan tentang 2 hari public expose. Tapi bicara soal beberapa bulan intensif, atau bahkan beberapa tahun dealing sebelumnya. Autolook, Prestige Auto Detailer dan Klasse Auto Lab tentu bersyukur mendapatkan value di project ini.
“Pengalaman terbaik itu selalu pada saat mobil yang saya bangun selesai dan mampu menjadi inspirasi untuk orang lain.”
Tak mungkin catnya tidak berkelas, ini bengkel lokal mesti paham standing positionnya. Tidak mungkin velgnya tak fenomenal, nah mesan velg dan bannya mestilah dikalkulasi banget. Tak mungkin juga bodinya tak cerah atau aspek detailingnya tak bermutu, apalagi banyak kilau blitz kamera fotografer.
Ketiga, kategori modifikasi mobil ini ‘Proper Build’. Mobil harus tetap bisa jalan layaknya mobil normal walaupun sudah dimodifikasi total. Beberapa tahun silam sampai sekarang, banyak yang memodifikasi mobilnya sampai boleh dibilang tidak layak jalan, dan tren modifikasi keluar jauh dari jalurnya.
Yang ini, tetap bisa jalan. Makanya bumper depan punya jenggot fleksibel. Biar kemana-mana pikiran tenang. Toh karet doang. Penampilan bisa ceper, tapi handicap terlampui. Sekarang bahkan sudah pakai Airrex. Jadi diajak kemana saja pun hayo. Dan selalu jadi bintang acara. “Pengalaman terbaik itu selalu pada saat mobil yang saya bangun selesai dan mampu menjadi inspirasi untuk orang lain,” tutup Bakajin. Welldone, mate!
Ultrasonic Blue Mica
WARNA JDM
Saat public expose, dimana hanya undangan terbatas, DeepEnd datang sebelum private people lain sampai. Jam 09.05 WIB di hari terakhir, Sabtu. Masih kosong, jadi masih bisa intim sama di Heavenly 7, nama si RWB7 ini. Sejak beberapa waktu sebelumnya, DeepEnd sangat penasaran pada catnya!
Catnya bukan cat Euro spec. Ultrasonic blue mica ini milik PPG untuk Lexus ISF. Crossing platform? Seru bukan!?! Yang terbaru, malah Ultrasonic Blue Mica 2.0 diciptakan untuk meniru intensitas nyala biru 1.500 derajat, ada di Lexus RCF.
Nama promosi warna ini yang juga umum adalah Ultrasonic Blue Pearl. Formulasi warna telah digunakan antara 2008 dan 2018, terutama oleh Lexus; tetapi juga oleh Toyota. DeepEnd memiliki catatan warna ini hanya muncul di Lexus. “Tapi ini terlihat lebih ada purple, dengan shade GTR standar,” ucap Bakajin. Hasil garapan bengkel Autolook ini kadang malah lebih terang atau dark.
Memang warna-warna di Indonesia lebih sering kalem dan soft. Perlawanan Bakajin ini membuat mobilnya tampil lebih eye catching. Bisa kita sebut sebagai warna JDM. Ingat, keyakinan pada warna ini juga didasari oleh bentuk bodi yang melebar. Potongan bodi lebih melar membuat warnanya lebih berpendar.
Batik On Wing
BY NEVERTOOLAVISH
Batik. Sangat menggelitik namun membuat bangga. Mengapa ada di situ? “Gua bawa konsep batiknya ke Bernhard dari NeverTooLavish. Dan mereka memberikan saran-masukan desain dan motif. Intinya adalah, karena ragam batik itu banyak sekali, maka akhirnya decide untuk masuk beberapa motif sekaligus di wing tersebut,” ucap Bakajin.
Kebetulan 3 dari owner NeverTooLavish, Dondy, Reza dan Razi, merupakan sahabat-sahabat DeepEnd. “Seluruh crew dari NeverTooLavish, 20 orang lebih, memberikan kontribusinya untuk sayap belakang ini,” aku Dondy Haudy dari NeverTooLavish. Semua tim dilibatkan satu satu. Untuk apa? Untuk Indonesia dong!
Wing dengan material dry carbon fiber itu tipe keluaran terbaru dari RWB yang merupakan kombinasi ducktail dengan GT-Wing. Menjadi berbeda ketimbang banyak RWB lainnya, karena belum banyak yang pakai. Dan dari modelnya sendiri pun disukai Bakajin karena berdesain nyeleneh.
Exhaust System RWB
CRISPY CEMPRENG
Manfaat utama knalpot RWB pasti menambah tenaga karena sifatnya full system dari header. Tentu ini pun diperhatikan betul oleh Nakai-san, sebab secara fitment dan bentuk, pasti menyesuaikan dengan kondisi keseluruhan bumper belakang RWB. Sedangkan dari aspek suaranya, terdengar crispy cempreng. Paham maksudnya crispy cempreng? Mungkin tak terbayang. Knalpot RWB ini dilengkapi dengan fitur valvetronic yang benar-benar bikin suara cempreng jadi kalem kayak knalpot standar.
Workshop:
Body kit, wing & muffler: RAUH-Welt BEGRIFF @rwb_official
Service: Klase Autolab @klase_autolab
Coating & detailing: Prestige Auto Detailer @prestige_autodetailer
Interior & restoration: Terror Garage @terrorgarage
Wing retouched: NeverTooLavish @nevertoolavish
Paint: Autolook @autolookkebayoran
Suspension: Premier Autowerkz @premierautowerkz & Exclusive Garage @exclusivegarageid
Restoration parts: Pors Werks @porsche_specialist_jakarta
Data Mods:
Heavenly kit RWB, long canards RWB, fender wing RWB, duck tail RWB, champion wing RWB, batik on wing by NeverTooLavish, paint ultrasonic blue mica PPG, wheels Rotiform CVT 18x(10.5+13.5) inches, tyres Pirelli PZero Rosso 265/35ZR18 & 335/30ZR18, coilover RWB Aragosta, full system exhaust RWB, short shifter CAE, rear seat deleted by Terror Garage, rollcage Terror Garage, door panels Terror Garage, air suspension Airrex + management system
Build Process
Finish Production