GreCo ini contoh modifikasi simpel pada di mid 1990 hingga mid 2000. Salah satu yang terjadi adalah mencangkok komponen Eropa pada mobil Jepang. Sebab di sini, 2-3 dekade lalu, tuner Jerman dianggap macan dunia. Entah tuner dari Mercy ataupun kubu BMW.
Monoblock III atau disingkat Monti juga menjadi target kudapan nongkrong sore hingga malam, lepas dari kuliah atau office hours. Bahkan semua Monoblocknya Brabus III hingga VI, merupakan target. Namun rasanya Monti masih yang terdepan untuk dikoleksi.
Ahmad Morteza sejak lama mengoleksi velg ini. Ditaruhnya di rumah, dikasih menyan dan sesajen. Eh, yang enggak lah. “Gua udah punya velgnya jauh sebelum punya mobilnya. Disimpen aja dulu. Salah satu alesan beli Greco justru karena punya velgnya. Mobilnya emang dibeli buat dipasangin Brabus Mono III ini biar enggak kelamaan di gudang,” ucap pemilik Rotors Wheelstore di Raya Kranggan No. 44, Jatisampurna, Bekasi.
Boleh dibilang Brabus Mono III ini adalah salah satu holy grail per-velg-an. Produksinya sudah discontinue tapi barangnya tetep makin dicari. Desainnya timeless! Teknologi dan materialnya sudah melewati persetujuan TÜV Jerman terkait penanganan kendaraan dan keselamatan material.
Namun saat ini, yang dipentingkan adalah velg ini mampu membangkitkan memori, khususnya bagi Ahmad Morteza, “Mau nostalgia aja, era 1990-an akhir sampe 2000-an awal. Kalau lihat majalah Motor dan tabloid Otomotif atau muter keliling tongkrongan selatan di weekend, ya begini ini setelan orang pada bangun mobilnya. Simpel, enak dilihat, dan bisa dipakai kemana-mana.”
Pada GreConya ini, Ahmad memasang Brabus Monoblock III yang memiliki part number 000-817-35 dengan dimensi 8J x 17 H2 offset 30 dan kelir 8J x 17 H2 offset 30 dan kelir silver polished. Bubut baut 5 dari 4×100 menjadi 5×112.
Di GreCo ini, Ahmad lebih menyesuaikan agar clear corner, lebih tipis dan bisa ceper sopan, dengan menggunakan ban berukuran 205/40/17 dari Falken ZE522. Profilnya pas di mata Ahmad, dan bentuk sidewall bikin dia jatuh hati. Sebagai perbandingan, pada basis W124, ban yang digunakan adalah front 215/50 dan rear 215/50 atau kombinasi depan 215/50 dan belakang 235/45.
Ahmad menuntaskan simplicity retouchnya dengan memasang jok Recaro. “Karena ini salah satu icon modif interior ’90-an juga. Gua sempet 2 kali ganti. Awalnya yang LX-B biasa dengan headrest bantal. Ahirnya diganti dengan yang LX-C slider headrest jaring,” ucap pemilik postur 170/85 ini.
Namun pengakuan Ahmad agak mengejutkan! “Gua sebenernya enggak terlalu berada di era ini. Tahun segitu referensinya cuma lihat majalah atau enggak sengaja lihat di jalan mobil-mobil modif beredar. Tapi gua selalu demen dengan gaya “south style” yang simpel, elegan, tapi tetep fungsional beneran,” ucap kakak dari Ican Talib ini.
Sudah paham “90’s South Style”? Velg original dengan size maksimal yang bisa diceburin, pendek manis, plus aksesori branded yang top notch di zamannya.
Era ’90-an memang berbeda. Terjadi banyak peralihan teknologi. Dari karburator ke injeksi. Kaset mulai ditinggalkan, dengan mencoba ke CD, singkatnya dari analog pindah jadi digital. Era selanjutnya, banyak mobil baru yang masih mengadopsi modifikasi gaya ’90-an, tapi dengan pilihan opsi barang aftermarket yang jauh lebih banyak.
Workshop:
Rotors Wheelstore @rotorswheelstore
Data Mods:
Brabus wheels Monoblock III 17×8 inches, Falken tyres ZE522 205/40/17, Recaro seat LX slider Fishnet, Momo steering wheel Recaro Special, Superman C grille, custom twin pipe muffler